6

369 70 13
                                    

Seharian ini ia hanya berdiam diri di dalam kamarnya. Belum ada kegiatan yang berarti sejak ia kembali ke rumah. Ia hanya berbaring dan terdiam di atas ranjang hingga ketiduran. Bahkan ponselnya cuma tergeletak di sampingnya, meskipun beberapa kali ada pesan yang masuk dan Jiho mengabaikannya. Mata cantiknya mengalihkan pandangannya ke arah meja nakas di sudut lain ruangan. Syal abu-abu itu masih berada di sana.

Ia kemudian meraih ponselnya. Jari lentiknya berkali-kali menscroll history daftar panggilan, mencari sebuah nomor yang beberapa bulan yang lalu pernah menghubunginya saat di Berlin. Wajahnya tampak sumringah ketika berhasil menemukannya berada di deretan nomor yang dicarinya. Nomor ponsel Kim Mingyu.

Setelah berhari-hari berpikir, akhirnya hari ini Jiho memutuskan untuk menghubungi Mingyu duluan. Ia baru sadar setelah kakaknya bilang ada bordiran nama berinisial Gyu di ujung syal abu-abu itu. Dan ya, milik siapa lagi kalau bukan Kim Mingyu, pemuda yang duduk di sebelahnya saat di pesawat.

Jiho menekan tanda message di layar ponselnya, lalu mengetikkan beberapa kalimat. Beberapa kali ia menghapus lalu mengetiknya lagi berulang kali sampai menemukan kalimat yang tepat.

Hai, aku Kim Jiho. Kamu masih ingat denganku?

Jarinya berhenti sejenak. Ini sudah ke sekian kalinya ia mengetik dan menghapus pesan yang akan dikirimkan untuk Mingyu. Selalu saja stuck di situ. Ada rasa yang aneh saat ia memikirkan kalimat terbaik apa yang akan ia kirimkan. Jiho memandang layar ponselnya. Hanya karena ingin mengembalikan syal saja dia jadi galau dan membuat tangannya berkeringat seperti ini.

"Aduh!" pekiknya saat ponsel hitam itu tiba-tiba meluncur lepas dari pegangan tangannya, jatuh mengenai wajahnya.

Jiho mengusap pelan hidung yang sedikit nyeri. Ia kemudian kembali lagi pada layar ponselnya, ingin melanjutkan mengetik. Sedetik kemudian ia baru sadar kalau pesannya sudah terkirim karena tidak sengaja memencet tombol send.

Damn.

Ia mengumpat pelan. Mau bagaimana lagi, semuanya sudah terlanjur. Yang ia harapkan kali ini justru Mingyu tidak membalas pesannya.

*

*

*

*

Tiga hari semenjak Jiho tidak sengaja mengirimkan pesan random pada nomor ponsel Mingyu. Belum tampak tanda-tanda pesannya dibalas oleh Mingyu. Di satu sisi Jiho bersyukur jika Mingyu tidak membalas pesannya karena itu terlalu memalukan baginya. Di sisi lain ia sedikit berharap kalau laki-laki itu akan membalas pesannya.

Ini sudah kesekian kalinya ia membuka menu Message di ponselnya. Memandangi pesan singkat yang tidak sengaja ia kirimkan untuk Mingyu. Ah, mungkin pemuda itu sudah mengganti nomor ponselnya dan tidak memakai nomer itu lagi. Jiho meletakkan lagi ponselnya di atas bantal, dan mulai mengalihkan perhatiannya pada layar laptopnya.

Tangannya hanya menscroll touchpad, melihat-lihat hasil foto lamanya yang sudah ia upload di website milik Camera Work. Seketika ia rindu jadi fotografer freelance, rindu kota Berlin, rindu ketenangan yang ia dapatkan di sana, juga rindu sebuah momen tidak terduga yang ia alami di sana. Lalu terdengar suara denting ponselnya yang menandakan ada pesan yang masuk. Dengan malas Jiho meraih benda itu.

Pesan pertama dari Laura yang menanyakan kapan ia kembali ke Berlin dan menawarinya project foto.

Pesan kedua dari Mrs. Gwen, tetangga sebelah apartemennya, yang memberitahukan ada paket yang dikirim ke apartemennya di Berlin.

Pesan ketiga dari sebuah nomor yang tidak ada namanya.

Hai Jiho, ini Mingyu. Tentu saja aku masih ingat dirimu. Menyenangkan rasanya kamu menghubungiku 😁

Beberapa menit Jiho hanya mengerjapkan matanya tidak percaya saat membaca sederetan kalimat itu. Yang ia rasakan kemudian detak jantungnya tiba-tiba jadi tidak terkontrol, tangannya gemetaran, dan juga senyuman yang tidak tertahankan saat melihat emoticon cengiran di akhir kalimat pesan Mingyu.

Iya aku kira kamu sudah mengganti nomor yang pernah kamu pakai di Berlin. Aku ingin mengembalikan syal milikmu.

Tidak butuh waktu lama, kali ini pesan balasan Mingyu masuk pada chatboxnya.

Ah, syal itu sebenarnya kalau tidak dikembalikan juga tidak apa-apa 😁😁

Aku harus mengembalikan barang yang bukan milikku.

I'm fine, its okay. It can be yours. Tapi jika kamu memaksa baiklah.

No, it can't be mine. Are you busy?

Yeah, but I still have plenty of time to meet you. Kita ketemuan dimana?

Sekarang ia mulai kebingungan untuk membalas Mingyu. Ada sesuatu yang tidak biasa tiba-tiba muncul dari dalam dirinya saat Mingyu malah mengajaknya bertemu. Perasaan itu terasa aneh. Jiho tidak bisa mendeskripsikannya.

Di la Libreria, bagaimana?

Sore ini ya. Okay, see you soon, Jiho 😉

Dan selanjutnya tangan Jiho mulai lemas, melepaskan genggamannya pada ponsel, dan menenggelamkan kepalanya di bawah bantal. Menyembunyikan senyuman bodohnya yang seperti orang jatuh cinta.

*

*

*

*

Pendek sih ini nggak sampe 1000 words, but happy reading everyone 😊 dan selamat malam mingguan 😁

To. UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang