Aku akan kembali besok dari Beijing. Bisakah kita bertemu? Joo Kyulkyung.
Pesan itu masih ia baca berulang kali. Kemudian menatap kosong ke arah layar ponsel tanpa ada niatan untuk menekan tombol reply di ujung bawah layar ponselnya. Kim Mingyu masih belum membalas pesan itu sejak pertama kali ia menerima pesan dari Joo Kyulkyung tiga hari yang lalu. Bahkan pesan-pesan yang ia terima beberapa bulan yang lalu pun ia abaikan begitu saja.
Mingyu masih bimbang. Ia sudah mulai menutup hatinya dan berusaha keras hidup tanpa Kyulkyung lagi. Tapi gadis itu selalu memberinya harapan lebih yang nyatanya tidak pernah dia tepati. Rasa kecewa itu masih sama.
Mingyu merebahkan badannya di sofa ruang tengah apartemennya. Ia mencari remote televisi dan menyalakannya. Kemudian memejamkan matanya sebentar, mengabaikan siaran televisi yang ia biarkan menyala tanpa ada yang melihat.
Breaking news: Super model dan aktris, Joo Kyulkyung, akan kembali dengan project baru.
Begitu suara siaran infotaiment yang ia dengar sayup-sayup dari televisi. Tanpa membuka matanya, Kim Mingyu buru-buru mematikan televisinya. Ia sudah terlalu dipusingkan dengan urusan kantor, sekarang ia dibuat semakin pusing dengan berita infotaiment yang ia dengar barusan. Tangannya kembali meraih ponsel yang ada di saku celananya, membuka pesan terakhir dari Joo Kyulkyung yang masih belum ia balas.
Mingyu masih berpikir, apakah ia harus memutuskan semuanya sekarang.
***
Dua gelas ice americano itu masih utuh dan belum tersentuh sama sekali. Dua orang yang sekarang duduk saling berhadapan itu pun masih saling diam. Dua hari yang lalu akhirnya Mingyu memutuskan setuju bertemu dengan gadis yang sudah ada dihadapannya ini.
Sekarang Kim Mingyu tampak berusaha mengontrol dirinya, dan perempuan cantik berambut panjang itu sedang menatapnya sendu.
"Kakak, apa kabar?"
Ada sorot kerinduan yang terpancar dari mata indah milik Joo Kyulkyung saat dia menatap Mingyu. Sedangkan Kim Mingyu masih bersikap dingin padanya.
"Baik, bahkan jauh lebih baik sebelum kamu menghubungiku lagi dan kita terpaksa bertemu lagi," katanya dengan nada yang sarkas.
Joo Kyulkyung tersenyum, meskipun ia tahu bahwa perkataan Mingyu itu menyinggungnya. Setidaknya ia melihat Kim Mingyu baik-baik saja saat ia tidak berada di sisi pemuda itu.
Mereka terdiam lagi untuk beberapa saat. Mingyu yang harus menahan rasa sakit hatinya saat bicara dengan Kyulkyung membuatnya mengeluarkan kata-kata sarkas dari mulutnya tanpa sadar. Sekarang ia merasa seperti berada dalam situasi yang terburuk sepanjang hidupnya.
"Kalau tidak ada yang ingin kamu katakan lagi, aku akan pergi. Masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan dan hanya diam di sini itu sama saja membuang-buang waktu."
"Kak," Joo Kyulkyung akhirnya buka suara. "Jangan pergi dulu, aku merindukanmu."
"Apa kamu lupa kalau kita sudah selesai, Kyung?" tatapan mata almond itu menatap lurus ke arah gadis berambut panjang yang ada di hadapannya sekarang. "Kita sudah mengakhiri semua seperti email terakhir yang aku kirimkan padamu."
"Aku tidak pernah menyetujui itu, kak," balas gadis itu. "Semua hanya keputusan sepihak yang kakak buat."
"Lalu kamu ingin apa lagi sekarang? Kita tidak bisa meneruskan hubungan yang seperti ini lagi. Aku capek menunggumu tanpa ada kepastian," kali ini Kim Mingyu tampak mulai kehilangan kesabarannya.
Suara Joo Kyulkyung merendah, "aku hanya menyuruh kakak menungguku sebentar saja."
Nyatanya dua tahun bukan waktu yang sebentar untuk menunggu. Selama itu Mingyu harus ekstra bersabar meskipun dirinya banyak terluka. Kyulkyung selalu bilang hal yang sama untuk meyakinkan Mingyu, dan Mingyu percaya karena ia terlalu cinta. Tapi bukankah cinta tidak akan saling menyakiti?
"Aku lelah menunggu dalam ketidakpastian. Aku lelah harus terus-terusan mengalah. Aku lelah bersembunyi."
Bahkan Mingyu tidak tahu hubungan seperti apa yang ia dan gadis itu jalani. Joo Kyulkyung tidak pernah mengungkapkan kalau dia sedang berkencan dengannya di layar kaca. Tuntutan pekerjaan membuatnya harus menutupi hubungan percintaannya dari media. Gadis itu sangat pandai menyembunyikan semuanya, hingga tanpa sadar menyakiti Mingyu.
"Maafkan aku, tapi aku tidak bisa terus seperti ini. Kamu tidak akan pernah puas dengan pencapaianmu, setelah kamu bisa go international pun jawabanmu akan tetap sama. Lalu apa artinya hubungan kita selama ini kalau semuanya kalah dengan ambisimu," Mingyu berusaha menekan emosinya agar tidak meledak saat ini. Ia harus mengakhiri semua kesakitannya. Sedangkan Joo Kyulkyung hanya menunduk.
Kim Mingyu benar, ia tidak pernah puas dengan pencapaian karirnya. Ambisinya terlalu besar. Hingga kadang ia melupakan Mingyu.
"Aku sudah berpikir banyak, kita sudah tidak bisa bersama lagi. Dua tahun menunggumu sudah membuatku membuka mata kalau bertahan bersama denganmu akan semakin menyakitiku."
Harusnya Kyulkyung sadar kalau mereka tidak bisa bersama sejak lama. Tapi entah apa yang membuat gadis itu egois dan keras kepala. Mingyu juga merasa dirinya terlalu baik dengan mengorbankan dirinya sendiri selama dua tahun belakangan.
Joo Kyulkyung tidak berkata apa-apa lagi setelah ucapan Mingyu yang membuatnya kalah telak karena semuanya memang benar. Mereka tidak sejalan lagi, tidak bisa disatukan. Di sisi lain dirinya, Kyulkyung masih ingin egois memiliki Mingyu.
Ding!
Lalu terdengar nada dering dari ponsel Kim Mingyu yang ia letakkan di meja depannya. Ia melirik sebentar ke arah layar ponsel pintarnya, ada nama Kim Jiho di salah satu pengirim pesan itu. Belum sempat ia membalas pesannya, tiba-tiba sebuah suara memanggil namanya.
"Mingyu!" suara seseorang yang sangat familiar di telinganya. "Aku mengirimkan pesan padamu, dan kamu tidak membalasnya. Kamu bahkan tidak melihat aku di meja seberang."
Mingyu tahu itu suara Kim Jiho yang sekarang ada di hadapannya. Ia langsung beranjak dari tempat duduknya. Menggandeng tangan Jiho, menggenggamnya erat sekali, membuat Joo Kyulkyung sedikit terkejut. Begitu pula dengan Jiho yang tidak tahu apa-apa tampak kebingungan.
"Aku harap ini pertemuan terakhir kita, Kyung," genggaman tangan Mingyu pada Jiho semakin erat. Sedangkan Jiho menangkap raut wajah serius saat ia menatap Mingyu.
Ia penasaran, tapi ia tahu ini bukan saat yang tepat untuk mencari tahu. Jadi, Jiho hanya bisa menatap Mingyu dan gadis cantik di hadapan mereka secara bergantian berharap mendapatkan jawaban atas rasa penasarannya. Dan kemudian, bukannya mendapatkan jawaban, Jiho malah dikagetkan oleh perkataan Kim Mingyu. Gadis itu hanya bisa terpaku sepersekian detik sebelum Mingyu menariknya pergi.
"I have her, now. She gave me everything I want, cinta yang tidak pernah kamu berikan kepadaku. I love her. And she loves me more than you do. Dan aku tidak mau menyakitinya karena aku terus menemuimu."
***
Hello December! 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
To. Us
FanfictionEveryone has a heartbreak that change them. Meant To Be Jiho's sidestory © chielicious, 2017