The End

642 41 12
                                        

Special for the last chapter, I write in Ong Seongwoo point of view. Enjoy it!

Notes: Siapkan tissue dulu yaa

Rassgo!!









Dadaku berdegup kencang, dua hal yang membuat emosiku memuncak bahagia adalah yang pertama aku akan segera mendapatkan status remisi dan kedua aku akan berkencan dengan Daniel malam ini.

Aku berjalan di tepian jalan sembari bersenandung pelan, tak bisa kupungkiri bahwa perasaan bahagia masih memenuhiku.

Tinggal beberapa langkah lagi dan aku akan sampai di restoran Italia itu, kupercepat langkahku. Makin cepat aku sampai maka semakin cepat aku bertemu dengan Daniel.

Tak sabar rasanya untuk memberikan berita baik ini padanya.

"Seongwoo." kutolehkan kepalaku pada sumber suara.

Gotcha! Itu Daniel. Ia berdiri di seberang jalan tepat di depan toko bunga dan dengan tampannya ia memakai blazer coklat yang terlihat formal, kontras denganku yang hanya memakai jaket denim saja. Maklum aku baru saja menyelesaikan kemoterapi ku yang terakhir di rumah sakit jadi jangan berharap aku akan berpakaian indah atau bergaya necis saat ini.

'Untuk mu' pelafalan mulut Daniel ketika menunjuk pada buket bunga mawar merah di tangannya. Tidak bisa kuhitung dengan pasti berapa tangkai yang ada disana, mungkin dua belas atau mungkin lima belas yang jelas itu lebih dari sepuluh dan kurang dari dua puluh.]

Daniel mempersiapkan dirinya untuk menyebrang, jalanan ini memang cukup ramai dengan lalu lintas yang padat.

Lampu jalanan sudah berganti warna merah, memperbolehkan para pejalan kaki untuk menyeberang jalan besar ini.

Aku tersenyum menyambut Daniel yang bergerak menghampiriku.

Namun suatu hal terjadi, sesuatu yang menyentakkan aku dari titik sadarku.

Terlihat dari kiri jalan sebuah mobil hitam datang dengan kecepatan tinggi, dengan tidak pedulinya mobil itu melaju kencang dan menghantam seorang pejalan kaki.

Itu Daniel.

Sang sopir tidak berhenti, ia hanya membuka jendela mobilnya dan menoleh kebelakang. Ia mengecek apa yang barusan ditabraknya dan kembali melaju kencang.

Kusadari dua mobil polisi mengikuti arah mobil hitam tadi. "Pencuri berhenti kau!" ucap salah seorang polisi yang berkendara dalam mobil dinasnya yang bersirine kencang.

"Kau akan mendapatkan hukuman ganda, karena kau melakukan tabrak lari"

Otakku membeku, masih berat bagiku memproses segalanya. Tubuhku jatuh ketanah berusaha mencari pegangan namun tiada yang kudapatkan. Namun mataku masih menyaksikan segalanya, walau hatiku sudah tak sanggup lagi.

Satu dari dua mobil polisi tersebut berhenti untuk menepi sedang yang lain masih berkejaran dengan sang pencuri. Polisi tersebut turun lalu mengintruksi warga yang ada untuk membantunya menangani masalah ini, lalu ia memohon izin untuk kembali mengejar si pencuri emas tadi dan berjanji bahwa akan ada temannya yang datang kemari setelah ini.

Mataku lekat menatap tubuh Daniel yang terkulai lemas di tanah. Dari sisi sebelah kanan kepalanya mengucurkan darah yang tidak sedikit. Kemeja putih yang ia kenakan dalam blazer kesayangannya pun telah berubah warna menjadi merah pekat khas darah dan kotor debu disini-sana.

Kucoba langkahkan kakiku menghampirinya, namun apa yang terjadi justru kakiku tak sanggup untuk melangkah kesana.

Kuberitahu, bukan hanya aku yang ada disana. Banyak, bahkan puluhan orang sedang bergerombol dekat dengannya. Ingin aku segera berlari dan berteriak pada semua orang disana 'Beri dia ruang! Dia butuh tempat untuk bernafas!!' namun bibirku sedang tidak dalam kontrol yang baik, bibirku tak bisa digerakkan bahkan untuk satu kata sekalipun.

It's (Not) Fine - OngNielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang