Setelah berkunjung dari rumah bibinya, Kuroko dan semua rekannya kembali ke rumah masing-masing dengan perut kenyang dan rasa kantuk yang besar.
Gadis manis itu pun langsung melepaskan alas kakinya, mengganti pakaiannya, dan segera menggelar futon untuk tidur. Untung saja dia sudah mandi di pemandian panas sebelumnya, jadi semuanya baik-baik saja. Sebelum memejamkan matanya, ponselnya berdering.
Pesan dari Momoi yang dikirimkan ke grup lime kantornya. Dia mengajak semuanya untuk makan bersama lagi kapan-kapan. Melihat foto yang dikirimkannya membuatnya tersenyum, bukan hanya puas, kehidupannya yang baru ternyata sangat menyenangkan.
.
.
.
Keesokan harinya Kuroko terbangun dengan sinar matahari yang masuk menembus jendelanya, dia bisa tidur lebih lama karena hari ini adalah Minggu. Tapi baru saja memejamkan mata untuk kembali tidur, perutnya berbunyi.
Kuroko membuka ponselnya sambil melihat ke jam, sudah pukul 7 pantas saja jika dia mulai lapar. Biasanya dia sudah membuat sarapan untuk dirinya sendiri.
Dengan rambutnya yang berantakan, Kuroko pergi ke dapur, ia membuka kulkasnya dan terbelalak.
"Kosong? Padahal aku tidak terlalu banyak makan." kata Kuroko terkejut sendiri, tapi kemudian dia ingat jika setiap pulang dari kerjanya ia sering mengambil makan tengah malam.
Wajar jika kulkas yang sebelumnya dipenuhi oleh banyak suplai makanan, berkurang.Karena hari Minggu, Kuroko lebih memilih memakan apa yang tersisa di kulkasnya. Hanya telur dua butir dan bawang bombay, dia pun menjadikannya omelet yang cukup sampai nanti siang, dengan nasi panas yang lezat dan soy saus.
"Selamat makan." katanya menepuk kedua tangannya, sambil makan ia juga melihat televisi yang ada di apartemen kecilnya. Tidak ada sofa di apartemennya. Dapur serta ruang makan, dan tempatnya bekerja jadi satu. Wajar karena tidak akan ada yang datang ke apartemennya. Daripada ibunya yang datang berkunjung, Kuroko lebih memilih pulang ke rumahnya. Lagi pula harga sewanya murah, jadi dia bisa makan enak dengan sisa uang miliknya.
Jadwalnya di hari Minggu adalah mencuci baju, membersihkan kamar mandi, dan juga melanjutkan novelnya yang masih berlanjut.Segera setelah menyelesaikan sarapannya, Tetsuna mencuci pakaiannya, dan berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ia tentukan sendiri.
Selama berjam-jam dia duduk di depan laptopnya, dan menulis kelanjutan novelnya. Bahkan dia mengabaikan tubuhnya yang belum dibasuh sejak tadi pagi.Dia baru sadar setelah matahari hampir menghilang, barulah Kuroko bangkit dan mandi, kemudian pergi keluar.
Ia pergi seorang diri dengan penampilannya yang sederhana, celana panjang berwarna peach, dan kaos bunga warna kuning, serta outer oranye. Tidak begitu mencolok karena hawa keberadaannya yang tipis, ia bebas mengenakan baju seperti apa pun.
Kuroko mengambil kereta belanjaan dan mulai menyusuri super market yang cukup besar di daerahnya.Kuroko mengambil daging ayam segar, tak perlu memilih, matanya itu seperti memiliki kekuatan untuk bahan makanan terbaik. Ia juga mengambil daging sapi cincang, dan beberapa rak telur, lalu ke bagian sayuran. Bawang bombay, kacang polong, daun bawang, tomat, sawi, dan juga beberapa sayuran lain untuk dijadikan kimchi dan shibazuke.
Tidak lupa Kuroko juga membeli persediaan berasnya yang semakin menipis, dan keju.Saat belanjaannya sudah banyak dan sulit untuk dibawa seorang diri, Kuroko melihat Akashi tengah berdiri di depan refrigerator tempat tofu dan bahan kedelai.
"Akashi-san?" panggilnya, Akashi menoleh dan sedikit kaget."Oh, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Akashi, tapi belum sempat Kuroko menjawab dia sudah tahu apa yang dilakukan gadis manis itu.
"Apa kau tidak membeli bahan makanan terlalu banyak? Apa kau hidup bersama orang lain?" tanya Akashi kembali, dia heran karena tubuh kecil Kuroko mendorong kereta belanja yang berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Basketlicious (KnB Fanfic) [AkaFemKuro] END
Fiksi PenggemarMasa lalunya penuh dengan gemerlap kemenangan, hingga satu kekalahan merubah hidupnya. . . Akashi Seijuurou memang seorang anak dari direktur sebuah perusahaan penerbit terbesar di Asia, Akashi Media. Dia bekerja di bawah naungan ayahnya, membentuk...