Happy Reading...Sebab aku merindukanmu.
Aku menyebut namamu dengan suara yang tertahan dari jantungku.
Sedang kamu tergambar dalam nadiku,
Namun pijakanku seperti pada rumah yang kosong,
Tidak kunjung juga melihat kamu.
Aku jadi sering memaksa dinding kamar mengerti kerinduanku,
Aku bercerita, sembari menulis namamu.
Mungkin gila,
Tapi aku nyaman bila dengan cara ini, aku masih bisa merindukanmu."Bagaimana kabarmu sayang?" Dengan lembutnya jari jemari itu menyapu bersih setiap detail ukiran batu nisan yang berada dihadapannya.
Bibirnya tertarik keatas membuat sebuah lengkungan manis hingga lubang kecil nan manis itu terlihat."Kau tak perlu sedih, aku akan selalu membersihkan rumahmu ini, lihatlah bahkan aku sudah mengganti bunganya."Chanyeol Menaruh buket bunga mawar putih diatas batu nisan yang terlihat sangat bersih.
"Ahhh , rasanya kau seperti ada disini, kau mungkin bosan mendengar ini ,tapi aku sungguh merindukanmu, Humhh karna kau tak ada sekarang aku jadi sering, ahh malah menjadi kebiasaanku saat aku bangun tidur memeluk Chaerin dengan erat menghirup aroma rambutnya yang sama sepertimu." Ia menjeda ucapannya menghirup nafas pelan pelan seraya mengembangkan senyuman ketika bayangan akan dirinya dan Chaeyoung melintas.
"Sayang apa kau tau, sekarang putri kecilmu sangat bawel dia ingin memakai apapun yang dulu kau pakai ketika aku menceritakan semua tentangmu.
Dia begitu menyayangimu." Chanyeol membuang nafasnya menahan agar cairan itu tak menghampiri pelupuk matanya.Ribuan kali ahh tidak bahkan tak terhitung berapa jumlahnya ucapan kerinduan itu terlontar, Sama sekali tak terbesit rasa bosan meski hanya dialah yang menanggung kerinduan itu sendiri.
"Kau terlalu cepat pergi, kau memang gadis bodoh, Kau melewatkan semuanya terlalu banyak tapi kau tenang saja aku akan kemari setiap hari menjengukmu agar kau tak kesepian." Chanyeol mengusap usap batu nisan didepannya dengan sayang, sejak kepergian Chaeyoung ia tak pernah sekalipun absen untuk mendatangi makam mendiang Chaeyoung.
"Aku salah, bukan kau yang bodoh tapi aku, aku bodoh membiarkanmu berkorban sebesar ini untukku.
Seharusnya kau tak melakukan ini." Sekelebat bayangan akan dirinya dan juga Chaeyoung kembali memenuhi pikirannya.
Hatinya kembali berdesir ngilu mendapati kenyataan wanita yang sangat ia cinta begitu saja meninggalkannya, hanya sepucuk surat yang ia tinggalkan, tapi tidak.
Ya kecupan itu mungkin sebagai salam perpisahan darinya, ia masih ingat dan lagi lagi ia menyalahkan dirinya sendiri atas ketidak pekaan dirinya kala itu, Seharusnya dari tatapannya saja ia sudah harus menduga Semuanya.'Yang paling ku sesalkan adalah, tak memintamu bertahan disampingku selamanya, Tapi yang kulakukan adalah berusaha menepati janjiku selalu disampingmu selamanya, bodoh aku tak meminta hal yang sama padamu, malah menggangguk dan tersenyum manis untuk memenuhi setiap janji yang lagi lagi hanya aku yang menepati.'
Jari jemarinya kembali menelusuri wajah batu nisan yang nampak bersih dari debu ataupun hal semacam lainya.
Tes
TesCairan bening itu mendesak keluar, hingga pupil matanya tak bisa lagi menahannya terlalu banyak.
Penglihatannya mengabur seiring dengan derasnya cairan bening itu keluar."Aku jadi cengeng seperti ini." Ucapnya diiringi tawa hambar.
Ia menaruh satu tangannya untuk menampung buliran bening yang sudah membasahi wajahnya.
Pria itu menangis dengan sesaknya meski ini sudah berlalu 4 tahun lamanya namun tetap saja ia tak bisa mengontrol emosinya untuk tak menangis.Bahunya bergetar dan satu tangannya lagi kembali ia jadikan alas untuk air matanya.
Suara isakannya terdengar memilukan.
Chanyeol menangis pilu suaranya terdengar meracau juga tangisannya semakin menjadi.
Kedua lututnya ia jatuhkan diatas tanah bersimpuh dihadapan batu nisan Chaeyoung, kepalanya ia sandarkan pada batu nisan.