[Chapter 8] Masalahnya Menjadi Masalahku

34 2 0
                                    


"Sebenarnya, selama aku absen... Orang tuaku sedang mengurusi surat perceraian." Kata Diki

"Yang benar ajalah Dik! Canda nyo kan?!" Teriakku dengan muka serius.

"Asli Ran! Ortuku nanya aku sama abangku. Siapa yang ikut ayah, dan siapa yang ikut ibu." Jelas Diki.

"HAHH?! Kamu punya abang Dik?! Kok aku nggak tau." Jawabku dengan penasaran.

"Jadi kamu ikut dengan siapa?" Tanya ku.

"Aku ikut dengan ayah, sedangkan abangku dengan ibu." Diki menjelaskan.

"Ayah? Tinggal dimana kamu sama ayahmu?" Tanyaku kembali.

"Disini tapi beli rumah baru." Jawab Diki.

Dan disanalah kami berhenti berbicara dan melanjutkan jalan kami ke rumah masing-masing. Tapi, kok aku baru tau Diki punya abang. Siapa nama abang si Diki? Aku cuma pernah ketemu sama ibunya aja sih. Jadi, karena nggak bisa nahan rasa penasaranku, aku langsung tanya ke Diki.

"Oh ya Dik, masih ada yang buat ku penasaran deh." Ucapku.

"Penasaran? Apa lagi sih Ran. kan udah banyak yang aku kasih tau." Jawab Diki.

"Nggak, kamu belum menjelaskan semuanya. Siapa nama abangmu?" Tanyaku.

"Nama abangku Vino. Dah, nggak penasaran lagi kan?" Ucap Diki.

*angguk*

Ooh, jadi nama abangnya Vino. Kok aneh rasanya ya? Selama 7 tahun sekelas dengan Diki, kukira dia hanya anak tunggal. Sepertiku. Kiranya gak, informasiku tentang Diki bertambah. 

Jadi, selama kami jalan kami bercerita. Tapi bukan tentang percakapan tadi, kami cuma cerita-cerita tentang masa-masa kami sekelas dulu. Dan aku bilang ke Diki kalau aku masih punya foto Derpface dia. Hahahhaah... jadi karena dia nggak percaya, aku tunjukin ke dia. Toh, akhirnya percaya juga dan akhirnya aku kena libas. Kami bercerita hingga akhirnya sampai juga ke rumah.

Karena udah malam, sekitar jam 08.50-an lah. Jadi aku ajak dia masuk, dan memperkenalkan dia ke orang tuaku. Dan karena orang tuaku juga cukup cemas, mamaku minta Diki untuk menginap. Hanya semalam dan kami juga punya kamar kosong. Pertama dia menolak, tapi karena melihat muka mamaku yang sepertinya sudah sangat cemas. Dia menerima juga

Jam sudah menunjukkan pukul 21.48 atau 09.48 malam. Jadi, orangtuaku menyuruh kami untuk menyelesaikan makanan kami dan tidur. Karena kami tidak sadar sudah jam 9, dengan cepat kami makan dan langsung lari ke kamar masing-masing.

Sebelum tidur, aku mengecek barang-barang aku untuk besok. Topi, buku-buku, baju olahraga, dan kotak pensil sudah siap. Baju sekolah? Sudah di gosok apa belum ya? Lalu, aku pergi ke ruang gosok untuk memeriksa baju. Dan ternyata udah do gosok sama mama. Makasih mama~

Saat aku mau pergi ke kamarku, sesuatu terlintas di pikiranku. Baju sekolah Diki gimana? Kan besok Senin. Lalu, aku pergi ke kamar mamaku dan untungnya mama masih bangun.

"Kenapa Rana? Udah jam 9 lho, nanti kamu bangun kesiangan lagi." Ucap mamaku.

"Iya ma, Rana mau tidur. Tapi, keingat kalau baju sekolah belum di gosok. Tapi ternyata udah di gosok sama mama. Makasih mama." Kataku dengan lemah lembut ke mamaku yang sudah ngantuk.

"Iya, sama-sama Ran. Dah, tidur lagi." Jawab mamaku.

"Tunggu ma! Rana ada pertanyaan." Jawabku.

"Ya, apa pertanyaan anak tercinta mama ini?" Jawab mamaku yang hampir tertidur.

"Baju sekolah Diki gimana ma? Kan besok Senin, dia juga nggak bawa baju sekolah." Jawabku.

"Oh ya. Ya sudah, besok kita antar dia ke rumahnya dan sekalian aja antar dia ke sekolah. Jadi nanti bangun kira-kira sekitar jam 5.30 lah." Kata mama.

"Ooh, ide bagus ma! Okelah, sipp. Selamat malam mama tercintaku. Papa juga, selamat malam pa." Jawabku dengan penuh kasih sayang.

Jadi, mama bilang kalau aku harus bangun jam 05.30, mandi, dan sudah pakai baju sekolah. Dengan cepat aku ke kamar, pasang alarm di HP-ku , dan bergegas tidur.

*****

Senin, 05.30 AM

*TEEEEEEEEETTT TEEEEEETTTT*

HAAAAHHH!!! Suara apa itu?! Oh ya, itu suara alarmku yang besarnya minta ampun. Tapi nggak sampai keluar kamar. Karena ribut, aku matikan alarm ku dan pergi keluar kamar untuk mengambil handuk. 

Dan ternyata semua orang masih tidur. Dengan diam-diam aku keluar kamar, supaya orang tidak bagun karena kecerobohanku. 

Aku keluar, ambil handuk, lalu masuk rumah lagi, dan pergi ke kamar. Tapi, saat aku mau pergi ke kamar. Ada bayang-bayangan gitu di dinding dapur. Tentu saja aku ketakutan. Tapi karena penasaran telah meliputi tubuhku, dengan berani(takut) aku pergi ke dapur. Dan yang membuat bayangan itu adalah..

A/N: Halo! Lama tak jumpa.. Emang gak pernah jumpa.. Gimana ceritanya? Kawan bilang kalau dia kepengen sleding aku. Salahku apa ya?? Sebenarnya mau bilang itu aja. Oke, sekian dari aku, Assalamualaikum!

Jangan lupa untuk vote dan comment!

Setiap vote dan comment sangat berharga bagi Ruru!

The Bestfriend Zone ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang