Kim Mingyu menghempaskan punggungnya pada sandaran kursi kerjanya setelah berhasil menyelesaikan beberapa laporan dan proposal proyek terbaru yang akan dikerjakan teamnya. Ia memijat pelan kepalanya, rasanya pening di kepalanya semakin hari semakin bertambah karena beban kerjanya semakin berat juga. Ada dua laporan keuangan dan empat proposal kerja sama yang harus ia tamatkan malam ini juga. Sebenarnya Mingyu tidak pernah mau membawa pekerjaan kantor pulang ke rumah, tapi dokumen-dokumen itu tidak akan selesai dikerjakan di kantor. Dan jangan lupakan, Lee Taeyong, bosnya yang selalu menerornya tentang progress pekerjaannya.
Mingyu terdiam sejenak, mendongakkan kepalanya ke atas sambil menatap langit-langit kamarnya. Mengistirahatkan sejenak otaknya yaag sudah ia forsir sejak pagi. Sedetik kemudian ponsel yang ia letakkan di meja kerjanya bergetar menampakkan satu notifikasi pesan.
Jiho Kim
Jangan lupa kirimkan foto-fotoku, the prettiest one dan yang kelihatan gendut hapus saja 😁Kim Mingyu tersenyum kecil saat membaca pesan dari Jiho. Ia kemudian membalasnya dengan cepat, mengirimkan emoticon jempol.
Ah iya, ia baru ingat sesuatu, kalau ia belum memindahkan file foto-foto yang ia ambil kemarin bersama Jiho. Pemuda itu kemudian bergegas mengambil kamera Leica pemberian ayahnya yang ia simpan apik di dalam lemari miliknya. Kemudian ia melepaskan SD card kecil dari dalam kamera, dan mulai memindahkan beberapa foto ke laptopnya. Hari ini masih hari minggu. Setidaknya masih ada banyak waktu luang yang ia punya sebelum besok kembali lagi ke kantor untuk bekerja.
Ia mulai membuka satu persatu file foto-foto yang ia ambil, menampakkan Kim Jiho si gadis dingin teman barunya dari berbagai sisi dan berbagai pose yang kebanyakan ia ambil candid. Jemarinya berhenti menekan tombol next, berhenti di satu file foto Jiho sebelum memindahkannya ke dalam laptop. Saat itu juga Mingyu hanya menatap foto Jiho cukup lama, kemudian tersenyum kecil. Gadis itu memang cantik dengan riasan natural yang tidak berlebihan. Dan mata indah yang membentuk sebuah lengkungan jika gadis itu tersenyum. Juga sebuah senyuman tipis yang jarang dia tampakkan. Semakin lama Mingyu menatapnya, semakin berdebar hebat detak jantungnya.
"Okay, the prettiest," gumamnya.
Lalu ia memegang dadanya. Entahlah, apa yang sudah terjadi pada dirinya. Reaksi yang tidak biasa ini selalu saja tiba-tiba datang saat ia memikirkan Kim Jiho. Debaran aneh, dan sesuatu yang menggelitiki perutnya. Juga senyuman yang tanpa sadar terkembang di wajah tampan Kim Mingyu saat melihat Kim Jiho. Semuanya bekerja dibawah alam sadar Mingyu.
Jujur saja seumur hidupnya ia hanya merasakan hal yang sama seperti ini dua kali. Pertama, saat ia pertama kali bertemu kakak angkatan cantik di Universitas yang ternyata sudah punya pacar, dan kedua, saat pertama kali ia jatuh cinta pada Joo Kyulkyung. Dan hal yang sama terjadi lagi sekarang. Debaran dan perasaan bahagia tanpa sebab yang sudah lama tidak pernah ia rasakan lagi.
Aneh tapi menyenangkan.
Dan Joo Kyulkyung. Rautnya berubah seketika saat mengingat nama gadis itu. Seorang gadis yang bisa membuatnya tergila-gila dan patah hati disaat yang bersamaan. Ia menghela napas panjang, ia ingat kalau sudah berjanji pada dirinya sendiri akan melupakan segala kenangan tentang gadis itu. Perasaannya terlanjur kecewa dan terluka. Meskipun ada banyak kenangan kebersamaannya dengan Joo Kyulkyung yang memenuhi memorinya, Kim Mingyu berprinsip tetap harus mengubur semuanya tanpa sisa.
Mingyu masih tenggelam dengan pikirannya sendiri hingga ia terkejut saat mendengar ponselnya berdering lagi. Dengan cepat ia membuka lockscreennya, menampilkan beberapa pesan. Pesan pertama dari Sekretaris Lee Taeyong yang mengingatkan kalau ia harus mengirim laporannya nanti malam, lalu ada pesan dari Jungkook yang mengajaknya pergi ke bar, pesan dari group chat kantor, dan sebuah pesan dari seseorang yang tidak ia duga. Sebuah pesan yang membuatnya menatap lama layar ponselnya tapi tidak berani untuk menggerakkan jarinya dan memberi balasan.
***
"Kim Mingyu, ini masih pagi dan kau sudah melamun!" ujar seseorang menepuk bahunya dari belakang dan sukses membuatnya gelagapan karena kaget.
Lee Taeyong, si bos yang sekarang sedang duduk di kursi sebelahnya itu malah terkekeh melihat Mingyu yang salah tingkah. Mingyu mulai mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Ia baru sadar kalau orang-orang sudah ada di dalam ruangan rapat. Sebegitu sibuknya ia melamun sampai tidak tahu kalau semuanya sudah datang ke ruang rapat. Kim Mingyu menghela napas dalam, sepertinya ia harus memulai hari Seninnya dengan berat hati.
"Jadi bagaimana hubunganmu dengan adik iparku? Bagaimana ceritanya kau bisa bertemu Jiho? Sejak kapan kalian mulai berkencan? Aku kakak iparnya sekaligus bosmu, tapi aku tidak tahu apa-apa. Kim Mingyu, kau berhutang cerita kepadaku," kata Taeyong yang memberondongnya dengan serentetan pertanyaan. Masih ada sepuluh menit waktu luang sebelum rapat dimulai, jadi Lee Taeyong punya kesempatan untuk mengintrogasi Mingyu.
Mingyu tertawa kecil, "Bos, ini masih pagi dan rapat akan dimulai."
"Hei, aku yang memimpin rapat, dan aku bisa mengulur waktu sesuka hatiku," jawab Taeyong sambil tertawa.
"Baiklah," Kim Mingyu sedikit cemberut karena harus menuruti perintah bos. "Aku bertemu dengannya di Jerman. Dan aku tidak tahu kalau ternyata nona Kim Jiho itu adik iparmu sebelum aku bertemu dengannya di resepsi pernikahanmu."
Taeyong masih memandangnya dengan penasaran, menunggu Mingyu memberikan jawaban yang lebih detail.
"Sudah ya, bos, kau harus memulai rapatnya," lanjut Mingyu sambil menunjukkan jam tangannya dengan seringai tengil miliknya. Taeyong terpaksa kembali ke kursinya dengan raut kecewa dan tidak puas dengan jawaban Mingyu. Lain kali ia akan mengintrogasi Kim Mingyu lagi.
Dua jam sudah ia duduk di tempat yang sama, membicarakan rencana anggaran proyek kerjasama dengan pemerintah yang baru-baru ini deal. Ia tidak pernah merasa sebosan ini selama rapat berjalan. Sudah tiga kali ia menguap, dan sekarang matanya mulai mengantuk. Karena ini sebuah proyek penting, Mingyu masih berusaha mengembalikan konsentrasinya. Mingyu mulai tidak fokus lagi saat sebuah notifikasi pesan muncul di layar smartphone miliknya.
Sebuah pesan dari sender yang sama.
Aku akan kembali besok dari Beijing. Bisakah kita bertemu? Joo Kyulkyung.
***
Halo, adakah yang masih menyimpan ini di library? Hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
To. Us
FanfictionEveryone has a heartbreak that change them. Meant To Be Jiho's sidestory © chielicious, 2017