11.
Pintu yang malang, lagi-lagi dibanting kasar saat dua penghuninya bertengkar.
Memasuki rumah sambil membanting pintu, hal pertama yang dilakukan Alex adalah berteriak memanggil nama Alfred.
Sudah pasti Alfred tak akan menyahut.
Sasaran berikutnya, apa lagi kalau bukan pintu kamar Alfred. Tendangan keras dilayangkan pada pintu yang disangkanya terkunci, tapi rupanya dia salah. Pintu kamar Alfred bukan hanya tidak terkunci, bahkan tidak ditutup rapat. Sesaat Alex kehilangan keseimbangan karena menendang terlalu kuat pintu yang tidak memberinya perlawanan, mata Alex langsung tertuju ke atas ranjang, berharap melihat sosok Alfred agar kemarahannya bisa segera dilampiaskan.
Kosong.
Di atas ranjang yang besar yang rapi, tidak ada jejak Alfred sama sekali.
Pasti dia sedang mandi.
Lagi-lagi Alex harus kecewa. Kamar mandi juga sama kosongnya dengan keadaan kamar Alfred.
Mengerutkan kening, mencari di sekeliling rumah, tempat paling akhir yang didatanginya adalah kamarnya sendiri.
Sudah tahu kalau sedang marah Alfred tak akan mau masuk ke kamarnya, tetap saja dia membuka pintu kamar sambil meneriakkan nama Alfred.
Kosong juga.
Di mana Alfred?
Dari tadi mencari-cari Alfred semata hanya ingin melampiaskan emosi, sekarang rasa was-was mengisi hati Alex.
Bagaimana kalau Alfred tidak pulang? Bagaimana kalau dia bertemu dengan Sandy dan yang lainnya, lalu kembali pada kehidupannya yang dulu?
Tidak, tak mungkin. Alfred tidak akan mungkin mau kembali ke kehidupan palsunya. Dia sudah sangat bahagia bersama Alex, di rumah ini.
Bahagia? Wajah sinis yang tadi diperlihatkan Alfred, apakah itu wajah bahagia?
Sejak Kirana kembali, Alex sangat sadar, hatinya terbagi.
Di satu sisi, Alex tak bisa mengingkari kalau Kirana masih sangat berarti baginya. Kirana adalah orang pertama yang benar-benar melihat siapa dirinya. Bukan sebagai Alex yang anak pengusaha, bukan sebagai Alex lelaki pujaan kaum wanita. Hanya Alex dengan segala kekurangannya.
Kirana yang membuka matanya mengenai dunia. Kirana juga yang membuatnya paham bahwa di dunia ini, bukan hanya ada kesenangan.
Saat Kirana meninggalkannya, dunianya runtuh, hancur. Alex kembali menjadi Alex yang dulu, bahkan jauh lebih parah. Sengaja membelikan barang mahal hanya untuk menunjukkan kalau cinta bisa dibeli. Membuang wanita semudah membalik telapak tangan hanya untuk balas dendam pada wanita yang meninggalkannya. Berpesta tiap malam. Bergaul dengan manusia-manusia seperti Sandy yang memandang manusia hanya dari kulit luar.
Puncaknya, saat dia dengan seenaknya mengambil koleksi tas ibunya untuk dihadiahkan pada pacarnya yang bahkan dia tak tahu namanya, hanya untuk membuat orang tuanya kesal. Hasilnya, dia dilempar ke jalanan oleh ayahnya yang sudah tak tahan dengan kelakuannya. Ibunya dilarang membantunya secara diam-diam.
Saat itulah dia bertemu Alfred.
Orang miskin yang bermimpi hidup nyaman dengan cara melacurkan diri. Awalnya Alex sama sekali tak peduli, hubungan di antara mereka hanya berupa simbiosis parasitisme, Alex menumpang dan menyusahkan Alfred. Hanya itu.
Semakin mengenal sosok Alfred, Alex sadar, Alfred sangat mirip dengan Kirana. Latar belakang mereka, perjuangan mereka, juga mata mereka yang tak berhenti mengejar cita-cita. Sangat mirip. Tanpa sadar, Alex menjadikannya pengganti Kirana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainy Day Memory : Alex and Alfred's Sequel
RomantizmSetelah lima tahun lamanya terpisah, Alfred kembali dipertemukan dengan Alex. Alfred yang dari luar terlihat kuat namun sebenarnya pesimis. Alex yang terlihat dingin namun sebenarnya sangat perhatian. Akankah komedi kehidupan mereka berulang, atau...