Kuat

1.7K 58 3
                                    

Setelah beberapa hari aku di rumah sakit, akhirnya dokter mengizinkanku pulang. Hanya saja dokter berpesan agar menjaga kandunganku baik-baik. Mengingat aku pernah terpeleset hal itu akan berdampak sangat fatal jika aku terpeleset dan jatuh lagi. Namun hari ini aku tidak pulang ke rumah kami melainkan pulang ke rumah orang tuaku. Ibu memintaku untuk tinggal di rumah agar selalu ada yang menjagaku ketika oppa bekerja. Beruntung ayah dan ibu sudah tidak di luar negeri dan kembali menetap di Korea karena perusahaan sudah dialihkan di Korea.

Oppa menggandengku ke dalam rumah, ayah dan ibu sudah menunggu kami. Aku dan oppa langsung ke kamar agar aku bisa beristirahat. Oppa membantuku untuk berbaring, dan mengusap lembut suraiku.

" Tidurlah, nanti ku bangunkan." Ujarnya

" Nde oppa" ujarku

Aku menutup mataku dan mencoba tidur. Tak lama aku tertidur, setelah aku tidur oppa keluar untuk berbincang dengan ayah dan ibu.

Aku membuka mataku kemudian keluar dari kamar. Aku mencari oppa namun tidak ada.

" Kamu mencari Jun Young sayang?" tanya Ibu

" Ah nde eomma. Oppa kemana?" ujarku

" Tadi dia bilang mau ke kantor. Ada urusan mendadak katanya" ujar ibu

" Oh begitu" ujarku

Kemudian aku duduk, lalu ahjumma menyiapkan makanan untukku. Karena aku baru bangun jadi aku melewatkan untuk makan siang bersama.

" Makanlah sayang, ini makanan kesukaanmu bukan?" ujar Ibu

Aku mengangguk, dan mulai makan. Baru beberapa suap saja aku sudah merasa kenyang. Ibu memintaku untuk menghabiskan makananku, karena aku perlu banyak nutrisi katanya. Tetapi bagaimana lagi aku sudah merasa kenyang. Tak mau terlalu lama berdebat denganku akhirnya ibu mengalah. Setelah makan siang yang terlambat, aku bersama ibu menikmati waktu bersama. Aku bermanja-manja padanya seperti dulu sebelum aku menikah. Ibu juga tidak keberatan, justru ibu juga sangat merindukan sifat manjaku ini. Maklum saja setelah menikah kami jarang bertemu karena ibu harus menemani ayah di jepang dan aku tinggal bersama suamiku.

" Apa kamu menginginkan sesuatu sayang?" tanya ibu

" Em Nana ingin makan jeonbokjuk (makanan khas Jeju)" ujarku

" Oh ya sudah nanti sore kita beli ya!" ujar ibu

" Tapi Nana mau yang di Jeju" ujarku

" Mwo? Itu sangat jauh sayang. Kita beli dulu yang di Seoul saja, nanti kalau ada waktu kita ke Jeju

Aku mengangguk, dan sedikit kecewa.

Malam sudah sangat larut, namun kenapa oppa belum juga pulang. Bahkan line dariku taka da satu pun yang di balas. Aku merasa khawatir. aku keluar kamar menuju kamar ayah dan ibu. Mereka sudah tidur, jadi aku mengurungkan niatku untuk membangunkan mereka. Aku kembali ke kamar dengan sempoyongan, rasanya sangat lemas dan pusing. Aku menjatuhkan diriku diatas tempat tidur sambil menelpon oppa.

Tidak biasanya oppa seperti ini, biasanya dia selalu memberikan kabar jika harus lembur dan memintaku jangan menunggunya. Telponku masuk tetapi tidak ada jawaban dari oppa, aku semakin cemas. Tanpa sadar aku menagis, mungkin ini efek dari kehamilanku.

"Oppa, dimana? Jangan membuatku khawatir!" ujarku lirih

Tiba-tiba ponselku berdering, segera aku mengangkatnya.

"Yomseyo? Oppa kenapa tidak pulang-pulang, kau tahu aku sangat khawatir!" ujarku

" Maaf apakah Anda keluarga pasien? Ini dari kepolisian" ujarnya

Aku tak sanggung berkata-kata, apa yang terjadi kenapa ponsel oppa di pakai orang lain.

" Yomseyo?" ujarnya

" Nde?" ujarku

" Tuan Shin Jun Young saat ini di rumah sakit, dia mengalami kecelakaan saat daerah Busan. Jika Anda keluarganya, datanglah ke rumah sakit Hangkuk Seojin sekarang!" ujar polisi

Air mataku luruh membasahi pipiku, aku sangat shock mendengar kabar ini. Tidak ini pasti mimpi, ya ini pasti mimpi. Aku menepuk pipiku tetapi rasanya sakit, benarkah ini bukan mimpi? Perutku terasa kram, ini pasti efek kabar yang aku terima barusan. Aku keluar dari kamar sambil teriak dan berlari menuju kamar eomma. Mereka tampak terkejut mendengar teriakanku, dan segera menghampiriku, ponselku masih belum terputus sambungannya.

" Ada apa sayang? Apa yang terjadi, kenapa kamu menangis?" ujar Eomma.

Aku tidak bisa mengatakan apa-apa pada mereka, lalu ayah mengambil ponselku. Lalu orang yang diseberang telpon menjelaskan pada ayah, aku tak kuasa mendengar kabar ini. Terlebih mereka bilang bahwa oppa sedang kritis, rasanya aku ingin mati saja dari pada harus kehilangan oppa. Bagaimana dengan calon anakku, apa dia harus kehilangan ayahnya secepat ini. Mungkin aku yang terlalu berpikir kejauhan tapi itulah ketakutanku.

Ibu memelukku untuk menenangkanku, aku menangis dalam pelukannya. Semakin lama rasa sakitnya semakin sakit, sungguh sangat sakit. Aku memegang perutku dan hampir terjatuh jika ibu tidak memegangiku.

" Oppa, oppa. Ayo kita ke rumah sakit ! ujarku lirih

" Iya sayang kita ke sana, tapi setelah kamu lebih baik. Biar ayah yang ke rumah sakit, besok kamu dan ibu yang ke sana. Sekarang kamu istirahatlah!" ujar ibu

" Aku mau ketemu oppa sekarang, ku mohon!" ujarku

Mereka tak bisa menghalangiku, karena mereka tahu jika aku akan nekat jika tidak dituruti. Mereka hanya takut terjadi sesuatu padaku dan calon cucu mereka, meski sebenarnya mereka juga sangat mengkhawatirkan menantunya. Ayah menggendongku dan merebahkanku di sofa, sedangkan ibu mengambilkan minuman dan memanggil sopir untuk menyiapkan mobil. Aku tak berhenti menangis, yang aku pikirkan sekarang adalah bertemu dengan oppa secepatnya.

" Tenang sayang, jangan kamu membuat calon anakmu juga ikut bersedih!" ujar Ayah

Setelah mobil siap, kami bergegas ke rumah sakit. Ibu mengambilkan mantel dan syalku karena ini musim dingin. Aku tak sanggup berjalan, sehingga ayah yang menggendongku ke mobil.

Sesampainya di rumah sakit, kami segera menuju kamar rawat oppa. Aku melihat oppa tak berdaya, wajah tampannya terlihat sangat kacau. Aku mendekatinya dan memelukku sambil menangis.

" Oppa ironna! Aku dan calon anak kita di sini, ironna oppa!" ujarku

Aku benar-benar takut kehilangan oppa, ku mohon jangan tinggalkan aku. Demi anak kita oppa. Orang tuaku dan orang tua oppa sedang menunggu di luar, dan mendengar penjelasan dokter. Aku berjalan dengan langkah gontai menghampiri mereka, mereka tampak terkejut dengan kedatanganku. Apa ada sesuatu yang mereka sembunyikan dariku, aku hanya mendengar sekilas pembicaraan mereka. Tak ada harapan, itu yang aku dengar.

" Ada apa?" ujarku lirih

" Tidak ada apa-apa sayang" ujar Ibu

Badanku terasa sangat ringan, aku jatuh pingsan.

Sudah Terbit My Teacher is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang