Part - 4

168 13 0
                                    


"Haii..  Kak? " Sapa Ali pada Kak Brian yang kebetulan lewat di depan kelas nya.

" Hai.. " Balas cowok ganteng itu tersenyum manis. " Kebetulan ketemu disini. "

" Ada apa ya kak? Kakak cari saya? "
Tanya Ali sedikit bingung.

" Jadi gini, rencananya kita dari Osis dan pihak sekolah. Mau ngumpulin dana buat bantu korban gunung sinabung. Kita mau turun ke jalan buat minta sumbangan dari pengguna jalan. Nah, jadi Osis juga mau ajak perwakilan dari masing-masing eskul buat ikut partisipasi. Nah, kira-kira kamu mau ikut gak turun kejalan?"

"Ya pasti mau lah kak, ini kan acara sosial , apalagi buat saudara kita yang kena musibah. Saya seneng kok kak bisa ikut acara kaya gini. Emang acaranya kapan?"

"Hari minggu pagi. ngumpul dulu di sekolah, baru deh kita turun ke jalan buat minta sumbangan. "

"Oh gitu.. " Alika manggut-manggut.
"Insyaallah saya ikut kak. "

" Sip kalo begitu. Aku, mau kasih tau yang lain dulu ya.. Soalnya acaranya udah mepet. "

" Iya kak. "

" Dah. " kak Brian melambaikan tangan dan berjalan pergi.

" Cie... Yang abis ngobrol sama kak Brian. " Goda Mia, heboh.

" Apaan sih, biasa aja. " balas Ali.

" Tuh kan, elo tuh emang cocok sama kak Brian. Ceweknya cantik, cowoknya ganteng. Ketua Osis lagi. " Sambung Windi.

"Pokoknya, Al. Lo udah paling cocok sama kak Brian. Udah langsung pacaran aja."  tambah Nina.

"Gila ya lo semua. Masa iya gua yang nembak duluan. Mau taro dimana muka gua. " ucap Alika,

" Taro di pantat aja, Al. Dari pada lo gak jajan satu bulan. Hayo.. Pilih yang mana?? " jawab Nina.

" Masa iya, seorang Alika nembak cowok buat jadi pacarnya. Selama ini kan gua yang selalu ditembak. "

" Gua mau kok, Al. Ditembak sama elo. Malah gak usah pake tembak-tembak kan, gua langsung mau kok jadi pacar lo. " sahut Riki yang mendengar omongan para cewek itu.

" Apaan si lo, Ki. Gak ada ujan gak ada petir maen samber aja. " balas Windi kesal.

" Yee kok lo yang sewot si, Win. Ali nya aja gak masalah. Ya gak, Al? " tanya Riki, genit. Alika hanya tersenyum melihat tingkah teman sekelas nya itu.

" Kita liat nanti deh, gimana jadinya. "Ucap Alika pasrah.

❤️❤️❤️

Satu hari menjelang akhir pertaruhan ku dengan bunda. Membuat mood sudah hilang entah kemana. Bagaimana tidak, setiap saat bunda selalu membicarakan tentang taruhan itu. Dan aku hanya bisa sabar mendengarkan nya.

" Pagi-pagi muka udah lecek aja neng, kaya duit seribu an. " Tanya Fahri, melangkah kemarahan tempat duduk Ali.

" Berisik lo!! " Sarkas Ali.

" Buseet deh. Galak banget ya. Jadi ngeri dah gua. " Fahri mengkidik ngeri.

" Kenapa lagi sih, Al? " tanya Windi.

" Biasalah bunda gua, pagi-pagi udah bikin bete. "

" Sabar ya, Al. Mungkin ini semua ujian." jawab Mia, menepuk bahu Ali sok bijak.

"Bener juga omongan lo, Mi. Selama ini kan cowok-cowok yang ngejar-ngejar Ali. Nah sekarang dibalik, Ali yang sekarang harus ngejar-ngejar  cowok. Hahaha" ucap Fahri terkekeh sendiri.

My CALM boy friendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang