Seventeen : "Be Right Here".

593 60 13
                                    

Chapter 17

[Full flashback]

"Mungkin kau hanya satu dari sekelompok orang yang sering diajak berbincang oleh KangDan. Daniel yang populer itu tak akan menganggap kau sahabatnya. Tolong sadarlah."

Ucapan itu terngiang ngiang dalam benak Yoona. Dan semakin mengingatnya, dirinya semakin terluka.

Yoona menatap punggung Daniel dari belakang yang sedang berbincang dengan Chairmate barunya. Menyadari cara berbicara Daniel pada wanita disebelahnya, membuat dia semakin menyadari bahwa dirinya salah faham akan kebaikan dan keisengan Daniel selama ini.

"Kenapa lagi? Kau terlihat kusut. Perlu kusetrika?" Kata Daniel sambil menatap wajahnya penuh tanya. Yoona menggeleng gelengkan kepalanya dan menghilangkan lamunannya sebentar.

"Aku mau ketoko buku, gatau mau resensi buku apa. Dan gatau cara resensi buku juga. Temani ya?" Kata Yoona penuh harap.

"Hmm begini, aku tidak bisa untuk kali ini. Irene ingin ditemani kesalon karena besok hari ulang tahunnya."

Benar. Tidak seharusnya ia merasa teristimewakan dan terprioritaskan. Semua itu hanya untuk gadis cantik, lucu, dan populer yang menjadi pacar Daniel.

"Jangan pasang tampang kasihan itu. Aku bisa menemanimu lusa kok." Ujar Daniel sambil mengacak rambut Yoona pelan. Dan tiba tiba Yoona menepis tangan Daniel.

"Tak usah, aku akan pergi sendiri." Ucapan Yoona yang ketus membuat Daniel bingung dn merasa bersalah. Dan lelaki itu tambah menyesal saat membiarkan Yoona pergi tanpa mencegat tangannya.

🌩🌩🌩

Yoona membalik balikkan halaman buku dengan kasar, dirinya tak kuasa menahan amarah yang memuncak sejak tadi. Dan amarah itu tidak kunjung reda meski dirinya sudah membaca buku kesukaannya.

Dan awan yang mendung disertai petir yang kuat terpaksa membuat Yoona harus pulang dalam mood yang buruk seperti ini. Yoona mengambil tasnya kasar dan membuka pintu keluar toko buku lalu dirinya tambah kesal saat melihat hujan yang tiba tiba menderas.

Dia mengutuk dirinya sendiri karena meninggalkan payung dikelasnya, dan datang ketempat ini tanpa melihat ramalan cuaca.

Yoona marah, kesal, dan kecewa. Dan semua perasaan itu menyatu sehingga membuat Yoona berlari kearah hujan yang sangat deras disertai petir itu. Sambil membayangkan apa yang sedang dilakukan Irene dan Daniel sekarang. Tidakkah mereka terlalu kejam padanya?

Yoona menghentikkan langkahnya dan menangis ditengah hujan yang membentur kepalanya berkali kali. Dia terduduk dipinggir jalan sambil menangis tanpa mempedulikan baju seragam dan buku ditasnya yang sudah basah semua. Merenungkan kesialan yang dihadapi hari ini sambil menatap kedepan kosong.

Sial. Mengapa dia menjadi melow dibawah guyuran hujan seperti ini. Bukan seperti dirinya. Tiap tetesan hujan terasa sakit saat mengenai tubuhnya. Langit seperti menangisi dirinya yang terlalu malang.

"Kenapa hujan hujanan? Kau bisa sakit!" Teriak seorang lelaki sambil meraih tangannya dan mengangkatnya berdiri agar terlindung dibalik payungnya.

Yoona mengangkat wajahnya dan melihat wajah Daniel yang terlihat kesal bukan main. Dia tidak mengerti, harusnya dia yang merasakan perasaan seperti itu.

"Memangnya kenapa kalau aku sakit? Apa itu menganggumu?" Ujarnya pelan namun Daniel masih dapat mendengarnya dalam jarak yang sangat dekat ini.

Daniel tidak bohong untuk mengetahui air mata mengalir yang mengungkapkan kekecewaan padanya itu. Dirinya terdiam karna tidak dapat memberikan alasan apapun.

"Aku tau aku bukan prioritasmu. Tapi, bisakah kau menganggap aku ada?" Ujar Yoona sambil menangis sesegukan.

Melihat Yoona menangis seperti ini membuat Daniel marah pada dirinya sendiri. Membiarkan seseorang menangis karena orang sepertinya membuatnya telah menjadi orang yang buruk.

Wajah itu, mata indah yang memancarkan kesedihan itu, ekspresi itu, membuat Daniel tanpa fikir panjang memeluk Yoona erat sambil menggosok gosok punggungnya pelan.

Daniel menarif nafasnya dalam sambil menetralkan sesuatu yang berdetak kencang dalam dirinya. Tubuh gadis ini bergetar menahan tangis, mencoba memahami apa yang membuatnya menjadi seperti ini.

"Aku tidak mengerti apa yang kau katakan. Tapi, aku selalu menganggapmu ada." Ujar Daniel dengan suara rendahnya pelan ditelinga Yoona membuat tangis Yoona perlahan berhenti.

"Apa kau pernah menganggapku sahabat, setidaknya sekali?" Ujar Yoona membuat Daniel melepaskan pelukannya. Daniel menatap mata memerah yang penuh harap itu lalu tersenyum kecil.

"Tentu! Kau sahabat terbaikku! Tidak ada yg seperti Yoona." Ujarnya tegas sambil menyelipkan rambut Yoona yang basah dibalik telinganya.

Yoona tersenyum, sangat manis. Ini sudah cukup untuknya. Pengakuan Daniel akan dirinya membuatnya ingin waktu ini berhenti saat ini.

Terimakasih kepada ruang yang telah menyediakan tempat agar mereka dapat berbagi perasaaannya seperti ini.

"Apa ini yang sedang dikhawatirkan kepala mungil ini sampai menangis?" Kata Daniel menggoda Yoona membuat gadis itu kembali memeluk Daniel sambil menyembunyikan wajahnya yang memerah diceruk leher Daniel.

Yoona tidak butuh kebahagian dari materi yang selama ini telah diberikan orang tuanya lebih dari cukup. Yoona membutuhkan sesuatu untuk memperbaiki hatinya. Sesuatu yang sudah ditata dengan rapi. Yoona akan selalu menyimpan perasaan ini dengan baik dihatinya.

Ini pertama kali dia diperlakukan sebaik ini, selain dari kedua orang tua dan kakaknya. Yoona terbuai dengan perlakuan Daniel kepadanya.

"Maafkan jika aku tidak menemanimu. Aku tidak tau kau akan seperti ini." Ujarnya pelan membuat Yoona mengangguk dan kembali tersenyum bahagia dibalik pelukan mereka.

Benar. Begini cara Daniel hingga berhasil meredakan amarah yang sangat sulit diredakan itu. Mungkin, memang cuma Daniel yang mampu meredakan amarah Yoona sampai kapanpun.

To be continue.

🌨🌨🌨

Dah kebayang blum hubungan mereka semasa sekolah sebelum menikah dulu?

So, they are close friend. But they end that thing by married. Jangan salah faham ya atas tips aneh sementara dari authornya : jangan menikahi sahabat terbaikmu.

Pandangan aku aja sih, mungkin karena telah terbiasa nyaman dan santai dan ketika memutuskan menikah, tidak sadar kalau kehidupan rumah tangga itu lebih serius dari yang difikirkan. Walau aku belum pernah berumah tangga XD. But, that is my assumption.

Kedepannya juga bakal lanjutin flashback. Maaf klo ada yang gasuka sama alur mundurnya.

So, see you next time!

You Did Well [Kang Daniel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang