2nd Chemotherapy

702 78 5
                                    

Bohong bila Daniel bilang ia tidak takut, ia hanya mencoba tenang di depan Seongwoo. Mencoba menguatkan Seongwoo disaat dirinya sendiri sedang gundah. Setidaknya saat di depan Seongwoo, Daniel harus terlihat kuat, ya hanya di depan Seongwoo.

Bahkan Daniel sempat berfikir, berapa lama lagi waktu yang Tuhan sisakan untuknya bersama dengan Seongwoo atau kadang Daniel juga berfikir akankah ia siap menerima kepergian Seongwoo bila itu terjadi.

TIDAK!! Itu tidak boleh terjadi, yang Daniel inginkan hanya semua berjalan lancar dan Seongwoo kembali normal

Kemarin, setelah makan mereka menyempatkan diri untuk pergi ke Gereja. Ketika kebaktian sudah selesai Seongwoo melihat Daniel berlutut untuk berdoa diantara bangku-bangku yang kosong dan itu berlangsung agak lama.

Menyadari itu Seongwoo pun ikut berlutut di samping Daniel sembari mengaminkan dalam hati apapun yang Daniel doakan.

Ketika Daniel selesai berdoa ia membuka matanya dan menemukan Seongwoo disampingnya lengkap dengan senyum indahnya

"Biar kutebak.." Seongwoo duduk lalu meneruskan bicaranya "Aku berdoa supaya Seongwoo sembuh, aku berdoa supaya kemoterapi Seongwoo lancar, aku berdoa supaya Seongwoo tetap hidup. Benar kan?"

Rupanya Seongwoo sedang mencoba menebak apa yang baru saja Daniel doakan. Sedangkan Daniel hanya tertawa miris mendengar nya

"Seperti itulah, kau tau, kekuatan doa selalu punya andil besar dalam hidup kita. Tidak ada yang salah ketika kita meminta dalam doa, asal kita tidak menuntut pada Tuhan atas apa yang kita doa kan"

Anggukan Daniel dapatkan sebagai jawaban

"Ya kau benar, tapi sekarang aku sudah pasrah dengan apapun yang terjadi Niel. Biarlah ini mengalir seperti air"

"Aku tidak ingin kau menjadi seperti air karena air akan selalu mengalir ke bawah, air tidak pernah mengalir ke atas dan aku tidak ingin kau semakin jatuh dan jatuh seperti air. Tapi jadilah seperti matahari, tak peduli apapun yang terjadi ia akan selalu bersinar meski mendung menghalangi nya, matahari akan tetap bersinar di baliknya. Bahkan matahari bisa berkolaborasi  dengan air untuk menciptakan pelangi setelah hujan"

Seongwoo terenyuh dengan apa yang dikatakan Daniel, sungguh Daniel terlihat lebih dewasa darinya sekarang

"Baiklah Niel, akan kupastikan aku selalu jadi matahari untukmu"

"Anyway, kau melewatkan satu tebakan tadi. Aku juga berdoa supaya aku bisa menemanimu sampai kapanpun dan apapun yang terjadi kau akan tetap bahagia"

Setetes air mata jatuh dari mata Seongwoo, terlalu haru dengan semua yang dikatakan Daniel atau mungkin karena Seongwoo takut kehilangan lelaki baik ini

"Terimakasih! Aku mencintaimu Niel, sangat!"

"Aku juga mencintaimu Ongie. Bahkan lebih dari yang kau tau" lalu mereka pergi sambil bergandengan tangan dan pulang

.

Kembali pada saat ini, sekarang tiba saatnya Seongwoo untuk melakukan kemoterapinya yang kedua.

Bukan hanya Seongwoo yang gugup Daniel pun ikut gugup saat ini. Untuk pertama kalinya Daniel ikut mengantar Seongwoo ke ruang kemoterapi, karena di saat yang lalu Daniel masih belum paham dengan apa yang terjadi dengan Seongwoo.

"Jangan lupa angkat vcall dariku" ujar Daniel meninggalkan ruang kemoterapi. Setelah melihat Seongwoo mengangguk Daniel benar-benar pergi dari tempat itu

Tak berselang lama setelah suster menusuk kan jarum infus berisi cairan kemoterapi. Ponsel Seongwoo bergetar menunjukkan nama sang beruang liar. Namun sayangnya bukan wajah Daniel yang ia lihat, ada seseorang lain di sana...

It's (Not) Fine - OngNielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang