1st Chemotherapy

716 83 8
                                    

Warna putih mendominasi di ruangan itu. Hanya ada beberapa buah-buahan dan vas kosong yang terdapat di atas meja. Dari kemarin Seongwoo memang belum pulang dari rumah sakit, toh tidak akan ada yang menunggunya di rumah maupun mencarinya mengingat dia hanyalah hidup sendiri saat ini.

Seongwoo ingat semalam tadi Guanlin dengan senang hati menemani Seongwoo. Dengan berani nya Guanlin mengendap-endap ke kamar Seongwoo saat jam malam suster yang berjaga sudah lewat. Seongwoo senang, dengan adanya Guanlin ia tidak merasa sepi. Semalam suntuk ia mendengar kan cerita Guanlin yang menghadap kanker lebih dulu darinya. Setelah menjelang subuh Guanlin kembali ke kamarnya sebelum suster berkeliling untuk pengecekan pagi.

Sebenarnya bukan hal baru lagi untuk Seongwoo dalam menghadapi penyakit ini. Mendiang ibunya juga salah seorang pengidap kanker darah sama sepertinya. Ibunya pun harus meninggal karena penyakit itu. Sepeninggal ibu Seongwoo, ayahnya pun mulai jarang pulang dan akhirnya menikah lagi dengan seorang wanita yang tinggal di kawasan perumahan elit di Korea.

Beruntung Seongwoo masih punya seorang tante yang baik padanya. Tantenya lah yang membiayai sekolah nya dan biaya hidupnya selain itu Seongwoo juga sering bekerja part time untuk menambah uang sakunya.

Cukup bagi Seongwoo untuk mengingat masa lalunya itu. Bagi Seongwoo masa lalu yang indah diingat hanyalah saat ia bertemu dengan Daniel dan menjadikan Daniel bagian dari hidupnya. Sekali lagi, Daniel hanya bagian masa lalunya dan mungkin akan jadi masa depannya jika ia sembuh nanti.

Untuk saat ini hanya Minhyun dan Guanlin yang ia perlukan. Bukan Daniel, Daniel bahkan tidak boleh tau tentang keadaannya sekarang. Seongwoo tidak ingin Daniel sedih dengan keadaannya.

Seongwoo telah berjanji bila ia sembuh nanti ia akan kembali lagi untuk mendapatkan Daniel. Dan bila ternyata kenyataan mengatakan bahwa ia harus pergi dari dunia maka Daniel juga tidak akan merasa berat untuk melepasnya mengingat bagaimana ia mencampakkan Daniel beberapa waktu lalu. Seongwoo hanya tak ingin memberatkan Daniel, itu saja

Hanya harapan yang bisa Seongwoo andalkan agar rencananya ini berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang ia inginkan.

Sekarang ini Seongwoo hanya bisa berdiam diri di kamar, meringkuk dan menyelimuti dirinya dengan selimut putih rumah sakit.

Hari ini adalah harinya. Hari bagi Seongwoo untuk menjalankan kemoterapi pertamanya.Selain badan yang fit dia juga harus mempersiapkan kesiapan mental dan hatinya sekarang. Ia memandang jam di dinding kamar inap itu. Beberapa saat lagi suster akan membawanya ke ruangan khusus untuk di kemoterapi.

'tok tok tok'

Terdengar suara pintu yang diketuk dari luar

Gotcha! Dugaan Seongwoo memang benar, suster yang menjemput nya sudah datang.

"Apakah kau siap Seongwoo ssi?"

Seongwoo mengangguk lemah, ia berdiri lalu mendekat pada sang suster

"Bawa aku sekarang sus"

Sang suster lalu membimbing Seongwoo menuju ruangan lain, tertulis 'Ruangan Kemoterapi' di depan pintu ruangan itu. Suster dan Seongwoo masuk ke dalam ruangan kosong itu, bau obat-obatan semerbak ketika kaki Seongwoo mulai masuk dan membaringkan diri di atas kasur kecil di tengah ruangan.

"Ini tidak akan lama, hanya membutuhkan beberapa jam hingga cairan obat kemoterapi di infus ini habis, lalu kita akan menganti cairan infus baru untuk membilas obat kemoterapimu"

Seongwoo mengangguk paham dan sedikit meringis saat merasakan jarum infus dimasukkan ke pembuluh darahnya melalui pergelangan tangan.

"Saya pergi dulu Seongwoo ssi, jika kau membutuhkanku kau tinggal memencet tombol yang ada di atas ranjangmu. Maka aku akan datang" Setelah memastikan Seongwoo dalam keadaan baik sang suster keluar dari ruangan tersebut dan menutup pintunya.

.

"Oh jadi begini rasanya" ujar Seongwoo sambil memperhatikan infus berwarna hitam yang tergantung di sisi ranjangnya.

Awalnya tidak ada yang aneh di dalam tubuh Seongwoo, tapi semakin lama kebas mulai menghampiri pergelangan tangannya. Tubuhnya yang lain juga mulai merasakan efek dari cairan yang sudah masuk ke dalam tubuhnya.

Dulu Seongwoo akan merasa aman bila sakit karena ada Daniel disampingnya yang selalu menjaga dan merawatnya tapi sepertinya sekarang Seongwoo harus mulai terbiasa mengurus dirinya sendiri.

.





-Flashback-

"Seongwoo ku bilang juga apa, jangan pernah meninggalkan payung mu saat musim hujan tiba. Lihat sekarang, akhirnya kau sakit karena nekat hujan-hujan untuk pulang ke rumah"

Seongwoo mengerucutkan bibirnya. Mendengarkan omelan Daniel yang tak kunjung ada hentinya. "Aku ingin cepat-cepat pulang kemarin, lagipula hari sudah malam. Jika kemarin aku tidak nekat pulang dan menunggu hujan reda pasti kau juga tetap memarahi ku karena aku pulang malam"

Benar juga, mau Seongwoo pulang menerjang hujan ataupun tidak Daniel akan tetap memarahinya.

"Tapi kau kan bisa menghubungi ku, lalu apa gunanya aku sebagai kekasihmu?"

"Maaf, aku spontan melakukannya kemarin"

Desis Seongwoo dengan suara yang hampir terisak

Daniel mendekati Seongwoo, ia paham betul bagaimana Seongwoonya itu. Sekali dibentak pasti Seongwoo akan menangis.

Di tangan Daniel juga sudah ada obat dan segelas teh hangat.

"Minum obatmu, aku juga sudah membuatkan teh hangat untukmu. Cepatlah tidur agar kau cepat sembuh"

Seongwoo mengangguk dan segera menengak obatnya. Lalu ia segera berbaring mencari posisi ternyaman untuknya tidur.

Setelah beberapa saat Daniel melihat Seongwoo menggeliat tak nyaman dalam tidurnya. Segera saja ia menempatkan dirinya di samping Seongwoo lalu memeluknya dan mengeratkan selimut pada Seongwoo.

Meski Daniel marah pada Seongwoo tetap saja Daniel tidak bisa membiarkan Seongwoo yang sakit begitu saja.

"Maaf sudah membuatmu khawatir dan marah" ujar Seongwoo dalam pelukan Daniel

"No problem sweety, aku hanya tidak suka kau membuat tubuhmu sendiri sakit seperti ini. Kau tau kan aku marah karna aku sayang padamu"

Seongwoo tersentuh dengan ucapan Daniel dan ia makin menenggelamkan dirinya pada Daniel.

-Flashback End-


.


Seongwoo berbaring dengan mata tertutup, senyumnya terukir di bibirnya. Tapi setitik air mata muncul di sudut kedua matanya.

Mengingat Daniel disaat seperti ini mungkin pilihan yang baik dan buruk sekaligus baginya.

Tapi hanya itu yang bisa Seongwoo ingat saat ini.

Kenangan tentang seseorang yang telah membawa pergi hatinya.

Ia berusaha untuk menghapus air matanya, tapi sayangnya ia terlalu lemah untuk mengerakkan tangannya. Jadi Seongwoo hanya membiarkan air matanya itu mengering dengan sendirinya.

Mengering dan meninggalkan bekas, sama layaknya dengan rasa rindunya pada Daniel

***

Ntan's Note


Akhirnya update, adakah yang menunggu updatean cerita ini? Wkwk

Kalo ngga ada yodah lah aku undur diri :')
wkwkwk

Sorry masih belum banyak Ongniel moment nya. Selanjutnya pasti dibanyakin kok :)

It's (Not) Fine - OngNielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang