Chapter 40

8.2K 768 172
                                    

Seharusnya saat ini wanita berusia dua puluh enam tahun itu sedang berbahagia. Seharusnya wanita yang di nikahi teman sekelasnya sejak delapan tahun yang lalu itu sedang bersuka cita merayakan keberhasilannya dalam membuat suaminya sengsara. Seharusnya saat ini ia sedang berpesta ria demi merayakan kesendiriannya yang ia kira akan terasa jauh lebih bahagia saat tidak ada Sehun di sisinya.

Tapi, apa yang terjadi sekarang justru sebaliknya. Bukannya kebahagiaan dan kedamaian yang ia dapatkan sebagaimana yang ia harapkan, Luhan justru sedang berurai air mata setelah dengan begitu kejinya ia mengabaikan Sehun yang tengah menderita.

Alih-alih sedang meneguk champagne untuk merayakan kemenangannya, Luhan justru merasa mual karena lagi-lagi kata hatinya berhasil mengalahkan egonya yang tinggi.

Luhan pikir kebahagian yang lebih besar akan dia dapatkan setelah ia memilih pergi dari kehidupan Sehun. Luhan pikir air mata tidak akan pernah lagi menumpuk di pelupuk matanya yang perih. Tapi Luhan salah, hatinya justru merasa gelisah, dia sakit dan tidak tenang karena tidak ada Sehun di sisinya.

Sehun adalah cintanya, Sehun adalah kebahagiaannya, Sehun adalah pria yang di takdirkan Tuhan untuk menguasai hatinya selamanya. Tapi, keinginan hatinya yang tidak ingin terlalu lama terluka membuat ia melupakan semua kenyataan itu.

Bayangan ketika beberapa jam lalu Sehun menatapnya melalui matanya yang sedih, di mata yang sendu itu Luhan bisa melihat jika pria yang ia cintai sedang kesakitan, sakitnya jauh lebih berat dari apa yang sedang Luhan rasakan.

Sehun sakit karena terlalu rindu, dan begitu pun dengan apa yang sedang Luhan rasakan. Luhan juga sedang sakit, sakit ketika ia melihat kedua malaikat kecilnya menangis sesenggukan karena terlalu merindukan ayah mereka. Si sulung Haowen bahkan demam tinggi setelah dengan mata kepalanya sendiri Haowen melihat ayah kesayangannya pingsan di dalam pelukan ibunya yang keji.

Luhan goyah, keinginan hatinya untuk membenci justru tergantikan dengan hasrat besar ingin berpelukan erat dengan suaminya yang ia cintai.

Terlebih lagi Ziyu yang selama ini paling dekat dengan Sehun terus merengek membujuknya agar di pertemukan dengan ayahnya yang ia ketahui sedang tidak baik-baik saja.

Lalu jika sudah seperti ini Luhan harus bagaimana? Egonya yang besar belum mau berbaikan dengan Sehun tapi hatinya yang lemah tidak ingin menjadikan Sehun sebagai kenangan jika Luhan benar-benar menghapus Sehun dari hidupnya.

Haowen dan Ziyu

Seluruh hati kedua bocah itu sudah di penuhi kerinduan menyedihkan untuk ayah mereka yang mereka cintai, dalam tidur pun bahkan hanya sosok Sehun yang mereka inginkan untuk mewarnai mimpi mereka yang indah. Luhan tidak ada apa-apanya di bandingkan Sehun. Dalam urusan mengasuh Haowen dan Ziyu, Sehun yang nomor satu.

Tingkah konyolnya, candaannya yang tidak lucu, cerita dongengnya yang membosankan, meskipun asal-asalan tapi nyatanya Sehun jauh lebih becus dari dirinya dalam mendidik Haowen dan Ziyu. Tak heran jika sekarang setelah lima hari terlewati tanpa Sehun, kedua bocah yang masih membutuhkan peran seorang ayah untuk membesarkan mereka itu sudah sangat merindukan Sehun. Keduanya bahkan terserang demam, yang satu demam karena setres memikirkan permasalahan yang sedang terjadi di antara orang tuanya, dan yang satu demam karena terlalu merindukan sosok Sehun dalam hidupnya.

Hah

Luhan rasa dia harus mengikuti kata hatinya, hatinya yang menginginkan Sehun sebagai satu-satunya orang yang dia izinkan untuk menghapus air matanya, mengobati lukanya, dan mendekap seluruh hatinya dengan cinta yang semakin besar setelah berbagai masalah besar yang telah mereka lewati.

"Ibu, Haowenie hyung tidak mau makan"

Luhan menarik nafasnya sekali lagi, Haowen sedang marah besar padanya karena sudah memisahkannya dengan Sehun, hal itu pulalah yang membuat Luhan melamun di sudut ruangan seorang diri.

Hide and SeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang