Dan yang membuat bayangan itu adalah si Diki. Karena syok, aku tanpa ragu-ragu, "AAAAAHHHHH!!"
Dah jelas kalau teriakanku itu mengejutkan Diki dan juga membangunkan mama dan papaku dari tidur nyenyaknya.
"Eh, maaf Dik. Reflek." Maaf ku.
"Ya ampun Ran, ngagetin aja. Iya, Gak apa-apa kok." Jawab Diki.
"Oh ya, ngapain kamu bangun jam segini?" Tanyaku.
"Ooh, aku terbangun karena udah terbiasa bangun jam segini." Jelas Diki.
"Hah?! Jam segini udah bangun? Bangun sendiri atau di bangunin atau alarm?" Tanyaku dengan heran.
"Ya bangun sendiri lah." Jawabnya.
Dan entah kenapa aku tersinggung dengan jawaban pendeknya itu. Jadi aku jawab "Oh". Karena masalah ini sudah siap, aku menyuruh Diki untuk siap-siap pulang dan menjelaskan semua yang mama bilang. Setelah itu aku pergi ke ruang gosok, ambil baju sekolahku, dan pergi ke kamar untuk mandi.
*Di rumah Diki*
Aku dengan mama sedang menunggu Diki di luar rumahnya. Jadi, aku cerita dengan mama tentang apa yang terjadi tadi. Mama pun bilang kalau mama terkejut dengar suara teriak aku. Tapi ya, itu sudah berlalu.
Beberapa menit setelahnya Diki udah ganti baju. Dan Diki pamit pada orangtuanya dan aku pun melambai ke orangtua Diki dari kejauhan. Tapi, aku gak nampak 'abang' si Diki. Mungkin dia udah berangkat duluan.
*Di sekolah*
Jadi mama udah ngantarin aku dan Diki ke sekolah. Dan tampaknya orang-orang sekitar kami terkejut melihat yang keluar setelah aku si Diki.
Sebenarnya itu dapat di maklumi, kayaknya aku belum ngasih tau kalau Diki itu orang yang lumayan populer di kalangan perempuan. Tapi, kalau pendapat aku sih, dia biasa aja.
Jadi yah, ada tatapan sinis dari beberapa orang. Walaupun itu mengganggu, aku tetap tabah dan sabar. Setelah kami turun dari mobil, aku pamit sama Diki dan Diki juga pamit. Lalu kami jalan ke kelas masing-masing karena kelas perempuan dan laki-laki di pisah.
Sesampainya aku ke kelas, "RANAA!!" teriak Salsa.
"Astaghfirullah, kenapa Sal?" Tanyaku.
"Tadi orang yang turun setelah kamu itu si Diki?!" Jawabnya yang kelelahan karena berlari dari kursinya.
"Iya, emangnya kenapa?" Tanyaku kembali.
"Kamu gak tau kalau si Diki itu populer??" Jawab Salsa dengan kesal. "Apa salahku?" Kataku dalam hati."
"Tau kok. Emang dia populer banget? Yang kuingat dia populer, tapi B aja." Ucapku dengan heran.
"Astaghfirullah. Jadi kamu kira orang-orang dikelas bicarain siapa??" Jawab Salsa yang kelihatannya makin kesal.
"Pelan-pelan bicaranya neng. Dah mari kita duduk dulu, aku capek nyandang tasku. Berat." Ucapku.
Jadi aku berjalan ke kursiku dan letak tasku. Terus aku pergi ke kursi di samping Salsa. Dan melanjutkan topik kami tadi.
"Jadi, kamu tadi nanya apa?" Tanya ku.
"Ugh, dengar baik-baik ya.. Rana cantik..." Jawabnya.
"Pertanyaanku tadi, 'Jadi kamu kira orang-orang dikelas bicarain siapa?' jelas kan?"
"Ya bicarain cowoklah. Kalo nggak bicarain tentang film-film yang terbaru itu. Apa namanya? 'Duren'? 'Dalas'? Apa namanya??" Jelasku.
"DILAN!!" jawab orang-orang sekelas. Kompak pula'
"Iye iye.. Maap! Tolong maafkan aku yang hanya seekor individu." Pintaku.
"Yaa kamu benar juga sih. Tapi, cowok yang mereka bicarain siapa lagi selain Diki." Jelas Salsa.
"Ehh!! Iya?? Bener tuh?" Tanya ku yang tambah heran.
"Jadi Diki tu populer yang bener-bener populer??" Lanjutku.
"Iya Rana.. Jadi kok Diki berangkatnya bareng kamu?"
"Ooh.. jadi gini ceritanya....." Jelasku.
Kalau menceritakan sesuatu ke Salsa itu bagaikan Charger laptop dan Hp. Nggak pernah nyambung.
A/N: Yang diceritain Rana ada di Chapter 7 dan 8
Jangan lupa untuk vote dan comment!
Setiap vote dan comment sangat berharga bagi Ruru!

KAMU SEDANG MEMBACA
The Bestfriend Zone ✔
Teen FictionKarana Widya Putri, seorang siswi SMP. Setiap harinya diliputi dengan kesenangan, kebahagiaan, dan kedamaian. Tibalah hari Ulang Tahunya yang benar-benar tak terduga.. Yaitu.. Umur dia naik 15! JK Mau tau yang sebenarnya? Makanya! Baca Dong! Moga Kl...