Extra Part*1

2.1K 133 15
                                    

Alaric berlari kesana kemari di ikuti seorang wanita paruh baya yang membawa sepiring nasi dan lauknya, rupanya Alaric tengah kabur dari pengasuh pribadinya yang tengah menyuapinya.

"Tuan Muda saya mohon makanlah, ayah anda akan marah jika anda tidak segera menghabiskan makanan anda tuan!" pinta pengasuh bernama Junee itu setengah memohon.

"Aku tidak mau makan jika bukan Daddy yang menyuapiku!" bentaknya keras kepala dengan terus berlari sekencangnya.

"Tuan muda!" raung pengasuh itu hampir putus asa, keringat membanjiri wajahnya. Ia begitu kelelahan mengejar tuan mudanya yang terlalu aktif itu hingga akhirnya ia terduduk dan menjatuhkan makannya.

Anna yang mendengar suara benda pecah di halaman samping rumah megahnya akhirnya datang untuk melihat apa yang terjadi, dan betapa terkejutnya ia ketika melihat Junee terkulai lemah dengan Alaric yang berada di sampingnya.

"Maafkan aku bibi, ayolah bibi bangun! Aku akan menghabiskan makananku!" celoteh Alaric.

Anna berlari menghampiri mereka diikuti beberapa penjaga yang bertugas menjaga Alaric juga Anna.

"Junee, junee!!" Anna terduduk di samping Junee yang sudah tak sadarkan diri. Ia melihat kiri dan kanan dan memerintahkan 6 anak buah Geraldo yang berada di belakangnya untuk membawanya ke rumah sakit.

Sepanjang perjalanan Anna terus memompa jantung Junee, mencoba membuat Junee terus bernafas.

Namun ternyata usahanya gagal, Anna tak menemukan detak jantung wanita paruh baya yang baru 3 bulan bekerja untuknya.

"Telpon Geraldo dan suruh ia menyusul ke rumah sakit!" suaranya nyaring dan panik itu memerintah pengawal nya untuk menelpon tuannya.

"Baik nyonya!"

Hingga sampai di rumah sakit, dokter telah menyatakan jika wanita berusia 46 tahun itu telah meninggal dunia karena serangan jantung.

Anna jelas saja terpukul, ia bersalah karena menerima tawaran Junee untuk menjaga anaknya padahal usianya sudah seharusnya untuk bersantai menikmati masa tua.

"Sayang? Bagaimana keadaan Junee?" tanya Geraldo yang baru sampai di ruang gawat darurat tempat Anna sekarang berdiri.

Anna memandang Geraldo dengan perasaan sedih. Ia menangis memeluk Geraldo. Dengan terisak ia mengatakan jika Junee tidak dapat tertolong.

Geraldo menghembuskan nafasnya panjang, lalu menoleh pada 7 anak buahnya.

"Hubungi keluarganya dan urus segala sesuatunya.." perintahnya.

Mereka mengangguk lalu pergi.

Sedangkan Anna dengan masih memeluk Geraldo akhirnya pergi untuk segera mengurus jenazah Junee untuk di bawa ke keluarganya.

*****

Suara isak tangis pecah kala jenazah Junee tiba di rumah duka, terlihat seorang gadis muda meraung-raung di sisi peti mati Junee. Ternyata ia adalah anak semata wayang Junee yang masih duduk di bangku universitas. Selama ini Junee mencari pekerjaan demi menghidupi anak satu-satunya yang ditinggal mati oleh ayahnya.

Anna menghampiri gadis itu lalu menyentuh bahunya.

"Maafkan aku karena telah membuat ibumu meninggal." ucapnya dengan begitu menyesal.

Gadis bernama Alinka itu mendongak menatap Anna dengan mata sembabnya. Ia berdiri lalu tanpa bisa di halau Geraldo, ia mendorong tubuh Anna yang hampir terjungkal jika saja Geraldo tak menahannya.

ANNASTASYA (Key To Heart)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang