Part - 19

161 13 0
                                    

Ata menepuk bahu gadis itu, berusaha menenangkan. Setelah dirasa puas mengeluarkan segala kesedihan nya. Alika kembali menatap Ata. "Siapa aja yang udah tau soal itu? "

Ata membalas menatap Ali, " Semua orang terdekat gua tau kalo gua cuma anak adopsi. Termasuk teman-teman gua, gua beruntung punya sahabat seperti mereka. Mereka mau nerima gua apa adanya. " Ata tersenyum sangat manis. Membuat hati Ali menghangat.

"Lalu kenapa lo ceritain ke gua? "

" Karna sekarang, lo udah jadi orang spesial buat gua. Jadi gua merasa lo wajib tau. "

" Itu juga yang membuat lo memilih hidup sederhana? "

Ata mengangguk." Gua merasa kalo gua belum berhak aja menikmati kemewahan dan semua fasilitas yang ada. Walau papa terutama mama selalu marah. "

" Lo tau dimana orang tua kandung lo? " Ata menggeleng, kembali menatap pantai lepas.

" Dari umur gua tiga tahun sampe gua lulus SD, gua selalu tanya ke bu Warni tentang orang tua kandung gua. Apa ada orang yang cari gua, tapi setelah itu gua sadar. Mereka memang gak pernah menginginkan gua ada didunia ini. Bahkan tau gua masih hidup juga nggak. "

" Sejak itu gua sadar, buat apa gua mencari mereka. Toh, Alloh udah kasih gua orang tua yang sangat menyayangi gua. Saat itu juga gua berfikir, gua gak boleh terus-terusan berharap bisa bertemu orang yang sudah ngelahirin gua. Sementara orang yang membesarkan gua, jauh lebih sayang dari orang yang udah ngelahirin gua. "

" Ya, gua bisa lihat betapa sayangnya mama lo ke lo. "

" Makanya gua gak mau menyakiti hati mereka, gua mau buat mereka bangga. Walau gua selalu berdoa dan berharap Alloh kasih keturunan buat mereka. Gua emang gak akan bisa membalas semua kebaikan mama dan papa. Tapi gua akan selalu berusaha buat mama terutama papa bangga. Gua akan berusaha menunjukkan kepada mereka, kalo mereka gak salah sudah mengadopsi gua. Gua juga Pengen jadi  anak yang soleh dan penurut, karena hanya dengan cara itu gua bisa membalas kebaikan mama dan papa. "

Ata tersenyum kembali menatap Ali yang tengah terisak kecil dengan aliran air mata yang membasahi kedua pipinya."Kok lo nangis lagi?"

"Gua gak nyangka kisah hidup lo lebih berat. Gua kagum sama lo, Ta. " Ucap Ali tulus.

Lo selalu bikin gua bangga, Ta.

Jantung Alika tiba-tiba degdegan. Cowok dihadapannya benar-benar membuat jantungnya bergerak tak beraturan.

" Oia, gua punya sesuatu buat lo. " Ata mengambil sebuah gelang biasa dari kayu kaukah. Ata langsung memakai kan nya ditangan kiri Alika.

" Jujur gua gak tau mau kasih lo apa. Waktu gua mikirin itu, gua liat ada orang yang jual aksesoris. Alhasil gelang ini deh yang terpilih. " Semyuman mengembang terlihat begitu tulus dibibir Ata. Membuat jantung seorang Alika semakin tak karuan.

" Makasih ya, gua suka. " Alika tau itu hanya sebuah gelang sederhana yang banyak dijual dimana-mana. Tapi entah mengapa Ali merasa sangat bahagia." Lo beli cuma satu? "

" Beli dua. "

" Lo harus pake juga, biar couple-an." Alika tersenyum. Ata menurut, ia lantas memasang gelang yang sama ditangan kiri nya juga. "Gua malah gak kasih lo apa-apa."

"Gak papa, gua gak ngarep apa-apa kok. Cukup lo percaya sama gua, itu aja. "

Alika memang beruntung bisa mengenal Ata dalam hidupnya. Ali banyak mendapat pelajaran dari cowok dihadapan nya. Wajah damai dengan senyum yang menawan membuat seorang Alika merasakan perasaan yang mungkin teman-teman nya bilang itu cinta.

❤️❤️❤️❤️

Ata mengantarkan Alika pulang sampai depan pintu rumahnya. Rumah terlihat sudah sepi, maklum lah sekarang sudah hampir jam 10 malam.

Ata juga sebenarnya cemas, maklum lah ini pertama kali nya Ata mengantarkan seorang gadis pulang larut malam. Ada rasa takut dihatinya jika tante Yuli akan memarahi nya. Namun dengan memberanikan diri, Ata mengetuk pintu rumah Alika.

Tok tok tok

"Assalamualaikum.. "

Tak ada jawaban, Ata menatap Ali penuh tanda tanya. Namun ia mencobanya sekali lagi. Mungkin saja bila tante Yuli atau Rio sudah tidur.

Tok tok tok

" Assalamualaikum.. " Kini nada suara Ata sedikit meninggi, namun tetap tak ada jawaban.

" Mungkin  udah pada dikamar kali. Biar gua telepon Rio. " Alika membuka suara, diletakkan nya benda pipih itu di telinga.

Namun belum sampai diangkat, suara orang membuka kunci terdengar sesaat kemudian pintu pun terbuka."Walaikum salam." 

Alika menyimpan kembali handphone nya kedalaman saku, saat sosok sang bunda muncul dari balik pintu.

"Malam tante, " Sapa Ata kemudian menyalami tangan kanan Yuli. Alika pun segera menyusul nya, membuat Yuli sedikit terkejut.

" Maaf tante, kemalaman nganter pulangnya. Tadi kita mampir kepantai dulu. " Ucap Ata sedikit degdegan.

" Iya gak papa, yang penting Alika pulang dengan selamat. Tapi lain kali jangan diulangi lagi. " Balas Yuli ramah.

Ata bersyukur dirinya ataupun Alika tidak dapat omelan. Yuli malah masih bersikap ramah.

" Kalau begitu, saya pulang dulu ya tante. Mama pasti cemas. "

Yuli mengangguk, Ata pun menyalami Yuli lagi." Al, gua balik dulu. "

" Hati-hati. "

" Permisi tante, Assalamualaikum. "

" Walaikum salam.. " Jawab Ali dan Yuli berbarengan. Cowok itu pun melajukan motornya hingga tak terdengar lagi.

" Kamu udah makan, kak? " Sapa Yuli membuka percakapan.

" Udah tadi. " Jawab Alika canggung. "Aku masuk dulu, mau istirahat."  Alika melongos masuk, meninggalkan Yuli yang sebenarnya masih ingin berbicara. Tapi ia sedikit lega, setidaknya hari ini anak perempuan nya itu sudah mau menjawab pertanyaan nya.

❤️❤️❤️

Didalam kamar Ali merenungi permasalahan antara dirinya dengan sang bunda. Ia mengingat semua masa sulit yang ia, bunda nya dan juga Rio alami. Juga perkataan Rio saat terakhir mereka berbicara.

Ya, sejak kejadian dikamar nya waktu itu, Rio juga seakan menghindari nya. Entah siapa yang sebenarnya paling tersakiti disini, tapi Alika menyadari satu hal. Hidup nya sepi tanpa mereka. Pernah waktu Alika sehabis latihan taekwondo, ia pulang sudah sangat sore. Ia melihat Rio juga sang bunda sedang asik menonton televisi sambil memakan cemilan. Saat itu Ali ditanya oleh sang bunda, namun Alika tak menjawab malah terbilang acuh. Walau jauh didalam hatinya ia sangat rindu kehangatan keluarga yang seperti itu.

Tanpa sadar air matanya terjatuh, Ali teringat cerita Ata tadi. Betapa beruntung dirinya masih tinggal satu atap dengan orang tua yang melahirkan nya, membesarkan nya dan menyayangi nya. Ata tak se beruntung dirinya, walau dari luar ia terlihat sangat sempurna. Tapi ternyata kesempurnaan nya terasa kurang manis.

Alika menyadari kesalahannya. Ia pun beranjak masuk kedalaman kamar mandi untuk mengambil wudhu. Ia pun bersujud memohon ampun kepada sang pencipta. Di ceritakan nya semua keluhan kesahnya, Alika menangis, menangis sejadi-jadinya. Ia sadar, selama ini ia sudah durhaka pada bunda nya. Padahal sang bunda sudah mati-matian kerja keras untuk memenuhi segala kebutuhan nya.

"Bun, maaf. Maafin aku! "

❤️❤️❤️

My CALM boy friendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang