Don't Push Me Away

764 86 8
                                    

Suara jari yang mengetuk pinggiran ranjang terdengar nyaring. Daniel berkutat dengan laptopnya seharian ini berusaha mencari tau lebih jauh tentang kanker darah.

"Aku pulang 1 jam lagi Dan, kau bisa pulang sekarang. Aku hanya tinggal menebus obat dari dokter setelah ini"

"Aku temani ya.."

Segera saja Daniel merapikan laptopnya dan berdiri bersiap menemani Jihoon

Usai menebus obat Daniel mengantar Jihoon pulang ke rumahnya. Sudah seharusnya kan Daniel melakukan ini, toh Daniel memang penyebab Jihoon masuk rumah sakit.

"Aku minta maaf sekali lagi atas apa yang terjadi padamu. Bila kau masih harus ke rumah sakit untuk cek up lagi hubungi aku. Aku masih harus bertanggung jawab" Ujar Daniel sambil membantu Jihoon turun dari mobil

"Tidak, terimakasih. Kau sudah membantu lebih dari cukup. Jika boleh bisakah kita menjadi teman, walau pertemuan kita berawal dengan tidak baik kekekeke"

"Kau selalu seperti itu, banyak tertawa. Tentu saja boleh aku buka tipe orang yang memilih-milih teman"

"Terimakasih pujiannya kekeke. Baiklah, temanku aku masuk dulu ya. Hati-hati di jalan jangan sampai kau menabrak seseorang lagi"


***

Pagi ini Seongwoo menjemur dirinya di taman rumah sakit. Memang ia sudah tidak memakai kursi roda, tapi jalannya masih tertatih lemah.

Rasa setelah kemoterapi membuat tubuhnya kaget, tidak menyangka bisa membuatnya selemas ini.

Alas kaki Seongwoo lepas agar bisa merasakan langsung rerumputan yang masih basah. Menikmati sensasi geli di telapak kakinya dan ia terkekeh sendiri

"Sedang menertawakan apa huh?"

Seongwoo menoleh pada seseorang yang tengah bicara padanya. Setelah melihatnya Seongwoo justru membuang mukanya.

"Untuk apa kau kesini?" ucap Seongwoo acuh, merasa terganggu dengan adanya lelaki ini

"Bukankah aku sudah bilang, aku tidak akan meninggalkanmu meskipun aku sudah tau penyakitmu"

"Tapi aku tidak pernah memintamu untuk tinggal Daniel"

"Iya benar, karena itu aku yang akan memutuskan untuk tetap tinggal"

Daniel duduk di samping kursi taman, bersebelahan dengan Seongwoo yang masih memainkan kakinya diatas rumput.

"Kau tidak mengerti posisiku.."

"Apa maksudmu?"

Seongwoo mengubah arah pandangnya, ia menoleh pada Daniel yang setia dengan senyumnya.

"Kau tau, aku tidak sama seperti dulu. Aku punya kanker dalam tubuhku, itu berarti aku akan mati dalam waktu cepat"

"Kau tidak bisa mengatakan seperti itu Seongwoo-ya. Nilai hidup orang tidak sama, mungkin saja ternyata aku mati lebih dulu dari pada kau. Umur hidup seseorang siapa yang tau? Lagi pula semua orang pasti akan mati"

Senyum terukir di wajah Seongwoo, menanggapi ucapan Daniel

"Iyap, cepat atau lambat aku pasti akan mati. Jadi lebih baik aku menghentikan kemoterapi ini toh ujungnya aku akan mati"

"Jangan bicara seperti itu! Kau tidak terlihat seperti Seongwoo yang aku kenal. Meskipun kau akan mati, tapi setidaknya kau sudah berusaha memperpanjang hidupmu"

"Kau tidak merasakannya Daniel! Kau tidak tau bagaimana rasanya saat cairan kemo itu masuk ke tubuhmu"

"Aku memang tidak tau, tapi aku mau membantumu melewati itu semua" Daniel mencoba meyakinkan dan membawa kembali kepercayaan Seongwoo pada dirinya

It's (Not) Fine - OngNielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang