Sohyun menghela napas panjang sambil memandang bangunan dua lantai yang kokoh di hadapannya. Sudah sebulan lebih dia tak menginjakkan kakinya di tempat itu. Rumahnya. Letak rumahnya yang berada di pinggir kota Seoul, malah hampir berbatasan dengan kota lain membuatnya memilih tinggal jauh dari keluarganya. Dia memilih tinggal di flat bukan tanpa alasan, lagipula flat itu dibiayai dari uang beasiswanya.
Dia memutuskan pulang lebih cepat, bukan akhir pekan seperti yang mamanya inginkan berhubung akhir pekan jadwalnya padat. David biasanya akan memintanya menemani hampir 24 jam. Dia sudah meminta izin pada Jihyo untuk hari ini dan melupakan meminta izin pada Taeyong yang hari ini sibuk dengan jadwal meetingnya yang bertumpuk-tumpuk.
Sohyun memencet bel dengan hati-hati. Biasanya rumahnya sepi saat pagi hari karena kakak dan papanya bekerja. Kakaknya sedang merintis sebuah usaha yang sekarang sudah berkembang sementara papanya adalah seorang polisi di kepolisian Seoul. Mamanya membuka restoran sederhana tak jauh dari rumah. Dia sudah memberitahukan mamanya perihal kedatangannya. Kemungkinan besar mamanya belum berangkat ke restoran di jam-jam segini.
Pintu terbuka setelah bunyi bel kedua kalinya. Mamanya lah yang membukakan pintu lengkap dengan senyum cerah menyambutnya. Wajah mamanya masih awet muda walau umur sudah tak muda lagi.
"Sohyun, mama pikir kamu datangnya nanti."
Sohyun langsung memeluk tubuh mamanya yang terbalut celemek bunga-bunga. Dia ingat betul celemek itu pemberiannya saat hari ibu,"aku minta izin, Ma. Lagipula aku rindu."
Mamanya tersenyum simpul, membalas pelukan putrinya yang sudah sebulan tak dilihatnya.
"Mama juga rindu."
Sohyun membenamkan wajahnya ke leher sang mama, menghirup dalam-dalam bau tubuh mamanya yang khas dan bercampur dengan wangi masakan yang sedang di masaknya. Mamanya pasti sengaja menyiapkan hidangan khusus untuknya. Mungkin dia terdengar berlebihan tapi masakan mamanya adalah yang terbaik.
"Papa mana?" Tanyanya melepaskan pelukannya dan mengedarkan pandangan ke penjuru rumah yang sepi.
"Papamu sudah berangkat kerja tadi pagi-pagi sekali," sang mama berjalan ke arah dapur untuk meneruskan acara memasaknya yang terputus karena kedatangan putrinya.
"Ehm. Begitu ya," dia sedikit kecewa tak bertemu papanya. Papanya sering pulang larut malam sehingga intensitas pertemuan mereka sangat sedikit.
"Papamu janji akan pulang cepat kok,"
Sohyun menyandarkan tubuhnya ke dinding dapur, matanya sibuk memperhatikan keterampilan tangan mamanya saat memotong bawang bombay dalam sekejap.
"Kamu akan menginap kan?"
"Tentu, Ma," sahutnya berjalan mendekat. Tangannya meraih pisau dari tangan mamanya untuk membantu beliau memotong sayuran agar mamanya bisa fokus mengurusi sup daging yang sudah tercium harum.
"Bossmu tak masalah kan kamu izin hari ini?"
"Begitulah,"
Jihyo tadi mengatakan tak masalah saat dia minta izin lewat telepon. Tapi entah dengan Taeyong, Sohyun belum sempat menghubungi lelaki itu.
"Pekerjaanmu bagaimana? Bossnya baik?"
"Nyaman kok, Ma. Rekan kerja dan bosku baik semua," dia memang menceritakan semua mengenai dirinya termasuk pekerjaannya sebagai babysitter. Tentu saja ada beberapa hal yang tak diceritakannya terutama soal sikap bosnya yang membuatnya bingung.
"Aku betah kerja di sana."
"Kamu tak akan selamanya kerja di sana kan?" Tanya mamanya. Binar yang terpancar dari wajah putrinya menunjukkan dia bahagia di tempat kerjanya, dia bersyukur sekaligus khawatir putrinya terlalu nyaman di sana dan melupakan pekerjaan impiannya, menjadi arsitek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Daddy : Dave And His Dad
Fiksi Penggemar[Daddy Series 1] Judul sebelumnya: Hot Daddy Cerita sudah tamat, sedang diunpublish (tidak tahu kapan dipublish kembali) Seorang mahasiswi semester akhir yang menjadi babysitter sebuah keluarga kaya raya harus terjebak di antara anak-ayah yang sama...