Hari pun berlalu, aku terbangun di hari kedua MOS. Seperti biasa, kami melakukan apel sebelum melakukan kegiatan MOS. Di pagi itu, aku pun berjumpa dengannya untuk yang kedua kalinya.
Hal yang sama aku lakukan lagi, duduk sambil menatapnya. Dalam hatiku berkata, sungguh cantik paras wajahnya, sungguh manis senyum bibirnya. Namun, hanya dapat kupandang sekilas saja. Waktu ibadah pun tiba, aku bergegas tuk memanjatkan doaku, dan diriku hanya bisa berdoa,
"Tuhan, jika Dia ditakdirkan untukku, dekatkan Dia kepadaku. Jika dia bukan takdirku, hilangkan Dia dari pandanganku secara perlahan, "
Itu yang kumohon, sampai akhirnya waktu MOS pun berlalu dan diriku menempati kelas X AK 2, dan temanku Aye berada di kelas X AK 1, bersebelahan dengan kelasku.
Hari demi hari kulalui, awal masuk kelas, kumulai mengenal satu per satu temanku, ada yang bernama Laras, Ardika, Efi, Wina, Anisa, dan masih banyak lagi. Tetapi ada seseorang yg menjadi teman sebangkuku, yaitu Resdika, namanya Resdika Nur Aldiansyah, panggilannya "Kunting", jangan ketawa, itulah namanya, itu yang dia ucapkan waktu berkenalan. Walaupun namanya unik, dia tetap sahabatku, teman dekatku.
Hari-hari di sekolah banyak kuhabiskan di dalam kelas, dan bisa dibilang aku itu pendiam, aku sudah mulai terlena dengan sosok bidadari yang kujumpa, aku mulai lupa dengannya. Namun takdir berkata lain, di saat aku pulang sekolah, kulihat dirinya di depan kelas sebelah, persis di sebelah kelasku, yaitu di X AK 3.
Entah itu kebetulan ataupun tidak, tapi itulah yang terjadi, aku berdekatan dengannya tanpa kusadari, dan anehnya lagi, dia satu sekolah dengan teman dekatku. Yaitu teman satu SMP dengan Resdika bin Kunting, sungguh aneh tapi nyata.
Hampir setiap hariku bertemu dengannya, walau hanya sebatas saling bertatap muka, dan hanya dalam sebuah langkah yang berbeda arah, namun itulah yang
kusuka. Sensasi itu yang selalu kurasakan di saat berpapasan dengannya.Tak lupa aku dengannya saling melempar senyum di suatu ketika. Dia malu-malu rupanya, aku pun sama, walau tetap kupandang wajahnya. Wajah cantiknya makin indah ditambah pipinya yang tirus, ditambah bibir mungil merah meronanya, serta tubuh mungil indahnya. Menambah rasaku terhadap dirinya.
Begitulah yang terjadi di setiap harinya, hingga tak terasa sudah memasuki waktunya Ujian Semester. Sungguh tak kusangka sampai selama ini diriku dan dirinya saling menatap tanpa sebuah kata.
To be continue . . . .
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Hujan (Hati yang Tak Retak)
Short StoryTAMAT!!! Berawal dari suatu masa menuju sebuah zaman refolusi kata yang menyebabkan timbulnya rasa cinta terhadap suatu rangkaian kata mutiara yang lahir dari hati nurani, Entah apa yg terlintas di pikiranku, tapi inilah yg keluar dari tinta hitamku...