Fragile.

380 42 7
                                    

Ini sudah dua minggu sejak Kuroko dan Akashi berkencan, tapi keduanya tidak berbeda jauh, dan masih sama. Semua rekannya juga sudah tahu hubungan resmi keduanya. Meski yang berhubungan masih seperti atasan dan bawahan seperti sebelumnya.

Bahkan Kuroko jadi lebih ketat pada bosnya karena majalah mereka kini sudah jadi sangat populer.
Karena pertandingan waktu itu banyak orang-orang mulai memberikan respons positif. Mereka senang akan hal itu, tapi siapa sangka jadi sangat sibuk.

Kini hanya dengan ketujuh orang sudah tidak cukup untuk melakukan semuanya. Berkali-kali Kuroko harus menundukkan badannya pada divisi majalah olahraga untuk meminta bantuan sambil minta maaf karena menghambat pekerjaan mereka.

Tapi, jika sedang berduaan bersama bosnya. Sifat sesungguhnya Akashi keluar, dan hanya diperlihatkan oleh sekretaris sekaligus kekasihnya itu.
"Kuroko..." panggilnya yang berdiri dari kursinya. Ia merentangkan tangannya siap untuk menerima hadiah. Sementara Kuroko sendiri yang tengah membereskan rak buku di ruangan bosnya itu menoleh sekaligus menghela nafas.

"Baiklah aku mengerti." Balasnya mendekati Akashi, gadis itu mendekap atasannya yang ada di depan. Ia melingkarkan kedua tangannya pada leher pemuda bersurai merah.
"Apa sudah lebih baik?" Tanyanya sembari mengusap lembut punggungnya.

Siapa yang tahu jika Akashi sangat manja?

.

.

.

Selama dua minggu terus bergelut tanpa libur, akhirnya mereka akan mendapatkan cuti selama 3 hari untuk menikmati libur terakhir musim panas mulai besok.

Agustus hampir berakhir, tapi mereka senang sudah membuat banyak kemajuan meski baru 2 bulan berjalan.

Karena itu meski lelah mereka tidak menyia-nyiakan waktu 3 hari yang berharga. Pertama untuk istirahat, dan di hari terakhir mereka berjanji pergi ke Festival Musim Panas terakhir.

Akashi biasanya menolak untuk ikut acara seperti itu, tapi karena kekasihnya ikut dia tidak bisa membiarkannya sendiri. Terlebih lagi rekan-rekannya berbahaya.
"Bagaimana kalau semuanya mengenakan yukata?" Tanya Momoi disela-sela istirahat makan siang mereka.

"Memangnya kau anak kecil apa? Itu terlalu merepotkan." Tolak Aomine yang tidak mau repot.
"Eeh, tapi akan sangat menyenangkan. Lagi pula kita berada di Kyoto lho." Momoi masih tidak mau mengalah. Tapi yukata bukan ide yang buruk buat Kuroko, dia juga ingin melihat bagaimana lelaki yang sering terlihat 'lumayan' di setelannya yang biasa jika mengenakan yukata.

"Aku setuju dengan Momoi-san." Kata Kuroko yang membuat para lekaki beralih padanya.
"Apa? Aku penasaran saja penampilan kalian dengan yukata." Begitu balasannya pada tatapan laki-laki yang seolah bertanya alasannya.

"Kalau begitu sudah diputuskan, kita akan bertemu mengenakan yukata." Kata Momoi bersemangat.

Saat tengah mengobrol dengan asyik bersama kelima rekan lelakinya, tidak sengaja Kuroko mendapati Akashi tengah bicara pada Momoi. Sepertinya itu tentang masalah pekerjaan, karena wajah Momoi tampak sedikit terkejut dan pucat. Kalau memang masalah pekerjaan, kenapa Akashi tidak bilang padanya? Kuroko sekretarisnya, semua jadwal Akashi juga dia tahu, tapi apa maksud atasannya itu justru lari ke yang lain?

"Apa aku cemburu? Tidak bagus, Akashi-san berhak berdiskusi soal pekerjaan dengan siapa pun. Termasuk Momoi-san." Batin Kuroko menunduk menyentuh dadanya yang agak sesak.

Tapi mungkin kebaikan Akashi dalam menjaga perasaan kekasihnya akan berbalik jadi menyakitinya.

"Aku ingin kau menemaniku di pesta makan malam besok." Kata Akashi tiba-tiba pada Momoi.
"Eh? Tapi bukannya Tetsu-chan sekretarismu Akashi-kun?" Tanya Momoi heran.
"Aku tidak mau dia datang..." Balas Akashi dengan tatapan seriusnya.

Basketlicious (KnB Fanfic) [AkaFemKuro] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang