Mingyu menghela nafas panjang setelah berhasil menyelesaikan beberapa proposal untuk diajukan ke investor yang diminta Lee Taeyong. Wajahnya terlihat sangat lelah. Pemuda itu memijat keningnya sebentar, lalu kembali fokus pada laptop dihadapannya. Deadline minggu depan, jadi ia merasa seperti sedang dikejar debt collector jika tugasnya tidak selesai hari ini juga.
Tangan besar itu dengan cekatan membolak-balik lembaran kertas rincian anggaran keuangan, kemudian mengetikkan sesuatu pada benda elektronik yang ada di depannya itu. Ini sudah pukul setengah satu siang, tapi Kim Mingyu belum juga beranjak dari tempat duduknya untuk istirahat makan siang. Masih ada beberapa laporan lagi yang harus ia selesaikan sebelum akhir pekan.
Sampai tiba-tiba ada sebuah gelas kopi yang mendarat di hadapannya. Mingyu mendongakkan kepalanya dan mendapati senyum manis dari gadis cantik yang sangat ia kenal.
"Kenapa kamu ada di sini? Bagaimana bisa.." ujarnya heran. Tidak ada suara ketukan pintu, atau suara decit daun pintu ruang kerjanya. Tiba-tiba saja Kim Jiho berdiri dihadapannya.
"Hei, kamu lupa kalau bosmu adalah kakak iparku?"
Mingyu tertawa kecil melihat Jiho melipat kedua tangannya di depan dada sambil memasang wajah galak. Gadis galak itu kadang bertingkah lucu dan imut.
"Gara-gara seorang istri ceroboh bernama Kim Jisoo yang meninggalkan berkas milik suaminya di meja makan, pada akhirnya aku juga yang disuruh mengantarkan karena dia sedang ada meeting."
Awalnya Mingyu penasaran kenapa Jiho bisa muncul di tempat kerjanya. Tapi gadis itu menjelaskan sendiri dengan wajah sedikit kesal. Cemberut, tapi lucu.
"Sudah hampir jam dua belas siang. Aku hanya sempat makan setengah potong sandwich tadi." ujar gadis berambut panjang itu sambil mengangkat pergelangan tangannya dan menunjukkan jam tangan yang ia kenakan pada Mingyu.
"Lalu?"
"Of course, ini sudah jam makan siang dan kamu masih bertahan di depan meja kerjamu?"
Lagi-lagi Mingyu hanya tertawa kecil menanggapi Jiho. Pekerjaan yang menumpuk membuatnya lupa waktu, dan ia patut berterima kasih pada teman yang sangat cerewet seperti Kim Jiho. "Sebentar lagi, aku harus memeriksa ulang laporan proposal ini."
"Tidak lapar? Tidak ingat juga seminggu yang lalu kamu sakit? Aku sudah ijin pada Kak Taeyong."
"Okay, you won Miss Kim Jiho."
Kemudian ia berdiri dari tempat duduknya beranjak menuju pintu keluar, di belakangnya ada Jiho yang tersenyum lebar mengikuti Mingyu keluar dari ruangan kerjanya.
Mereka berada di sebuah restoran Jepang tidak jauh dari gedung kantor Mingyu. Sebenarnya di lantai satu gedung kantornya ada kantin untuk staff dan Cafetaria, tapi entah kenapa kali ini pikirannya terlalu jauh hingga tidak mau semua orang salah paham karena melihat ia dan Jiho makan siang bersama. Jadi, Mingyu mengajak gadis itu makan di luar saja.
Setelah duduk di salah satu meja, Jiho mulai melihat-lihat buku menu. Beberapa menit kemudian gadis itu sudah memutuskan ia mau pesan apa untuk makan siangnya. Raut yang riang terlihat di wajah cantiknya ketika membolak-balik buku menu sambil beberapa kali berceloteh tentang apa yang dia suka saat pergi ke restoran Jepang. Sangat berbeda saat Mingyu pertama kali bertemu dengannya di Jerman saat itu. Mingyu tersenyum tipis, gadis yang dingin seperti es itu sudah mulai mencair sekarang.
"Aku dengar kamu suka telat makan siang," Jiho menutup buku menu yang ada dihadapannya setelah selesai memesan makan siang mereka.
"Sometimes," jawab Mingyu dengan cengiran lebar. "Pasti si Bos yang memberitahu, iya kan?"
Pekerjaan yang sibuk membuatnya selalu telat makan siang, bahkan beberapa kali melewatkan jam makan siang. Mingyu tahu kebiasaan ini tidak baik kalau diteruskan. Ia sudah didiagnosa Gastritis oleh Dokter, tapi entah kenapa masih bandel. Dan Taeyong pasti bercerita banyak pada Jiho.
"Lain kali aku bawakan nasi dan yakiniku buatanku sendiri untuk makan siang, sayangnya aku harus belajar masak dulu," ujar Jiho sambil terkekeh.
"Nona Kim aku sangat terharu kamu sangat perhatian padaku," jawab Mingyu. "Lain kali kamu boleh makan siang di rumahku agar kita bisa belajar masak bersama."
"Sebuah ide yang bagus."
Senyum gadis itu semakin lebar, ia tidak tahu apa yang membuat Jiho selalu bahagia dan nyaman ketika bersama Mingyu. Suasana hatinya selalu baik karena candaan Mingyu. Entah sudah berapa lama ia tidak bisa merasakan perasaan yang seperti ini. Selama seperempat abad hidupnya, Jiho memang hampir tidak pernah masuk ke dalam suatu circle pertemanan. Ia memang introvert, ia hanya mengenal teman sekolah dan kuliahnya secara formal. Dulu Jiho tidak suka berinteraksi terlalu dekat dan intens dengan orang lain. Ia justru tidak nyaman membagi keluh kesahnya pada orang lain. Tapi entah kenapa dengan Mingyu ia bisa merasakan hal yang berbeda. Punya teman dekat ternyata menyenangkan juga.
"Mingyu.."
"Hm?"
"Hari Sabtu besok kamu ada acara?" ujar Jiho setelah pelayan meletakkan piring sushi terakhir yang mereka pesan.
"Kamu juga tahu kalau aku ini tidak punya pacar, hari Sabtu paling juga hanya tidur seharian di rumah," jawab Mingyu sambil mengaduk mangkuk sup miso miliknya.
"Nice, mau menemaniku ke acara ulang tahun perusahaan? Maksudku, kamu juga tahu aku selalu tidak nyaman berada di antara keramaian. Ada banyak kolega Ayah pasti, dan aku tidak nyaman kalau selalu dijodoh-jodohkan dengan anak mereka," Jiho agak sedikit tergagap, takut Mingyu salah paham.
Mingyu terkekeh melihat Jiho yang entah kenapa terlihat lucu sekarang.
"Sure. Karena kamu sudah membantuku kemarin, aku akan menemanimu pergi ke sana. Peran jadi pacar bohonganku masih berlaku kok."
***
Surabaya, 29 September 2021
Hai, apa kabar? Semoga sehat selalu semuanya 😁
Udah berapa lama aku nggak lanjutin cerita ini, rasanya gaya penulisan di chapter ini rada aneh nggak sih?
Dan alur ceritanya aku rasa sangat lambat, perkembangan hubungan Jiho dan Mingyu juga gitu-gitu aja soalnya yang nulis kebanyakan stucknya 🥲
But I'm happy, I can talk to you all again.
Stay healthy and happy ya guys. Thanks for reading this boring chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
To. Us
FanficEveryone has a heartbreak that change them. Meant To Be Jiho's sidestory © chielicious, 2017