Sunshine After the Rain
Part 1 :
"Lex?"
Panggilan lembut, tapi membuat Alex yang sedang melamun terlonjak dramatis.
"Ya?"
" ... gak. Gak ada apa-apa."
Menoleh sekilas, Alex kembali menatap lembaran kertas di hadapannya, seolah berkonsentrasi penuh, tapi lebih dari siapa pun, Kirana tahu, hati dan pikiran Alex sama sekali tidak tertuju pada kertas-kertas di atas meja.
Masih segar dalam ingatannya sosok Alex yang terduduk lesu, tatapannya kosong, wajahnya datar tanpa ekspresi, matanya mencari-cari sosok orang yang sudah tak ada lagi di sana.
Keluar dari rumah sakit, Kirana meminta Alex mengantarnya menemui Alfred, untuk berterima kasih. Kalau saja waktu itu Alfred tidak menariknya, saat ini mungkin bukan hanya lengan yang patah, bisa jadi seluruh tubuhnya remuk oleh mobil yang melaju liar itu. Perawat juga memberitahu, berkat Alfred yang mendonorkan darah, tim dokter bisa dengan cepat menyelamatkan Kirana yang sudah kehilangan banyak darah.
Sepanjang jalan, Alex hanya terdiam dengan kening berkerut. Begitu tiba, langkah kakinya begitu cepat, seperti tak sabar ingin segera menemui Alfred.
Anehnya, begitu tiba di depan pintu, seperti teringat akan sesuatu, Alex malah tak berani membuka pintu. Hanya berdiri termangu. Bahkan saat Kirana membukakan pintu pun Alex tak berani melangkah masuk. Hanya menatap ke dalam rumah dengan tatapan yang sulit diartikan Kirana.
Kirana makin tak mengerti saat tiba-tiba Alex bertanya dengan berbisik, seperti takut didengar, "Alfred ada di dalam kan?"
Kirana tahu, selama Kirana di rumah sakit, Alex terus mendampinginya. Terus di sisinya. Padahal Alfred juga terluka karena melindungi Kirana, tapi Alex sama sekali tak mengacuhkannya. ---Mungkin Alex khawatir kalau Alfred akan merajuk gara-gara itu.
Tersenyum, Kirana menenangkan Alex yang terlihat seperti orang tersesat. "Pastilah! Alfred gak mungkin marah gara-gara hal sepele seperti ini." Sedikit banyak, Kirana sudah bisa memahami karakter Alfred.
Malam itu, tindakan Alfred yang tiba-tiba menjadi sangat kasar hanyalah cara Alfred menunjukkan pada Kirana kalau sebenarnya Alex sudah menjatuhkan pilihan. Jauh di dalam hatinya, Alex sudah memilih Kirana, hanya saja, rasa bersalahnya terhadap Alfred mencegahnya melepas Alfred.
Selain menunjukkan hal itu, Alfred juga memberitahu Kirana secara tak langsung, selama Alex tak melepasnya, Alfred juga tak bisa pergi. Jadi, terkecuali Alex sendiri yang menyuruhnya pergi, Alfred pasti masih ada di dalam. Kenapa Alex harus bertanya hal yang sudah jelas.
"Lu cukup minta maaf, gue yakin, Alfred pasti maafin lu. Dia benar-benar orang baik. Gue sama sekali gak bisa benci sama dia walo jelas-jelas dia mencuri tempat yang seharusnya milik gue."
"Benar? Dia ada di dalam?"
Pukul 7 malam, seharusnya Alfred sudah pulang dari kantor kan? Seharusnya dia ada di dalam. Kecuali ada hal yang membuatnya harus lembur.
Bersama-sama mereka menuju ke kamar tamu yang sudah menjadi kamar Alfred, sama seperti rumah yang kosong, kamar Alfred juga kosong. Rapi dan bersih seperti biasa. Tak ada jejak pernah ditinggali seseorang.
Saat tatapan Alex jatuh ke ranjang yang terletak agak di tengah, dekat pintu balkon, matanya kian kosong. ---Alex ingat, bedcover warna biru laut ini adalah bedcover yang sama dengan yang minggu lalu terpasang. Alfred tak pernah lalai mengganti alas tempat tidurnya.
Seperti robot, Alex melangkah kaku ke tempat tidur, duduk lesu di tepi ranjang.
"Gue ... gue lagi marah ... gue gak sengaja ...," gumamnya pelan pada diri sendiri, menjambak kasar rambutnya sendiri seperti orang frustasi. "Seharusnya dia tau kalo gue cuman emosi, gak serius ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainy Day Memory : Alex and Alfred's Sequel
RomantizmSetelah lima tahun lamanya terpisah, Alfred kembali dipertemukan dengan Alex. Alfred yang dari luar terlihat kuat namun sebenarnya pesimis. Alex yang terlihat dingin namun sebenarnya sangat perhatian. Akankah komedi kehidupan mereka berulang, atau...