Festival.

327 41 5
                                    

Sekembalinya Kuroko dan Akashi dari tempat belanja, mereka segera ke apartemen Kuroko. Tadinya sih begitu, tapi karena Akashi meminta gadisnya untuk pergi ke apartemen miliknya maka Kuroko tak bisa menolak. Pada akhirnya mereka berakhir di apartemen mewah milik Akashi.

"Akashi-san, apa kau tidak keberatan tinggal di tempat sebesar ini sendirian?" Tanya Kuroko yang heran dengan bagian luas ruang tamu, keluarga, dan dapurnya.
Itu berkali-kali lipat besar apartemennya sendiri.
"Haha aku jarang ada di sini. Biasanya aku pulang larut bersama kalian kan? Dan hari libur aku kembali ke Tokyo." Balas Akashi meletakkan belanjaannya di dapur.

"Jaa, kalau Akashi-san merasa sepi atau bosan di apartemen sebesar ini, kau bisa berkunjung ke tempatku." Ucap Kuroko membuat Akashi sangat kaget. Pemuda dengan surai merah tersebut mendekati kekasihnya yang baru akan mulai memasak.

"Bagaimana kalau kita tinggal bersama?" Tanya Akashi mendekap tubuh mungil gadis di depannya.
"Eh?"

.

.

.

Wajah Kuroko seketika memerah karena punggungnya terasa hangat di dalam dekapan dada bidang kekasihnya. Jantungnya berdegup kencang, meski di wajahnya masih mempertahankan ekspresi datarnya.

"Kau bisa meletakkan buku-buku kesukaanmu di rak. Kita berdua akan banyak menghabiskan waktu bersama saat akhir pekan." Kata Akashi berbisik dengan nada yang sangat lembut di telinga Kuroko.
"Kita baru berkencan selama dua minggu, apa kau tahu? Dan lagi kalau tinggal bersama kita juga harus berbagi ongkos sewa apartemennya." Kuroko kembali menjadi dirinya sendiri, dia bersikap lebih normal dari yang kita kira. Meski dalam posisi tengah dipeluk erat oleh lelaki di belakangnya.

"Hm? Apa aku menggajimu sangat kecil sehingga kau khawatir akan hal itu?" Tanya Akashi tertawa geli.
"Haah, Akashi-san mungkin tidak pernah mengalaminya. Tapi aku tahu bagaimana rasanya tidak berdaya jika kita tidak memiliki uang." Balas Kuroko menghela nafasnya, jari jemarinya masih sibuk mengupas wortel dan sayuran lainnya.

Sejujurnya Akashi agak penasaran dengan kata-kata Kuroko soal hal itu. Kalau dipikir gadisnya memang sangat berhemat, ia menggunakan gajinya dengan baik untuk kebutuhan sehari-hari. Lalu uang dari hasil beberapa cetakan novelnya akan ditabung, sedangkan bonusnya Akashi bisa tahu dia berikan pada orang tuanya.

"Akashi-san, kau mulai membuatku susah bergerak. Bisa tolong lepaskan?" Pinta Kuroko yang hendak mengambil sesuatu di kulkas. Akashi melepaskan pelukannya, dan duduk di meja barnya.
"Kuroko..." panggilnya, matanya tidak berhenti memperhatikan gadis dengan surai biru langit yang sibuk dengan pekerjaannya.

"Hm?"
"Kau tahu, aku selalu mendapatkan apa pun yang aku mau sejak kecil. Semua yang kumau selalu berhasil kudapatkan, tapi karena itu aku ingin membantu orang lain dengan apa yang berhasil kudapatkan." Cerita Akashi yang tiba-tiba, Kuroko hanya mendengarkan. Ia tersenyum lembut karena pertama kali ini Akashi mau menceritakan dirinya sendiri.

"Aku tidak mengerti soal berhemat atau apa pun, karena selama ini aku memang tercukupi. Tapi, aku ingin tahu juga apa yang kau alami. Jadi tolong jangan memaksakan diri. Aku ada di sini, sebagai lelakimu." Seketika wajah Kuroko memerah, dia tahu jika Akashi tak bermaksud buruk padanya. Malahan ia yakin jika kekasihnya ingin memanjakannya.

"Aku tahu, kau memang selalu membantu orang-orang di sekitarmu." Balas Kuroko menanggapi cerita Akashi. Selama ini semua orang selalu menyukai Akashi, di lingkungan seperti tadi contohnya. Lelaki muda itu sopan, pengertian, ramah, dan memiliki kepribadian yang baik.

Kuroko tersenyum lembut menatap Akashi yang hanya terdiam bingung ditatap.
"Dan soal yang sebelumnya. Sebenarnya dulu kita satu sekolah kan? Aku bilang pindah ke sekolah lain karena mencari tim basket perempuan, tapi bukan itu alasan sebenarnya." Kuroko menghentikan ceritanya. Ia terdiam sesaat, dan mengambil nafas panjang.

Basketlicious (KnB Fanfic) [AkaFemKuro] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang