Chapter 17

9K 685 152
                                    

"Kris hyung, kenapa hyung ada di sini?"

Luhan merinding, suara Sehun yang lebih mirip dengan geraman membuatnya ingin kabur namun kakinya tidak bisa bergerak karena Sehun yang sudah berdiri di sampingnya, "Ge, jangan katakan jika aku adalah mantan kekasihmu yang pernah kau duakan", Luhan berkata lirih dengan bahasa mandarinnya yang pasih, meskipun dalam kondisi genting namun harga diri tetap dia junjung tunggi. Tangannya yang memegang bunga terasa berkeringat karena panasnya aura hitam yang di tebar Sehun.

"Hm", Kris hanya bergumam, memberikan senyuman separoh pada Sehun yang dengan terang-terangan menatapnya tidak suka, "Aku hanya ingin mengucapkan selamat pada salah satu anak didikku. Usaha yang baru di rintisnya akan menambah poin plus di kelas bisnis yang dia ambil", merasa bangga, dengan sengaja Kris mengulurkan tangan, mengusap kepala Luhan layaknya sang ayah yang sedang bangga pada anaknya yang berprestasi.

Melihat tangan itu, ingin sekali Sehun menepisnya, tapi sayang, tatapan bertanya dari bola mata Jin dan Taeyong yang seolah mempertanyakan ekspresi wajahnya membuat Sehun tidak bisa berkutik meskipun emosi mulai merasukinya.

"Kau sendiri kenapa kau ada di sini Hun-ah?", Kris bertanya santai, kontras dengan otot wajah Sehun yang mengeras siap menonjoknya karena sudah berani menyentuh istrinya.

Di balik tumpukan bunga yang menutupi bagian atas tubuhnya Luhan menggigit bibir, dia merasa bangga menjadi rebutan dua makhluk tampan di hadapannya. Senyuman merekah tersungging di wajahnya yang sudah merona sempurna.

Puk

Mendengar kikikan setan dari mulut Luhan tangan panjang Sehun menepuk tumpukan bunga di tangan Luhan, menghentikan kikikan istrinya yang sudah tidak bisa wanita itu tahan lagi.

"Sehun-ah kenapa kau ada di sini?", seolah ingin membangkitkan setan dalam tubuh Sehun dosen berambut pirang itu kembali bertanya, ingin menyaksikan secara langsung pertengkaran konyol pasangan muda di dekatnya.

"Luhan adalah..", jawaban Sehun terhenti, dia tidak yakin harus mengakui Luhan di saat ada banyak teman-temannya di sini, Jin cs sudah pasti akan memusuhinya karena sudah menikahi idola mereka, mendekati Luhan saja awalnya para cecenguk itu begitu marah padanya, untungnya dia mempunyai setumpuk uang untuk menyumpal mulut Jin yang sering mengocehinya karena berani mengganggu idola mereka. Idola dan penggemar memang tidak jauh berbeda, sama-sama mata duitan.

Lama berfikir kening Sehun semakin berkerut ketika dia tidak menemukan jawaban yang tepat. Jika dia tidak mengakui Luhan apa Luhan akan marah padanya? Sehun bingung, bola matanya bergerak gelisah memandang Luhan yang sedang bersemu bangga, "Luhan ikut aku!", jika sebelumnya dia memperlakukan Luhan dengan amat sangat lembut namun berbeda dengan sekarang, dia menyeret Luhan begitu saja ke bagian belakang cafe guna berdiskusi dengan istrinya.

"Uwah, aku kira semuanya sudah selesai semua, ternyata bagian belakang cafe ku masih berantakan, kau nyicil ya Hun?"

"Jangan mengalihkan pembicaraan!", Sehun mendesis, mengukung tubuh istrinya yang lagi-lagi mengulum bibirnya.

"Aku tidak, kan memang belum selesai. Lihat banyak batu-bata di sini, bagaimana jika aku tersandung lagi?", Luhan memandang ke sekitar, mengalihkan aroma parfum Sehun yang membuatnya ingin menghambur ke pelukan Sehun, tapi dia tidak akan melakukan itu di saat suaminya sedang berapi-api, bisa-bisa bukan pelukan yang dia dapat tapi tepisan kasarlah yang dia dapatkan dari suaminya yang luar biasa pencemburu.

"Apa yang harus ku katakan pada para selingkuhan mu?"

"Siapa selingkuhan ku?"

"Dosenmu, Minhyun, Taeyong dan Jin sialan itu"

Hide and SeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang