8

2.3K 70 2
                                    

Seperti biasa dia selalu menjemput dan mengantarku pulang, aku sudah terbiasa dengan itu. Semakin hari aku disibukkan dengan belajar karena sebentar lagi akan ada ujian, yakin mulai besok. Aku mempersiapkan ujianku dengan sangat baik. Setiap hari selain di sekolah aku belajar semua materi agar hasil ujianku memuaskan. Tak jarang Na Ri juga datang ke rumahku atau aku ke rumah Na Ri untuk belajar bersama. Aku sangat bersemangat mengingat ujian ini dapat menentukan apakah aku bisa masuk perguruan tinggi atau tidak. Malam ini aku juga belajar dengan serius di kamarku dan tidak berniat untuk meninggalkan kamarku. Jadi ibulah yang datang ke kamarku untuk mengantarkan cemilan dan melihat keadaanku.

" Sayang Jun Young datang!" Ujar Ibu

" Oh, suruh dia ke sini saja Bu, Nana sedang sibuk" Ujarku

Ibu mengerti dan turun untuk menemui Jun Young. Tak lama Jun Young mengetuk pintu kamarku.

" Masuk saja tidak terkunci" Ujarku

Kemudian aku melihatnya masuk dan tersenyum padaku. Aku memasang wajah datar untuk menyambutnya.

" Ada apa?" Ujarku

" Aku hanya ingin melihatmu, apa ada yang bisa aku bantu Nana?" Ujarnya

Aku berpikir sejenak kemudian menyodorkan buku kearahnya, aku menanyakan satu materi yang belum aku pahami. Dia menarik kursi disebelahku lalu duduk, dengan senang hati dia menjelaskannya padaku. Aku menyimak penjelasannya dan memahami apa yang dia jelaskan. Setelah selesai menjelaskan dia memberikan sesuatu untukku. Sebuah kotak berwarna hitam, entah apa isinya. Akhir-akhir ini aku memang sedikit dekat dengannya namun aku tetap cuek terhadapnya. Hanya sudah mulai terbiasa dengan kehadirannya.

" Apa ini?" Ujarku

" Bukalah!" Ujarnya

Lalu aku membuka kotak tersebut. Aku melihat sebuah kalung dengan liontin berbentuk bintang di tengahnya. Sangat cantik, sungguh. Namun bukan aku jika langsung menerimanya.

" Ah, oppa aku tidak bisa menerimanya." Ujarku sambil mengembalikan kotak itu padanya.

Dia terlihat kecewa, kemudian dia memegang tanganku.

" Terimalah, jangan membuatku bersedih. Aku memesannya khusus untukmu. Anggap saja sebagai jimat keberuntunganmu, nde!" Ujarnya

Aku berpikir sejenak, meski aku belum menerimanya sebagai tunanganku namun aku tidak bisa melihatnya bersedih. Entah sejak kapan perasaan itu dimulai. Dan sejak hari dimana aku membuatnya bersedih aku memanggilnya dengan sebutan oppa, meski sampai sekarang aku masih canggung dengan panggilan itu. Dia tampak sedih sambil memegang tanganku, aku tidak tega melihatnya. Kemudian aku mengangguk dan menerima hadiahnya. Dia senang dan memasangkannya dileherku.

" Gomawo" Ujarnya

Aku tersenyum, lalu melanjutkan belajarnya. Dia masih setia di sampingku tanpa berniat mengganggu konsentrasiku. Kemudian ibu masuk ke kamarku membawakanku susu hangat, potongan buah, serta secangkir kopi untuk Jun Young. Sesekali dia menyuapkan buah padaku, dan aku menerimanya tanpa ada niat untuk berhenti belajar. Ya dia sangat baik, meski terkadang sifat menyebalkannya itu masih sering membuatku kesal. Sepertinya aku sudah terbiasa dengan itu karena aku sudah mengenalnya hampir dua bulan. Tanpa sadar aku tertidur di meja belajarku. Jun Young memindahkanku ke tempat tidurku dan menyelimutiku. Dia mengecup keningku, serta menatapku untuk beberapa saat. Kemudian ponselku berdering, ada sebuah pesan masuk.

Keesokan harinya aku terbangun dan bersiap untuk berangkat sekolah, aku turun untuk sarapan dan melihat Jun Young juga bergabung bersama kami. Ayah dan ibu memberiku semangat untuk ujian, tidak lupa mereka juga menciumku. Aku sama sekali belum mengecek ponselku sejak semalam karena terlalu fokus belajar. Setelah sarapan kami berangkat menuju sekolah, sebelum aku turun dari mobilnya dia mencium keningku. Aku terkejut dengan tindakan Jun Young itu, aku diam terpaku di tempatku. Kemudian dia membukan pintu untukku dan berkata " Fighting". Aku hanya diam tanpa merespon karena aku masih sibuk mengatur detak jantungku karena kelakuannya tadi. Aku berjalan mendahuluinya, karena takut dia akan melihat wajahku memerah. Dia tersenyum melihat tingkahku, ah aku sangat malu.

Sudah Terbit My Teacher is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang