7.

669 98 1
                                    

7.

Dikarenakan masih kurang sehat, Senin ini Alex tidak masuk kantor. Otomatis seluruh kegiatan di perusahaan ditangani oleh Alfred, sekretaris sekaligus wakil tak resminya yang sudah diakui oleh semua pegawai.

Tidak ada yang berkeberatan diatur dan diperintah oleh Alfred, toh mereka sudah terbiasa berurusan dengan Alfred alih-alih langsung dengan pimpinan tertinggi yang emosinya lebih parah dari perempuan yang sedang PMS.

Sialnya, dokumen penting yang dibutuhkan hari ini tertinggal di rumah. Dokumen yang dibawa pulang untuk pemeriksaan akhir sebelum diserahkan untuk ditandatangani oleh pimpinan perusahaan yang bekerja sama dengan mereka.

Begitu menyadari soal dokumen yang tertinggal, Alfred segera kembali pulang, dia harus kembali ke kantor sebelum jam makan siang karena Pak Broto akan datang sesudah makan siang. Prinsip kerja Alfred yang selalu tepat waktu tidak bisa membuatnya santai sejenak meski waktu baru menunjukkan pukul 10 pagi.

Sekalian, sambil mengambil dokumen, dia bisa mengecek keadaan Alex, semoga sudah jauh lebih baik. Lagipula, dia sudah beristirahat seharian penuh kemarin, seharusnya memang sudah jauh lebih baik.

Masuk ke rumah, hal pertama yang dilakukannya adalah mengambil dokumen di kamarnya sebelum menuju ke kamar Alex. Alfred bukanlah Alex yang melakukan hal dengan kasar, Alfred yang terbiasa berhati-hati saat membuka dan menutup pintu reot rumahnya yang dulu masih membawa kebiasaan itu tanpa sadar, jadi tak mengherankan jika dia masuk ke rumah tanpa disadari oleh Alex yang masih tidur, ---seharusnya masih tidur.

Sayup-sayup, terdengar suara Alex dari arah balkon.

Hmm?

Alex sedang menelepon seseorang kah?

Penasaran, Alfred berjingkat, berniat mengejutkan Alex.

Bukannya mengejutkan Alex, Alfred yang mendapat kejutan.

Di balkon yang tidak disukai Alfred, Alex berdiri bersisian dengan seorang wanita. Wajahnya tidak terlihat karena mereka bersandar menghadap ke arah luar, menikmati pemandangan dari balkon.

Dari caranya berpakaian, Alfred bisa menilai, wanita ini pasti sangat terpelajar.

Siapa dia? Apa yang dilakukan seorang wanita terpelajar di rumah seorang laki-laki? Ada apa dengan Alex? Kenapa Alex tidak segera mengusirnya?

"Ternyata lu masih ingat sama janji lu ...," suara merdu wanita itu terdengar sangat percaya diri, "rumah tinggi dengan balkon untuk melihat bintang di malam hari."

Deg!

Ucapan yang sontak membuat jantung Alfred berhenti berdetak sesaat.

"Kebetulan saja." Suara Alex seperti biasa, terdengar tak acuh.

"Walau cuman kebetulan, gue tetep senang. Lu masih menyediakan tempat buat gue pulang ke sisi lu."

Kali ini bukan hanya berhenti berdetak, jantung Alfred terasa remuk. Nyeri.

Siapa dia? Benarkah Alex menyediakan tempat ini untuknya? Artinya Alfred hanya pengganti sementara sampai si pemilik asli pulang?

Tentu saja. Bukankah sejak awal Alex sudah tahu kalau Alfred tidak tahan ketinggian. Sudah pasti tempat tinggi seperti ini memang bukan disediakan untuk Alfred.

Menjawab sendiri pertanyaan dalam hatinya, Alfred tersenyum miris.

"Jangan sombong. Tempat lu sudah hilang sejak lu memilih ninggalin gue!"

"Lu belum bisa maafin gue?"

"Maafin? Basi!"

"Haa ... sudah gue duga. Lu masih tetap keras kepala. Tidak berubah sedikit pun."

Rainy Day Memory : Alex and Alfred's SequelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang