"Eungggghhhh...."
"Kau sudah bangun?".
Pemuda mungil barusaha terbangun dari ranjangnya.
"Ohoo....Slowdown boy...". Cegah laki-laki berjubah putih.
"Nu...nuguseyooo". Tanya pemuda itu gugup.
"Zhang Yixing...kau bisa memanggilku Lay Hyung... Atau Xingxing Hyung". Jawab Lay ramah. "Jadi boleh ku tahu siapa namamu Boy. Dan apa tujuanmu datang kemari Boy?". Tanya Lay penuh selidik.
"Anyeonghaseyo...Park Jimin imnida. Hyung bisa memanggilku Jimin. Aku sendiri tidak tau bagaimana aku bisa di sini. Aku hanya di beri tahu seseorang untuk menemuinya di dekat hutan pinus di daegu". Jawab Jimin jujur.
"Apa kau mengenalnya?". Jimin menjawab dengan gelengan kepalanya. "Apa kau bertemu dengannya". Kembali gelengan yang Jimin tunjukkan.
"Kau bahkan tak mengenalnya. Tapi kau terlihat seperti mempercayainya". Lay sedikit kesal dengan sikap polos pemuda di depannya.
"Dia bilang akan membantu meringankan rasa sakit di telingaku, jika aku datang ke sekolahnya. Dia mengatakan kalau kepala sekolahnya juga mungkin akan ikut membantuku. Telingaku sangat sakit sehingga aku mempercayainya. Aku melihat ketulusan di matanya. Itulah sebabnya aku mempercayainya". Jawab Jimin. Lay tersenyum saat mendengar jawaban dari Jimin.
"Hmm....kalo saja orang itu tak menarikku ke dalam hutan, mungkin aku akan menemuinya". Jimin mengerucutkan bibirnya.
"Hahaha....kau lucu Jiminie... Kau terlalu menaruh banyak kepercayaan pada orang yang bahkan tak kau kenal. Itu bisa berbahaya untuk dirimu. Bagaimana jika orang itu sebenarnya berniat jahat padamu". Sejujurnya Lay mulai mengagumi kepolosonan dan kejujuran pemuda di hadapannya ini.
"Aku sudah biasa hidup sendiri Hyung. Bahkan aku tak mengenal kedua orangtuaku. Aku besar di panti asuhan, dan karena hal itu sedikit banyak membuatku tau mana orang yg benar-benar tulus padaku dan mana orang yang hanya ingin memanfaatkanku. Saat umurku 15 tahun seorang pria paruh baya mengulurkan tangannya untukku. Saat itu hatiku berkata kau orang itu tulus dalam mengulurkan tangannya, aku bisa mempercayainya. Dan hasil dari kepercayaanku dapat di petik saat ini. Melalui orang itu sekarang aku bukan anak yatim piatu yang hanya bisa di pandang remeh oleh orang lain". Jelas Jimin.
"Kalau begitu apa kau percaya padaku?". Tanya Lay penasaran.
"Emmm....aku percaya padamu Hyung". Jimin enteng.
"Kau bahkan belum pernah bertemu denganku". Lay meragu sekaligus penasaran.
"Sudahku bilang, aku terlatih untuk meliht ketulusan orang lain dari matanya, dan aku hanya ingin mengikuti hati kecilku. Hati kecilku mengatakan aku bisa mempercayaimu Hyung. Dan lagi pula jika Hyung adalah haters atau sasaeng fansku, aku yakin saat bangun tadi aku tidak dalam keadaan baik-baik saja". Jelas Jimin.
Lay mengusak rambut kepala Jimin dengan gemas. Lay melihat ketulusan di setiap untaian kata-kata dari mulut pemuda manis di depannya ini. Ada kehangatan di setiap senyum dan tingkahlakunya. Tapi ada juga luka di tatapannya. Lay yakin luka itu di sebabkan karena kesendiriannya menghadapi kehidupan ini. Juga kerinduan mendalam pada kedua orang yang telah membuatnya hadir di dunia ini.
"Mau jalan-jalan Jiminie. Aku yakin kau belum berkeliling Academy ini. Seingatku kau datang bersama Yoongi dalam keadaan tak sadarkan diri". Tawar Lay.
"Ahh....matta...orang yang bernama Yoongi, dia yang membawaku kemari. Apa aku bisa bertemu denganya Hyung?". Pinta Jimin.
"Untuk saat ini, kau tidak bisa bertemu denganya. Karena dia berada di kelasnya saat ini. Jadi kau mau berkeliling?". Tawar Lay lagi.
"Ayo...berkeliling...". Jimin melompat turun dari temat tidurnya dan langsung menarik Lay keluar dari ruangannya. Lay bergeleng-geleng melihat tingkah Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruler Of The Element
FantasyKalian membuatku menyadarkan siapa diriku sebenarnya. Kalian mengulurkan tangan untuk menarikku. Kalian mengeluarkanku dari kesepianku. Kalian membuatku mengerti arti persahabatan. Sebagai gantinya aku akan melakukan apapun untuk menjaga dan melind...