Hujan 2

1.7K 22 5
                                    

Di sebuah malam, aku berdiam diri di sebuah ruang. Dengan secangkir kopi, dan secarik kertas beserta pena yang kupegang dengan 5 jari tangan kananku. Memulai awal dari isi hati ini, mari kita renungkan sejenak, betapa besar makna yang tersirat dari semua tindakan yang kita lakukan. Dengan begitu, terlahirlah kisah ini, bermula dari suatu ketika di mana diriku sendiri baru saja menginjak bangku Sekolah Menengah.

Hari pun dimulai, Juli 2016 aku pergi untuk menuntut ilmu di hari pertamaku di sekolah. Seperti layaknya anak sekolah lain, aku memulai hari pertama sekolah dengan mengikuti ospek, bahasa gaulnya sih "Masa Orientasi Siswa". Dengan seragam putih hitam lengkap dengan dasi hitam, peci dan sepatu Eagle lusuh peninggalan SMP pun tetap menjadi penyemangat bagiku. Tanpa ada rasa takut, aku pun menggerakkan langkah kaki dengan mantap menerjang semua cobaan di sekolah.

Awal diriku masuk sekolah, kami siswa baru dikumpulkan di GOR. Seorang diri di sana, tak punya satu pun kawan, bagai jarum yang hilang di tumpukan jerami. Namun, aku tetap tegar, kudekati seseorang, dan kusapa serta berkenalan dengannya.

" Hay, Ahmad!, boleh berkenalan?" seraya kujulurkan tangan.

"Hay, Arsyad, panggil saja Aye, " begitu jawabnya.

Aku terdiam, namanya Arsyad dipanggil Aye, sungguh hebat, itu yang kupikirkan, lalu dia menghilangkan lamunanku,

"Jangan kaget, namaku memang Arsyad, tapi oleh temanku, aku dipanggil Aye," tuturnya padaku.

"Ooh, seperti itu, oke salam kenal." itu yg keluar dari mulutku.

Kami pun berbincang sampai waktu MOS pun dimulai, kami menjadi teman dekat. Walaupun dia yang pertama kukenal, tetapi bukan dia yg akan kukisahkan dalam cerita ini, melainkan seorang bidadari yang aku jumpa waktu hari itu.

Lanjut ke cerita,
Waktu pun menunjuk pukul 12:00 WIB sesuai dengan tempatku berada di Provinsi Jawa Tengah. Kami dipersilahkan untuk beristirahat dan memakan bekal yang telah kami bawa. Aku menggunakan kata kami, karena tak hanya diriku yang istirahat.

Di waktu itu, menjadi titik awal kujumpa dengannya. Namun, aku tak berani tuk mendekati dirinya. Hanya bisa menatapnya dari tempat duduk saat itu, dan hari pun berlalu, serta diriku lupa. Aku lupa belum menceritakan apel pembukaan MOS di pagi hari sebelum berkenalan dengan Aye, dan sekarang sudah kuceritakan.

Hari pun berlalu, aku pulang ke rumah dan tertidur.

To be continue . . . .

Sajak Hujan (Hati yang Tak Retak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang