Malam itu suasana tiba-tiba saja jadi canggung, Akashi juga entah bagaimana berubah ke moodnya yang jelek lagi. Meski begitu, Kuroko membiarkannya dia tidak mau kalau hatinya luluh hanya karena sikap Akashi yang tidak sengaja itu.
Bahkan selesai makan, tawaran Akashi ditolak mentah-mentah oleh Kuroko yang lebih memilih berjalan kaki.
"Kalau begitu ikut aku saja Tetsu. Apartemen kita searah." kata Aomine yang level keberaniannya melewati gladiator. Momoi mencuri pandang untuk melihat ke arah bosnya itu yang terdiam dengan tidak suka. Akashi seperti ingin menatap Aomine dengan tatapan kematian, tapi dia sadar dia bukan siapa-siapa Kuroko, apalagi tawarannya sudah ditolak.
"Tidak usah Aomine-kun. Aku akan pulang naik bus. Lagi pula ini masih belum terlalu malam." ucap Kuroko menolak.
"Kuroko, ini perintah. Aku tidak bisa membiarkan anak buahku pulang tanpa pengawasan. Sebaiknya kau ikut Aomine." Akashi segera masuk ke dalam mobilnya sebelum Kuroko sempat menjawab.
"Dan, Aomine... Sebaiknya kau langsung mengantarnya ke apartemennya." sahutnya lagi, yang menyuruh semua bawahannya ikut masuk ke mobil..
.
.
Di jalan Kuroko hanya terdiam, ia tidak berani berpegangan pada lelaki di depannya.
"Apa kau kenal Kise?" tanya Aomine tiba-tiba.
"Apa Aomine-kun berbicara padaku?" Kuroko balik bertanya tidak mendengar.
"Kise! Apa kau mengenal Kise Ryouta?!" Aomine meninggikan nadanya.Kenapa yang ditanyakan justru hal seperti itu, padahal dia sedang tidak mau membahasnya. Tapi dari video yang diberikan oleh Akashi, memang Aomine yang paling dekat dengan Kise.
Jadi sepertinya percuma saja jika Kuroko menyembunyikannya dari lelaki kulit gelap yang sibuk mengendarai motornya.
"Un. Aku mengenalnya, kami satu SMA." balas Kuroko yang membuat Aomine langsung tersenyum lebar."Sudah kuduga, kau gadis yang pernah Kise ceritakan!" seru Aomine.
Selama perjalanan menuju apartemen, Aomine menceritakan beberapa fakta tentang mantan rekan dekatnya itu. Saat SMA mereka memang berbeda sekolah, tapi keduanya masih sering bersama untuk bermain basket.
"Ano, Aomine-kun... Maukah kau menceritakan padaku, kenapa Kise-kun berhenti bermain basket?" tanya Kuroko pada Aomine. Lelaki itu terdiam cukup lama, dia tidak tahu harus memberitahu Kuroko dari mana. Tapi ini soal pertandingan dengan Jabberwock. Akashi melakukan kesalahan karena meragukan Kise, dia tidak mau mengoper bolanya. Bahkan karena hal itu beberapa pemain juga ikut meragukannya.
Bukannya ragu sih, mereka sengaja tidak mengoper karena cidera di kaki Kise yang sudah sangat parah. Akashi menyadari hal itu, dia meminta pelatih untuk mencadangkannya. Tapi Kise menolak, hingga akhirnya diabaikan di dalam lapangan.
"Karena Kise terlalu memaksakan dirinya, jika diteruskan dia tidak akan pernah bisa bermain basket..." kata Aomine dengan nada yang sangat terpukul.
Bukannya ini sama saja? Diselamatkan pun Kise berhenti bermain. Tapi sepertinya Kuroko tahu seperti apa perasaan Kise. Dia mengerti jika ini memang kesalahan Akashi, dan timnya. Hanya saja, mereka juga tidak sepenuhnya salah sih.
Sesampainya di apartemen, Kuroko menunduk berterima kasih.
"Aomine-kun... Bagaimanapun juga aku sedikit mengerti perasaan Kise-kun. Tapi, aku juga mengerti perasaan kalian yang tidak ingin rekannya terluka. Semoga kita bisa bersama-sama membuat Kise-kun bermain basket lagi." kata Kuroko sebelum meninggalkan rekannya itu.Aduh, hati Aomine sepertinya sudah terpanah oleh cupid. Senyum lembut Kuroko membuat dadanya tak berhenti berdebar.
Pagi hari selalu datang lebih cepat dari malam... Kuroko mematikan alarmnya, dan segera bangkit dari kasurnya yang empuk. Ia meregangkan badannya sesaat sebelum menuju ke kamar mandi. Bahan makanan yang ada di kulkas masih cukup penuh, sambil menggosok giginya ia berpikir menu sarapan apa yang enak untuk dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Basketlicious (KnB Fanfic) [AkaFemKuro] END
FanfictionMasa lalunya penuh dengan gemerlap kemenangan, hingga satu kekalahan merubah hidupnya. . . Akashi Seijuurou memang seorang anak dari direktur sebuah perusahaan penerbit terbesar di Asia, Akashi Media. Dia bekerja di bawah naungan ayahnya, membentuk...