Rahasia yang telah terungkap

1.7K 58 0
                                    

" A...aku cuma mau bilang, Saranghae" Ujarnya

Aku tidak menyangka bahwa Hyun Jong menyatakan perasaannya lagi. Apa sebaiknya aku berterus terang bahwa aku sudah bertunangan, ya itu memang harus aku lakukan.

" Mian Hyun Jong ah, jawabanku masih tetap sama dan akan tetap sama" Ujarku merasa menyesal.

Raut wajah Hyun Jong seketika berubah sedih setelah mendengar jawabanku. Aku sangat-sangat merasa tidak enak hati padanya, tapi aku tidak mau membuatnya semakin terluka dengan menungguku.

" Wae? Apakah kamu sudah memiliki kekasih? Kenapa kau menolakku?" Ujarnya

" Mian Hyun Jong ah, aku hanya menganggapmu sebagai temanku tidak lebih. Maaf tapi aku harus memberitahumu yang sebenarnya. Sebenarnya aku.....

Ucapanku terhenti karena tiba-tiba Hyun Jong memelukku.

" Aku tidak ingin mendengar alasanmu, apapun itu. Meski kamu menolakku lagi dan lagi akan aku pastikan pada akhirnya kamu akan menerimaku" Ujarnya masih memelukku

" Hajimma, dengarkan alasanku dulu. Aku tidak mau membuatmu semakin terluka, jebal!" Ujarku

" Jangan katakana, jebal" Ujarnya

Dia tidak memberikanku kesempatan untuk menjelaskan yang sebenarnya. Aku tahu dia sangat sedih, tapi aku bisa apa. Akhirnya dia melepaskan pelukannya, aku melihat matanya seperti orang yang habis menangis.

" Masuklah" Ujarnya

Dengan berat hati aku melangkah meninggalkan Hyun Jong, dengan sesekali menoleh ke belakang. Tiba-tiba seseorang menarikku dan membuatku berbalik arah, dia menatapku dan tanpa sadar dia mengecup bibirku. Setelah sadar aku memberontak,

" Apa kamu gila?" Ujarku

Setelah mengatakan itu aku berlari meninggalkan Hyun Jong yang masih berdiri di tempatnya. Pikiranku sangat kacau malam ini, dengan terburu-buru aku menaiki lift dan segera masuk ke apartement nomor 1803. Aku masih berusaha mengatur perasaanku yang berkecamuk dan mencari keberadaan oppa.

" Oppa odiga? Aku sudah pulang" Ujarku

Aku memanggilnya beberapa kali namun tidak ada sahutan, terakhir aku memeriksa kamarnya. Benar dia sedang berbaring di ranjangnya, dia terlihat sakit. Segera aku memeriksa suhu badannya dengan menempelkan telapak tanganku di dahinya, namun tanganku di tepis.

" Ka, aku ingin sendirian!" Ujarnya

Aku terkejut mendengar oppa yang membentakku. Mataku berkaca-kaca, karena ini pertama kalinya ada seseorang yang membentakku. Aku sangat khawatir padanya tapi kenapa dia malah membentakku, apa salahku. Cairan bening meluncur deras membasahi pipiku, aku tidak mengerti mengapa oppa tiba-tiba kasar padaku.

" Oppa, wae geure?" Ujarku di sela tangisku

" Ka...." Ujarnya tanpa mau menatapku

Aku berlari meninggalkan kamarnya dan masuk ke kamarku. Tangisku semakin pecah, aku tidak peduli lagi jika oppa mendengarnya. Aku ingin meluapkan kesedihanku, itu saja. Saat ini aku butuh sesorang untuk berbagi, aku ingin mengurangi beban di hatiku. Aku menelpon Na Ri dan mengutarakan segala kesedihanku, dia sangat khawatir mengetahui aku menagis dia berusaha menenangkanku. Setelah cukup lama aku bercerita pada Na Ri aku mengakhiri panggilan karena hari sudah larut malam. Aku mencoba untuk tidur namun mataku tidak mau terpejam meski aku mencobanya. Di sisi lain aku sangat khawatir dengan keadaan Jun Young oppa karena dia sedang sakit, tapi aku tidak memiliki keberanian untuk kembali ke kamarnya. Aku tidak bisa tidur hingga matahari terbit, lalu aku ke dapur untuk menyiapkan sarapan untuk oppa. Setelah itu aku bersiap untuk ke kampus. Bahkan setelah aku selesai bersiap-siap, oppa tidak keluar dari kamarnya. Rasa khawatirku mengalahkan ketakutanku, aku masuk ke kamar oppa dan melihat keadaannya. Dia masih tertidur dan wajahnya masih sangat pucat.

Sudah Terbit My Teacher is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang