Chapter 33

2.2K 311 34
                                    

Setelah tinggal beberapa saat di aula Leluhur, Chu Jiu tiba-tiba buru-buru berlari kearahnya, berkata bahwa pemilik dermaga memiliki sesuatu yang penting untuk dikatakan, Fang Jing Zai mengusap wajahnya, memulihkan kembali wajahnya dan kembali ke ruang belajar.

Boss Pei yang telah bertanggung jawab atas beberapa bisnis utama transportasi air, sekarang ini bisnisnya berada di puncak, Fang Jing Zai berpikir bahwa itu kemungkinan karena perahu tidak dapat mengirim.

Seperti yang diharapkan, saat masuk ruang belajar, Boss Pei langsung ke intinya.

"Tahun ini setelah Hari Perahu dikirim, hujan terus menerus, banyak perahu yang tertunda, perahu-perahu tersebut pada awalnya telah diatur untuk datang tepat waktu, tapi sekarang terlalu beresiko, dan terlebih lagi Jiang Nan akan segera masuk musim hujan. dan saat ini keluarga Feng akan menggunakan banyak perahu untuk pengiriman teh .... "
Boss Pei menggunakan lengan bajunya untuk menyeka keringat di keningnya, menggunakan nada rendah saat diskusi.

Keluarga Feng tentu saja tidak akan berani tersinggung, karena di depannya sekarang juga merupakan pelanggan utama, tapi dia pernah mendengar bahwa sikap tuan kedua Fang begitu serius, namun dia tidak khawatir pihak lain akan membuatnya sulit.

"Keluarga Fang selalu mengurus bisnis kami, tapi kami sekarang benar-benar tidak bisa menyiapkan perahu, apa kiriman Tuan kedua Fang bisa ditunda?"
Setelah mengambil putaran yang besar, Boss Pei akhirnya mengatakan tujuan utamanya untuk datang ke sini, karena awalnya dia sudah berjanji, Tapi kali ini dia ingin merubahannya, Boss Pei merasa sangat bersalah dan menunduk ke bawah, terkadang hanya mengintip sedikit pada orang dihadapannya yang hanya diam duduk di kursi.

Fang Jing Zai yang sedang duduk di sana mengetuk-ngetuk meja, seperti sedang memikirkan sesuatu,
"Berapa banyak yang keluarga Feng butuhkan?"

"Mungkin sekitar seratus lima puluh perahu ...."
Boss Pei memegangi lengan bajunya dan menyeka keringat di dahinya lagi, hatinya tidak bisa menahan rasa bersalahnya, Meskipun Tuan kedua Fang adalah orang yang begitu serius, tapi tetap saja terlihat ramah, Tuan kedua Fang adalah seorang Tuan yang membuat orang lain tidak bisa menerka apa yang dipikirkannya, jadi dia tidak tahu apakah dia sudah menyinggung Tuan itu atau tidak.

"Seratus lima puluh ..... seratus lima puluh ....."
Fang Jing Zai mengulang dua kali, lalu tiba-tiba memukul meja dan membuat Boss Pei terkejut,
"Boss Pei, barang ku bisa menunggu sampai keluarga Feng selesai mengirimkan teh mereka. "

Boss Pei mengira dia salah mendengar, "Setelah keluarga Feng selesai? Maka itu harus menunggu sampai musim hujan berhenti."

"Tidak masalah, makin lama anggur disimpan maka akan semakin enak rasanya, tidak seperti teh yang tak bisa disimpan." Fang Jing Zai bangkit dan berjalan ke jendela, mulutnya masih bergumam 'Seratus lima puluh perahu', ia melihat keluar jendela, setelah lima menit, tiba-tiba memikirkan sesuatu, dan berbalik,
"Boss Pei, apa kamu punya hubungan baik dengan atasan pelayaran lainnya? "

Boss Pei tertegun, mungkin Tuan kedua Fang ini ingin mengalihkan pengirim barangnya? Dia berteriak di dalam hatinya, lalu terbata-bata,
"Ini, ini .... hubungan baik, tapi tidak begitu .... kalau mau bicara soal perahu dan tukang perahu .... disini milikku lebih baik ..."

Fang Jing Zai berjalan di depannya, "Kakakku saat masih hidup dia sering memuji Boss Pei adalah pebisnis yang jujur, aku percaya pada mata kakakku."

Boss Pei membuka mulutnya secara luas dan tampak bingung, Fang Jing Zai berkata, "bisakah Boss Pei melakukan sesuatu untukku, hubungi atasan pelayaran lainnya, siapkan lebih banyak perahu untuk keluarga Feng, pastikan bahwa perahunya yang bagus, dan pilih tukang perahu yang bisa berhati-hati. masalah uang .... berapa banyak yang Keluarga Feng katakan, Aku akan memberimu dengan jumlah yang sama, tapi harus dipastikan bahwa teh keluarga Feng bisa dikirim semuanya."

Boss Pei menjadi lebih bingung,
"Apa tujuan Tuan kedua Fang melakukan ini?"

Fang Jing Zai menggoyang-goyangkan jarinya, ia tersenyum dengan penuh makna yang dalam,
"Boss Pei hanya perlu mengikuti perintahku untuk melakukan itu, ingat, ingatkan tukang perahunya, jangan biarkan ada orang asing mendekati barang-barang."

Boss Pei mengangguk lagi dan lagi,
"Ya, ya, akan Saya lakukan dengan benar."

Setelah mengantar Boss Pei, Chu Jiu mengikuti di belakang Fang Jing Zai, dengan rasa ingin tahu berkata,
"Tuan kedua, kenapa memperlakukan keluarga Feng dengan baik? Memberikan perahu-perahu, itu sudah sangat membantu, Tuan kedua Fang kenapa bahkan ingin membayar dengan uang Anda sendiri untuk pengiriman buat mereka? "

Fang Jing Zai berbalik, wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun, tapi dari wajahnya tampak seperti suasana hati yang sangat baik,
"Tidak boleh?" Lalu berbalik, berjalan santai ke kamarnya sendiri.

Air panas sudah disiapkan di dalam ruangan, Fang Jing Zai masuk ke dalam bak mandi, merentangkan lengan dan tungkai kakinya, dan kemudian garis penglihatannya jatuh ke cangkir teh di atas meja.
Mengambilnya, membuka tutupnya, ada beberapa potong tunas hijau mengambang di air teh yang jernih.

Ia berpikir, ia tidak melakukan sesuatu yang baik pada keluarga Feng, meskipun membantu keluarga Feng untuk menyiapkan perahu, ia hanya ingin melakukan sesuatu terhadap orang itu .... seperti yang dia katakan pada saat itu,
'Karena tidak bisa mendapatkannya,aku menuangkan cinta untuk hal seperti ini'.

Tapi pada saat ia menyadari perasaannya sendiri, semua itu sudah terlambat.

Teh musim semi sudah matang, aroma teh, aroma anggur, tidak lagi sama seperti sebelumnya.

Menyesap sedikit tapi aromanya sangat elegan.

'Jadi dia juga mengirim teh ini untukku setiap tahun .....'

'Bukankah dia hanya mantan, kenapa dia sangat perhatian?'

(Plis deh..kapan kalian jadian 😑)

Kemudian meletakkan cangkir tehnya, Fang Jing Zai kemudian duduk, airnya sampai di dagunya, lalu memejamkan mata, telapak tangannya meraba dada, ke perut, kemudian tergelincir, menyentuh kepunyaannya sendiri, memegangnya dengan lembut ....

Ia membayangkannya, sebenarnya ia masih dengan jelas menyimpan perasaannya untuk orang itu, pegangan tangannya dengan cepat bergerak, sambil mencium aroma teh.... airnya bergejolak, Fang Jing Zai mendongak, bibirnya membuat suara terengah-engah berkali-kali.
Setiap malam sebelum tidur, ia selalu seperti ini, membayangkan orang itu, mengingat nafas orang itu, saat membelai tubuhnya, dan kemudian mencapai klimaks .....

Cairan putih itu berserakan di dalam air, kemudian Fang Jing Zai keluar dari air dan menyeka tubuhnya, meletakkan kain handuknya dan duduk di kursi.

Mengambil pena kuas, lalu menulis 'Tuan Tua Feng' di atas kertas, lalu ia berpikir bahwa Feng Ruo chen tidak menyukai panggilan ini, meremas kertas lalu mulai menulis lagi di atas kertas baru, menulis 'Tuan Ruo chen', namun ia masih merasa bahwa itu salah, lalu meremas kertasnya lagi.

Deputi garam dan besi dan keluarga Guo mengalami kerugian akhir-akhir ini, ia berpikir bahwa mereka tidak akan menyerah lagi pada tahun ini, ia pernah melihat wakil Garam dan besi keluar masuk di kediaman keluarga Guo, ia memiliki firasat bahwa mereka ingin menahan teh keluarga Feng lagi.

Sebuah pena kuas berlumur tinta, meneteskan sedikit tinta, kemudian membanjiri kertas putih itu, Fang Jing Zai menghela napas, akhirnya meletakkan pena kuas tersebut.

Feng Ruo Chen harusnya bisa lebih berhati-hati daripada dirinya, pikirnya, kemudian memadamkan lilin dan berbaring di sofa lalu bersiap tidur.

------------

Zui Xing Mai Shen(Selling Body after Waking from Drunk-indonesia translate)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang