Hari ini adalah hari bahagia kakaknya, tapi entah kenapa Jiho malah terlihat tidak antusias. Ia masih berbaring menatap langit-langit kamarnya. Membiarkan gaun berwarna peach itu tergeletak begitu saja di sampingnya. Padahal tiga jam lagi acara pernikahan kakaknya dimulai.
Sejak satu jam yang lalu ia hanya berdiam diri tanpa ada niat untuk beranjak dari kasurnya. Kim Jiho tidak tau apa yang sebenarnya terjadi padanya. Hanya saja ia merasa pikirannya tiba-tiba kosong. Ia terlonjak saat ponselnya berdering dengan keras menampakkan nama ibunya di layar ponsel pintarnya yang mau tidak mau ia harus mengangkat panggilan ibunya. Sampai panggilan ditutup pun Jiho masih belum berniat untuk bangkit dan bersiap pergi ke pesta pernikahan kakaknya.
Sepuluh menit kemudian ia baru bangkit dari tempat tidurnya, lalu pergi mandi. Setelah dirinya siap dengan riasan cantik dan lace dress berwarna peach yang tampak pas ia kenakan, masih saja tidak ada semangat untuk keluar kamarnya. Baru setelah Ayahnya mengetuk pintu, Jiho keluar terpaksa.
Ballroom hotel tempat digelarnya pernikahan kakaknya tampak ramai. Semua orang sudah memenuhi meja undangan, bersiap menyaksikan prosesi pernikahan Kim Jisoo dan Lee Taeyong. Semua tamu undangan tampak antusias memperhatikan prosesi pernikahan kakaknya, sedangkan Jiho malah duduk menyendiri di kursi yang agak belakang. Ada sedikit rasa iri karena Jisoo sudah berhasil mendapatkan kebahagiaan, sedangkan ia masih saja terlarut dalam rasa di masa lalu.
Hari ini moodnya agak kurang baik. Perasaannya semakin kacau saat ia sempat melihat Jaehyun dan istrinya, Jung Chaeyeon, datang memberikan selamat kepada Jisoo dan Taeyong. Ah, ia lupa kalau Lee Taeyong, kakak iparnya itu berteman baik dengan Jung Jaehyun. Saat para tamu undangan bergiliran menyalami kedua pengantin, Jiho pun perlahan menyingkir keluar Ballroom. Ia berusaha menghindar bukan karena merasa cemburu, tapi ada rasa menyesal dan malu karena tindakannya dua tahun yang lalu. Jiho berjalan menuju lift, ia hanya ingin pulang ke rumah dan mengunci dirinya lagi di kamar.
"Jiho?" sebuah suara menyebut namanya saat pintu lift terbuka.
"Mingyu?" gumamnya. "Sedang apa kamu di sini?"
"Tentu saja menghadiri undangan pernikahan Lee Taeyong," jawab Minggu dengan cengiran lebarnya. "Kamu juga ke sana?"
"Ya," Jiho tersenyum kecil. "Tapi aku mau..."
Sebelum Jiho selesai bicara, tangannya sudah berada di genggaman tangan besar Mingyu. Pemuda itu secara tidak langsung menyuruhnya agar ikut dengannya. "Kebetulan ada kamu, ayo."
"Kamu mau membawaku kemana?"
"Temani aku ke dalam ya, Jiho, please," kata laki-laki itu dengan tatapan mata persis seperti anak anjing. "Aku janji akan mengantarmu pulang setelah selesai bertemu dengan Lee Taeyong."
Gadis itu entah kenapa dengan mudahnya mengikuti ajakan Mingyu. Tangannya bahkan masih berada digenggaman Kim Mingyu saat mereka hendak menghampiri Jisoo dan Taeyong yang sudah selesai menyalami tamu undangan yang lain.
"Kau datang juga, Mr. Kim yang super sibuk. Dan, oh, kalian saling mengenal?" tanya Jisoo saat melihat adiknya dan teman kerja suaminya dihadapannya.
Mingyu hanya tersenyum menanggapi keterkejutan dua orang di depannya, "ya, secara kebetulan."
"Kim Jiho, kamu berhutang banyak cerita pada kakak, ya! Kamu selalu punya rahasia besar yang kamu sembunyikan dari kakakmu."
Kali ini Mingyu yang mengerutkan dahi. Kakak?
"Ah, Jiho ini adik kandungku. Kamu tidak tahu kalau pacarmu itu punya kakak bernama Kim Jisoo?" kata Jisoo menyenggol lengan Mingyu.
Kali ini Jiho yang menjawab sambil memelototkan matanya ke arah Jisoo, "kak Jisoo!"
Kakaknya masih saja bisa membuat wajahnya memerah karena malu di hadapan Mingyu. Bisa-bisanya Jisoo bilang kalau Mingyu pacarnya padahal mereka tidak ada hubungan apa-apa, hanya teman yang kebetulan kenal dan bertemu. Kim Mingyu tertawa kecil sambil mengusap kepalanya menanggapi Jisoo. Sedangkan Lee Taeyong hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan istrinya dan adik iparnya.
Setelah selesai mengobrol sedikit dengan kedua pengantin, seperti yang Mingyu janjikan pada Jiho kalau ia akan mengantar gadis itu pulang. Mingyu masih menggenggam tangannya hingga di basement parkiran mobil.
"Mingyu.. "
Pemuda itu baru tersadar kalau tangan mereka bertautan lalu melepas genggamannya pada jemari Jiho, "ah, maaf."
"It's okay," Jiho hanya menggangguk. Wajahnya yang terlihat tenang, hanya saja tidak ada yang tahu kalau saat ini gadia itu sedang berusaha mengontrol detak jantungnya.
Mereka sampai di depan sebuah mobil berwarna hitam. Kemudian Mingyu mempersilahlan Jiho masuk ke dalam mobilnya dengan membukakan pintu untuk Jiho.
"Jadi, kamu adik kandung Nona Kim Jisoo?" tanya Mingyu sambil menyetir dan menatap lurus ke depan.
Jiho menjawabnya dengan anggukan, "dan bagaimana kamu bisa mengenal mereka berdua?"
Kim Mingyu tersenyum lebar kali ini, "aku bekerja di perusahaan ayahnya Kak Taeyong. Ya, bisa dibilang Kak Taeyong itu atasanku juga."
Ternyata dunia ini sesempit itu. Sebelumnya ia tidak mengenal Mingyu, ia tidak pernah tahu kalau ternyata si pemuda yang sedang menyetir itu sudah mengenal kakak perempuan dan kakak iparnya duluan.
"Ah iya, kenapa tadi kamu mau pulang duluan?" tanya Mingyu.
"Aku sedikit tidak enak badan, dan ya aku ingin istirahat di rumah," bohongnya. Jiho tidak mungkin mengatakan alasan yang sebenarnya kenapa ia ingin meninggalkan acara penting kakaknya.
"Jiho.."
"Ya?"
Mingyu menoleh sebentar kearahnya, "kamu tahu pertemuan kita sepertinya sudah ditakdirkan. Pertama dan kedua kali bertemu denganmu di Jerman dulu, aku rasa memang hanya sebuah kebetulan. Dan sekarang aku semakin yakin ini bukan sebuah kebetulan."
Jiho mengerutkan dahinya. Berusaha mencerna apa yang Kim Mingyu katakan.
"Kim Jiho, aku senang ditakdirkan bertemu denganmu."
*
*
*
Maaf ya reader sekalian baru bisa lanjutin sekarang cerita ini, maaf juga udah phpin cerita ini 🙏🙏🙏
Masih adakah yang nungguin?
KAMU SEDANG MEMBACA
To. Us
FanfictionEveryone has a heartbreak that change them. Meant To Be Jiho's sidestory © chielicious, 2017