Four : Poor Wife

771 92 19
                                    

Chapter Four

"Lalu apa yang mereka harapkan dariku?" Ucap Yoona yang semakin tau arah pembicaraan ini. Alasan mengapa mereka semua ingin Yoona melihat ini.

"Mereka ingin izin konfirmasi dating darimu."

Yoona memejamkan matanya untuk meredam emosi yang mulai meledak ledak dalam dirinya. Lalu ia tersenyum getir sambil mengambil cap perusahaan dari meja kerjanya.

"Kenapa tidak? Kenapa harus repot-repot izin dariku?"

Saat mulai memberikan cap keatas kertas putih itu, Editor Ong membanting cap tersebut kelantai hingga pecah. Serta menghancurkan papan nama yang bertuliskan 'Kang Yoona' yang tinggal serpihan nya saja.

"Apa yang sedang kau lakukan Editor Ong? KELUAR KAU SEKARANG DARI RUANGANKU" Teriak Yoona keras sekali didepan Lelaki yang menjadi rekan kerjanya selama ini.

"Benar. Seharusnya kau begitu marah seperti itu pada mereka, pada Daniel Sampah itu. Mengapa kau diam saat orang lain memperlakukanmu begitu buruk?"

"Aku bukan siapa-siapa untuk Daniel, tanpa persetujuanku, dia akan melakukannya sendiri." Ujar Yoona masih dengan nada tinggi membuat Editor Ong tambah murka mendengarnya.

"KAU ITU ISTRINYA. DAN PEREMPUAN PELAKOR ITU MENGINGINKAN HUBUNGAN MEREKA DIKETAHUI PUBLIK. MENGAPA KAU TIDAK MELAKUKAN APAPUN UNTUK MENCEGAH HAL ITU?" Bentak Editor Ong tak kalah keras.

Yoona mematung mendengar itu, tidak mampu mengatakan apa apa lagi. Sahabatnya sekarang benar benar murka padanya.

"Aku tidak mampu melakukan apapun. Daniel tidak mencintaiku. Itu haknya untuk memilih orang yang dia cintai. Tak apa, aku telah berusaha jadi istri yang terbaik selama ini. Kurasa sudah cukup. Daniel juga perlu bahagia. Dan kurasa aku juga cukup lelah untuk menanggung penderitaan yang cukup berat,"

Yoona mengambil stempel dan pena dari laci kerjanya lalu menandatangani berkas itu langsung dan menyerahkannya pada Ong yang sedang menangis sambil memandang wajah menyedihkan Yoona.

"Sampaikan salamku pada Joy dan Daniel. Semoga mereka sampai pada tahap pernikahan. Dan, terimakasih telah menjadi sahabatku selama ini Editor Ong. Aku izin ke rumah sakit dulu"

Editor Ong tetap terisak walaupun mendengar suara pintu yang tertutup lembut. Sahabatnya begitu bodoh.

Ada begitu banyak cinta didunia ini. Tapi Yoona tetap memilih orang itu. Walau ternyata selama ini Daniel dibalik topeng yang menggemaskan, menipu sahabatnya hingga menderita seperti ini.

☁️☁️☁️

Yoona berhenti kerja lagi. Sudah seminggu lebih, biasanya dia akan kembali menulis dimeja kerjanya. Tapi saat ini malah hampir dua minggu, ia berbaring di ranjangnya lagi tanpa melakukan apapun.

Deadline naskah pun sebentar lagi, bahkan semangatnya untuk bekerjapun sudah tidak ada. Sejak peristiwa itu, Yoona kembali tidak keluar kamar, membuat semua orang khawatir suatu waktu Yoona akan mengakhiri hidupnya karena depresi.

Dari tempat tidurnya, Yoona melihat foto pernikahan mereka yang menggantung indah disana. Biasanya ia akan tersenyum saat memandang itu dalam kondisi buruk sekalipun. Tapi saat ini, sungguh, ia tidak memiliki ekspresi apapun saat melihat foto itu.

Tidak ingin menangis lagi. Tidak ingin tertawa lagi. Tidak ingin semuanya. Dan itu membuatnya hampa.

Yoona memegang pinggiran tempat tidurnya lalu beranjak dari sana untuk mengambil makanan kecil dari dapur.

Tapi sayup sayup ia mendengar suara kakaknya Tiffany yang sedang berbincang dengan ibunya dari arah ruang tamu.

"Saat mereka konfirmasi, Joy mendapat Haters paling banyak. Bahkan mendapat serangan fisik dari fans nya." Ucap Tiffany pada ibunya dengan semangat.

"Benarkah? Bagus dong kalau gitu. Biar perempuan picik itu rasain gimana rasanya penderitaan"ucap Ibunya yang tak kalah semangat.

Yoona yang mendengar itu dari dapur pun ber-oh ria. Telah dikonfirmasi rupanya. Ia terbaring lumayan lama untuk mengetahui itu.

"Daniel juga pastinya kapok untuk konfirmasi seperti itu. Semua kerugian terletak pada si pelakor" ujar kakaknya sambil mengode pada ibunya bahwa Yoona ada di dapur.

"Semoga saja si pelakor cepat mati," ucap ibunya yang mengerti kode kakaknya.

Lalu mereka kaget saat kedatangan Yoona keruang tamu.

"Menjelekkan orang bukan suatu upaya untuk membuatku bahagia" dengan suara yang serak dan gemetar.

"Ya maafkan kami" ucap Tiffany tidak bersemangat.

"Kau ingin ibu buatkan jus jeruk hangat?" Tawar ibu khawatir kondisi Yoona.

"Tidak, terima kasih bu"

"Atau mau ibu masakkin makanan kesukaanmu?"

"Kurasa boleh" ucapnya masih dengan nada yang sama.

"Ibu, bagaimana kalau aku minta bercerai?" Ucap Yoona tiba tiba membuat semua orang terdiam dan membatu.

Benar. Tidak ada yg berhak protes. Ibu dan kakaknya sudah tau perjuangan hingga Yoona bertahan saat ini. Sudah dua tahun sejak pernikahan itu, bukanlah waktu yang sebentar.

Daniel semakin lama semakin menjadi jadi, dan Yoona yang tiap hari mendapat tekanan mental.

Semua itu tidak mudah untuk Yoona untuk mengucapkan kata kata mengerikan ini.

"Tidak, aku hanya bertanya saja. Baiklah, lupakan." Ujar Yoona lalu kembali kekamarnya dan naik ke atas tangga.

"Kalau sudah tidak kuat lagi, maka lepaskan saja" ujar ibunya pelan membuat Yoona memberhentikan langkahnya sebentar untuk mencerna rentetan kata itu.

You Did Well [Kang Daniel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang