Chapter 15

10.9K 775 299
                                    

Previous chapter...

Keparat tampan, dua kali sudah Luhan memekik riang dan bergelinjang bahagia di ruang belajarnya. Terima kasih pada usaha Sehun yang berhasil mengembalikan kepercayaan dirinya. Terima kasih pada suaminya yang kembali membuatnya insomnia di malam-malam selanjutnya, "Sehun-ah, kutuk aku agar tidak mencintai mu. Dada ku berdebar Sehun-ah eotteohkae"

.

.

.

.

.


Setelah memekik riang seorang diri dengan perasaan luar biasa bahagia, Luhan membaca ulang surat dari suaminya yang dia pastikan akan dia jadikan benda keramat di dalam hidupnya. Suaminya sangat manis, Luhan tidak tahan untuk tidak menjerit lagi saat membaca bait;

Kau tidak perlu mengubah apapun
Kau cantik dan sempurna dengan dirimu yang sekarang

Dari sepanjang kalimat yang Sehun tulis, hanya sepenggal pujian itulah yang melekat di otaknya, yang membuatnya ingin menggigit bibirnya untuk menahan jeritannya, yang membuatnya ingin mengambil lem dan menempelkan kertas putih tersebut di keningnya agar semua orang tahu bahwa dia adalah wanita yang sempurna, wanita yang kecantikannya di akui oleh suaminya yang tidak pernah memuji orang.

Ooh ya Tuhan, Luhan rasa dia sudah gila, dia tidak akan berani berkaca untuk saat ini. Malu merasakan pipinya yang memanas bersamaan dengan senyum lebar yang enggan menghilang dari wajahnya, "OH SEHUUUUN", dia tidak tahan berbahagia seorang diri, segera berlari mencari suaminya untuk memberinya pelajaran. Langsung melompat masuk kepelukan Sehun yang langsung sigap menggendongnya.

Sehun menelan kasar minumannya, sedikit tersedak karena teriakan Luhan yang sangat memekakkan telinga, "Wae? Kali ini ada apa lagi dengan mu?"

"Ini"

Pffftt

Tawa Sehun pecah melihat Luhan yang menyembunyikan wajahnya yang memerah di lehernya. Mengambil kertas tersebut dan perutnya terasa tergelitik saat matanya tidak sengaja membaca beberapa penggal kalimat di sana.

"Itu tulisan mu ya? Gomawo"

Sehun masih terkekeh geli, meletakkan Luhan di meja makan dan mengusap rona di pipi istrinya yang masih menunduk malu, "Aku tidak menulisnya, itu surat Kai yang tertinggal"

"Seolah aku tidak tahu tulisan mu saja Oh Sehun"

"Senang tidak?"

"Biasa saja"

"Kalau begitu aku buang saja"

"Jangan!", Luhan menahan tangan Sehun yang hendak melempar kertas manis tersebut ke kotak sampah, menyembunyikan tangannya di dada sambil bergumam, "Kenapa kau selalu melakukannya di ruang belajar? Kenapa tidak di kamar saja?"

"Apa bedanya? kan sama-sama di apartemen kita"

"Beda, ruang belajar ya untuk belajar, bukan untuk gombalan murahan seperti ini"

Setelah mendengus dan menyentil kening sang istri Sehun membalas, "Ini juga untuk belajar sayang"

"Belajar apanya?"

"Banyak. Belajar mencintai mu, belajar membuat mu senang, belajar membuatmu tertawa, bel-,"

Cup

"Hentikan, aku akan sulit tidur jika kau melanjutkannya", Luhan melompat turun dari meja, berlalu dari dapur untuk menyelamatkan jantungnya yang mulai tidak sehat.
Sehun tidak boleh menjadi romantis, itu sangat berbahaya untuk kelangsungan hidupnya.

Hide and SeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang