HD 06| Menginap

32.5K 2.8K 154
                                    

Sohyun membiarkan keduanya masuk ke dalam flatnya karena tak mungkin dia menyuruh keduanya pulang di tengah malam yang hujan seperti itu.

"Tuan silahkan duduk. Saya akan menemani tuan Dave tidur," sahut Sohyun menunjuk sofa kecil di flatnya.

Taeyong hanya mengangguk lalu duduk di sofa yang menghadap ke televisi mungil di dekat jendela. Pandangannya menyapu seluruh ruangan mungil itu. Hanya ada dua ruangan di flat mungil milik Sohyun. Kamar mandi dan ruangan besar yang berfungsi sebagai kamar tidur, dapur, dan ruang tamu. Untuk kamar tidur, terdapat sekat berupa rak buku sehingga ruang tidur memiliki tempat tersendiri di ruangan itu. Taeyong tersenyum simpul mengamati penataan ruangan mungil yang bisa terlihat begitu enak di pandang. Pandangannya lalu tertuju ke miniatur-miniatur bangunan yang tertata rapi di rak dekat televisi.

"Tuan mau minum apa?" Tanya Sohyun tiba-tiba muncul di hadapannya.

"Dave sudah tidur?"

"Iya, tuan."

Taeyong tak habis pikir mengapa Dave secepat itu tidur, biasanya membutuhkan waktu lama membuat putranya tidur.

"Aku ingin kopi," sahut Taeyong, melirik Sohyun yang segera menuju dapur yang berada di sebelahnya. Dia sampai memutar kepalanya untuk melihat apa yang dilakukan Sohyun. Tak ada yang istimewa sebenarnya, Sohyun hanya memasak air sambil menuangkan kopi sachetan ke gelas. Tapi, hal sekecil apapun yang dilakukannya menjadi magnet yang membuat Taeyong tak mengalihkan pandangannya.

Dia buru-buru mengalihkan pandangan saat Sohyun selesai membuat kopi dan berjalan ke arahnya.

"Maaf lama," segelas kopi dengan asap mengepul tersaji di hadapannya membuat Taeyong mengangguk kecil, melirik Sohyun yang memilih duduk di sampingnya.

"Kamu tidak tidur?"

"Belum mengantuk," jawab Sohyun sambil memandang gelas kopi bergambar beruang miliknya.

"Kalau kamu memang mengantuk tidur saja."

"Tuan bagaimana?"

"Aku masih ada sedikit pekerjaan," Taeyong menunjukkan ponselnya.

"Ah." Sohyun langsung diam dan bingung mau berbicara apalagi berhubung Taeyong langsung sibuk dengan ponselnya, membaca email dari karyawan dan para klien.

Sohyun meraih gelas kopinya lalu menyeruput pelan-pelan kopinya berhubung masih panas.

"Kamu arsitek?"

Sohyun menoleh, Taeyong tak sedang memandang ponselnya malahan saat ini lelaki itu memandangnya,"ehm. Iya. Baru lulus sih"

"Pantas saja. Kenapa ingin jadi arsitek?"

Sohyun memandang rak di dekat tv yang berisi miniatur hasil karyanya. Senyumnya terkembang seketika,"aku melihat karya pertama anda lewat surat kabar"

"Panti asuhan di Gimpo maksudmu?"

Sohyun mengangguk tanpa mengalihkan pandangan dari rak miniaturnya tanpa menyadari pandangan Taeyong tertuju padanya.

"Aku suka desain panti asuhan itu, penuh kehangatan dan perlindungan."

Taeyong terhenyak sambil menyeruput kopinya. Karya pertamanya bukanlah karya yang mengantarkannya ke puncak popularitas. Bahkan, karya itu tak banyak diketahui, media yang menulis juga tak banyak itupun ditulis karena teman ayahnya yang merupakan menteri yang menjadi pendiri panti asuhan itu. Tak ada yang pernah menyoroti hasil karyanya. Namun, hasil karya pertama itulah yang cetak birunya dia simpan secara khusus karena berharga. Ada banyak cerita saat dia membuat desain bangunan itu. Cerita yang tak banyak dia bagi.

Hot Daddy : Dave And His DadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang