Rindu

907 103 3
                                    

Ketika hati harus menampung dua hal. Benci dan Cinta. Apakah dia sanggup? -Rasshelle.

11:46

Ashel sudah terduduk di kursi meja belajarnya. Lima menit yang lalu ia terbangun dari tidurnya dan tak bisa terlelap lagi. Ia memutuskan memainkan ponsel, tetapi kepalanya terasa pusing hanya sekedar melihat cahaya yang keluar dari ponselnya.

Ia memutuskan untuk melakukan hal yang paling dibencinya,Menulis.
Tak sekedar menulis, jikalau hanya sekedar menulis mungkin dia mampu. Tapi sekarang? Dia mencurahkan segala isi hatinya ke lembaran kertas putih yang sekarang ada dihadapannya.

"Kau ingkar, ingkar pada setiap janji yang telah kita ucap. Mengapa setia sangat susah kau terapkan, walau kau tahu selalu ada hati yang merindukan?" -Rasshelle

Setetes bulir bening jatuh menodai kertas itu. Ashel berusaha keras menahan tangisnya. Ia menggigit bibir bawahnya gemas. Pikirannya melayang entah kemana.

"Kenapa lo jahat Sky? Kenapa? Apa salah gue sampe segini jahatnya elo sama gue? " jerit Ashel didalam hatinya.

Ia lalu menaiki kasurnya dan membenamkan wajahnya pada guling yang ia peluk. Ia terlelap,mungkin capek karena menangis.

"Adek,Sholat!" Teriak Uftra dari balik pintu kamar Ashel sambil mengetuk ngetuk daun pintu itu pelan.

Ashel terbangun dengan mata sembab. "Iya abang sebentar" balasnya sambil berjalan menuju ambang pintu.

"Subuh dulu dek,udah mau abis loh ini waktunya" kata Uftra ketika Pintu itu terbuka.

"Iyaa abang,Ashel sholat" katanya malas.

"Kamu nangis ya?" Selidik Uftra sembari memicingkan matanya mengamati wajah sembab adiknya.

"Iihh enggak! Apaan sih,kepo banget jadi manusia!" Kata Ashel galak sambil menutup pintu kamarnya.

Lalu ia berwudhu dan menjalankan sholat subuh. Setelahnya ia langsung mandi dan memakai seragam sekolahnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 6:45 maka dari itu ia langsung berpamitan kepada orang tuanya yang kini di Indonesia dan abangnya,Uftra. Dia pergi sekolah tanpa sarapan terlebih dahulu,taku telat,katanya.

Jalanan masih terbilang sepi, Ashel langsung menancap gas dengan kecepatan sedang.

Tibalah ia disekolah, tak beda dengan kondisi jalanan Jakarta, sekolahnyapun sama,sepi. Mungkin karena masih terlalu pagi.

Lalu Ashel melangkah masuk kedalam kelasnya, sudah ada lima orang murid termasuk dirinya. Moodnya tak sebagus hari hari kemarin. Ashel,gadis yang setiap harinya selalu tersenyum dan gembira kini berubah menjadi gadis jutek yang selalu cemberut. Ia menaruh tasnya dikursi dan berjalan meninggalkan kelas menuju taman belakang sekolahnya.

Disinilah ia sekarang. Ditaman belakang sekolah yang sepi dan tentram,tak ada seorang pun yang mengganggunya.

Ashel teringat dengan momen pertama kali ia bertemu Sky. Ya,ditaman inilah semuanya bermula. Ashel yang tidak memakai topi pada saat upacara bendera mau tak mau harus menerima hukuman dari ketua osisnya yang tak lain dan tak bukan adalah Sky. Ashel membersihkan taman belakang sekolahnya yang jarang dipakai siswa karena tempatnya yang terlalu panas dan agak jauh dari ruang kelas. Sky yang tak tega melihat Ashel yang sudah memerah seperti kepiting rebus itupun mencoba membantu Ashel dan tanpa sengaja tubuh Ashel terlonjak kedepan karena tersandung batu itu pun bersentuhan langsung dengan dada bidang Sky. Sky yang juga kaget spontan langsung memeluk Ashel.

Tak terasa air matanya menetes,lagi. Ashel memejamkan matanya rapat rapat berusaha menyembunyikan tangisnya itu. Takut dilihat oleh orang Ashel langsung menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Isaknya mulai terdengar.

Tiba tiba sepasang tangan memeluk tubuhnya yang bergetar itu dengan hangat. Lalu tangan itu mengelus puncak kepala dan punggung Ashel.

Ashel pun kaget dan langsung melihat wajah orang itu,masih dengan tangisnya.

"Keelshen?" Batinnya dalam hati. Bukannya melepas atau bertanya maksud Keelshen memeluknya, Ashel kembali menangis didalam dekapan Keelshen yang nyaman.

Cukup lama ia menangis sampai akhirnya bel tanda pelajaran dimulai berbunyi. Ashel mengelap wajahnya yang sudah sembab dengan telapak tangannya, susah payah ia tersenyum dan pada akhirnya dia pergi menuju kelas meninggalkan Keelshen yang masih terduduk ditaman itu.

Keelshen pun berlalu kekelasnya menyusul Ashel yang sudah hilang dari pandangannya.

Keelshen mengerutkan dahinya kala ia tak menemukan Ashel didalam kelas. "Mungkin ke toilet atau kekantin dulu" pikirnya.

Ia pun akhirnya berusaha mengacuhkan Ashel yang tak ada disebelahnya. 15 menit pelajaran Sejarah sudah berlalu. Tetapi Ashel tak kunjung balik kekelasnya. Keelshen semakin khawatir apa yang terjadi pada Sahabatnya itu. Ia pun memanggil Audrey ntuk menanyakan Ashel.

"Ssttt,Audrey" bisik Keelshen yang tak mau mengganggu proses belajar.

Audrey menoleh kearah Keelshen dengan menaikkan alis matanya.

"Ashel dimana ya? Lo liat?" Kata Keelshen.

Audrey menggelengkan kepalanya. "Gak tau dari tadi gue gak liat" kata Audrey.

Keelshen berdecak kesal. "Kemana sih dia?" Batin Keelshen.

Baru kali ini Keelshen tak fokus dengan pelajarannya karena satu orang yang bahkan dia sendiri juga tak tahu ada apa dengan dirunya sampai bisa seperti ini. Ashel,itu yang ada difikirannya saat ini. Ia tahu gadis itu pasti sedang dalam masalah, Keelshen pun berniat untuk izin ketoilet sekedar berbohong pada guru untuk mencari Ashel.

Tapi,baru saja ia ingin beranjak. Sebuah ketukan dan langkah kakipun terdengar olehnya.

"Assalamuallaikum" kata Ashel sambil berjalan masuk kedalam kelas dan menyalim gurunya itu.

"Darimana kamu?kok baru masuk?" Kata guru sejarah itu.

"Dipanggil tadi ke tata usaha" jawab Ashel lalu berjalan ke kursinya.

Ashel menatap Keelshen yang sedari tadi melihatnya menunggu Ashel bercerita perihal masalahnya. Ashel mencoba menghiraukan Keelshen dan duduk dikursinya mencatat pelajaran yang tertinggal tadi.

"Lo dari mana?" Kata Keelshen menyenggol pelan siku Ashel.

"Gak ada" jawab Ashel masih mencatat.

"Terus kok lama" kata Keelshen lagi.

"Males"

"Kenapa?"

Ashel tak menjawab, tak penting juga melibatkan Keelshen dalam masalahnya ini.

"Lo lagi sedih ya?" Tanya Keelshen lagi.

"Nggak"

"Terus kok nangis"

"Gak nangis"

"Terus yang tadi ditaman belakang"

"Dibilang enggak ya enggak! Jangan ditanyain terus dong Ashelnya!" Kata Ashel geram sambil sedikit memekik.

Keelshen kaget melihat Ashel yang lagi naik darah ini. Tak biasanya Ashel seperti ini. Tapi Keelshen tak menanggapinya lagi,takut semakin menghancurkan moodnya.

When you see meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang