Chapter 13 "Bitch"

12.2K 798 141
                                    

Previous Chapter..

"Iya, aku akan jadi kaki tangan mu selama kau mengandung anak kita"

"Jika aku tidak lagi mengandung?"

Keduanya terkekeh, tatapan hangat dan lembut tidak bisa di hindari dari bola mata keduanya yang terpancar jelas kebahagiaan yang sedang mereka rasakan. Yang lebih dominan memiringkan kepala, meraup bibir merekah istrinya yang sering menjungkar balikkan emosinya. Dada keduanya berdegub kencang, seimbang dengan gerakan lidah dan bibir mereka yang menyatu untuk yang kesekian kali.

.

.

.

.

.

"Sehun-ah mau kemeja atau T-shirt?"

Menguap, Sehun menyipitkan mata melihat istrinya yang tampak sibuk di jam delapan pagi, "Apa?", katanya parau, khas suara bangun tidur.

"Hari ini kau mau pakai apa?"

"Kemeja saja, aku ada presentasi hari ini"

Bersama kemeja putih tulang yang menyerupai kulit suaminya, Luhan mendekati dressing table sementara jari-jarinya sedang mempreteli kancing kemeja suaminya dan menggantungnya di pintu lemari, "Aku letakkan di sini ya, sekarang aku pergi karena kelasku sebentar lagi akan di mulai"

"Mau ku antar tidak?"

"Tidak perlu, hanya bersihkan apartemen kita dan setelahnya kau bisa menyusulku di kampus", Luhan terburu-buru mendekati Sehun, menunduk guna memberikan ciuman selamat pagi pada Sehun, "Sarapan mu sudah ada di atas meja, aku pergi Sehun-ah"

"Hati-hati Luhan-ie, jangan menyetir sendiri, ingat?"

"Arasseo. Kancingkan kemejamu sampai kancing teratas, ingat?"

"Eemm"

Dan seperti itulah aktivitas yang terjadi di antara Sehun dan Luhan akhir-akhir ini. Ketika kelas Sehun lebih pagi dari kelas Luhan maka Luhan akan menjadi Luhan yang normal, Luhan yang menjalankan semua pekerjaannya sebagai seorang istri. Namun jika kelas Luhan lebih pagi dari kelas Sehun maka saat itulah Sehun berubah menjadi babu, semua tugas Luhan dia ambil alih sedangkan si ibu hamil dari pagi buta sudah menghilang. Hanya meninggalkan roti panggang dan segelas kopi di meja makan.

Seperti pagi ini, di saat mata Sehun masih setengah terbuka sang istri sudah bersiap pergi ke kampus, sementara Sehun berguling tidak jelas di kasurnya untuk mengumpulkan energi dan menghitung apa saja pekerjaan yang harus dia lakukan. Setidaknya menyapu dan mencuci sudah menjadi tugas wajibnya, Luhan akan merepet panjang lebar jika mendapati apartment mereka yang kotor walaupun karena secuil debu sekalipun,

Debu tidak sehat untuk perkembangan bayi kita, jadi bekerjalah dengan benar..

Begitu katanya sehingga tidak ada yang bisa Sehun lakukan selain menuruti semua kemaun istrinya. Lagi pula hanya tersisa delapan bulan lagi, setelah itu dia akan bebas dari siksaan Luhan, mungkin, atau malah semakin parah (?).

Setelah meregangkan tubuhnya Sehun mendesah malas, kenapa remaja sepanas dia yang seharusnya asik memegang tangan para gadis justru berakhir memegang sapu dan mesin pencuci pakaian? Tapi anehnya kenapa dia tidak menyesali sama sekali keputusannya untuk menghamili Luhan?.

.

.

.

Hide and SeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang