Now playing : Paper Planes.🎶
Suara beat kini mulai terngiang di telingaku bersamaan dengan tubuhku yang bergerak gemulai mengikuti alunan musik yang dimainkan apik oleh DJ. Aroma minuman keras begitu tercium jelas sejalan dengan kerumunan orang-orang pemabuk. Sejujurnya aku benci bir namun aku tidak peduli, yang penting aku menari.
Walaupun gerak tubuhku tak jelas, namun aku berusaha menikmatinya. Sudah sebulanan ini aku merasakan hidup gemerlapan di bawah lampu disko.
Tiba-tiba handphoneku berdering, namun suaranya kalah besar dengan beat musik di klub. Kucoba hiraukan namun getarannya menganggu. Akhirnya kuraih dan kulihat pemilik nama disana.
Ah, Taka-nii.
"Ada apa?" tanyaku dengan suara malas.
"Kau...di...-na?"
"Aduh, maaf aku tidak bisa mendengarmu nii, musik disini terlalu keras."
"Me...-kau...--lab...-gi?"
"Aduh!" dengan gusar kumatikan panggilannya, percuma saja. Musik disini terlalu keras sehingga tak memungkinkanku untuk mendengarnya. Ya sudahlah. Semoga saja itu membuatnya mengeluarkan pilihan untuk sms jika memang penting.
Drrt drrt.
Sesuai perkiraanku.
From : Taka-nii
Kapan kau pulang?To : Taka-nii
Idk.Sudah. Lanjut lagi. Mari berpesta ria lagi dengan semua kegilaan yang kini mengubah diriku!
*
"Sekarang kita panggilkan, penulis hangat yang kini namanya terkenal seantero Jepang, ... siapa lagi kalo bukan Moriuchi Meiko-san?" ujar sang presenter salah satu program televisi yang kini memanggilku masuk ke dalam studio.
Oh ya apa aku lupa memberitahu bahwa sekarang aku sedang diundang di program televisi ini hanya untuk sesi wawancara? Ehe, kini aku bukanlah Meiko yang dulu lagi!
"Doumo*." sapaku dengan tersenyum simpul. Wajah gadis terampil penuh kesuksesan.
"Etto, ... bisakah anda ceritakan bagaimana caranya anda dapat mengguncang dunia sastra dengan karya-karya anda yang sangat luar biasa itu?"
"Hmm, ... jawabannya simple saja. Tetap yakin, fokus dan yang terpenting usahakan bunuh semua rasa sakit hatimu. Jadikan kesuksesanmu sebagai pelampiasan semua rasa sakit yang tak pernah bisa kau balaskan."
Ya, inilah keputusan yang sudah kubuat. Keputusanku hanyalah ingin mengubah hidupku yang penuh kesialan ini. Sekarang aku tidak kalah terkenal dengan keluargaku, kan?
Tanpa kusadari kegigihanku selama ini tidak sia-sia. Padahal aku menulis hanya untuk mengobati sakit hati dan menikmati masa muda, namun tak kuduga bahwa kini uang, ketenaran, dan martabat bisa kuperoleh dengan mudahnya.
Walaupun uang bisa dengan mudah kudapatkan, ketenaran dengan mudah mendekat, sejujurnya hatiku tetap terasa hampa dan kosong. Seolah angin bisa berlalu di dalamnya.
Itu sebabnya aku menghamburkan semua uangku untuk berfoya-foya dan bermain-main di klub malam. Bukan karena dipengaruhi oleh Taka-nii namun aku tidak tahu semua uang yang banyak ini harus kugunakan untuk apa. Aku ingin mencari kebahagiaan dan kurasa jawabannya klub malam.
Jadi malam ini aku akan pergi ke sana lagi tanpa mengindahkan nasihat Taka-nii yang melarangku padahal dia sendiri juga anggota aktif klub malam.
*
"Mei-chan, mau sampai kapan kau akan begini terus?" tanya Yamashita-san padaku. Dia menyetop mobilku seenaknya setelah kumasuk ke mobil yang terparkir rapi di depan gedung stasiun televisi yang tadi mewawancaraiku.
"Apanya? Maksudmu klub malam?" lirikku sinis dan dibalas dengan anggukan maut. Kuhela nafas panjang dan malas.
"Gini ya, Yamashita-san! Aku hanya mencoba menikmati hidup. Apa salahnya? Uang itu ibarat pesawat kertas, sangat mudah didapatin, dilipat, dan dimainin sesuka hati," ujarku dengan nada enteng. Sebenarnya aku tidak punya banyak waktu, aku harus membagi waktu antara kembali menulis dan bermain di klub.
"Mungkin uang bisa bicara tapi kata-katamu murahan. Aku ini sedang bicara dengan siapa, sih? Adik Taka atau penulis naik daun seantero Jepang?" sindir Yamashita-san dengan nada sarkas. Aku menyadarinya bahwa dia seolah tak percaya bahwa sikapku sudah berubah 180 derajat.
"Cih, apakah gaji gitaris ONE OK ROCK kurang untukmu, huh? Kau butuh uang?! Ambil, kuberi cash tapi jangan ganggu aku lagi! Aku sangat sibuk!" seruku cepat dan mendapatkan sebuah hadiah tamparan ringan di pipiku yang kini memanas.
"Kau bukan Mei-chan yang kukenal!" itulah kalimat yang keluar dari bibirnya setelah menamparku.
"Cih, ringan sekali tanganmu itu."
"Apa masalahnya? Uangmu kan banyak! Kau bisa melaporkanku ke polisi jika gak suka."
"Kau mengomporiku?! Aku ini bensin yang mudah terbakar!"
"Dasar bodoh!" serunya dengan pipil yang mengecil dan menajam, tatapannya benar-benar sinis. Apa Yamashita-san membenciku?
"Terserah, minggir!" usirku sembari menyalakan klakson mobilku berkali-kali dan berharap dia meminggirkan tubuhnya dari hadapanku. Namun dengan nekat dia membuka pintu mobilku yang kebetulan belum dikunci.
"Ap-apa yang---" bibirku terbungkam dan terkunci rapat tatkala tangannya bergerak tanpa aba-aba mendekapku erat. Kini pupilku terbuka lebar seolah tak percaya namun aku tak membalas ataupun berusaha melepas pelukan itu. Aku bergeming di tempatk.
"Kumohon Mei-chan, jadikan aku pelampiasanmu. Aku gak mau kamu menderita lagi."
What's it cost and is it worth the pain?
-Tbc.
Ket :
1. Doumo : Halo.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAE 1 - Mighty Long Fall✔
Hayran Kurgu[SONG ALBUM EDITION 1 - OOR FF] Untuk seseorang yang kucintai, Apakah salah jika kutanamkan rasa padamu terlalu dalam? Apakah salah kubenamkan harap pada angin dan matahari senja itu? Sungguh, betapa menawannya dirimu hingga mampu membuat hatiku per...