Prologue

1.5K 131 7
                                    

Tangan putih kokoh bergerak nakal di atas tubuh yang tertidur lelap. Mengusap dan membelai kulit kecokelatan yang terasa halus di telapak.

Hati-hati sekali, sangat perlahan, dibaliknya tubuh yang memunggunginya itu agar menghadap ke arahnya.

Senyum yang dipenuhi rasa sayang terkembang saat melihat wajah kekasih yang tertidur lelap.

Saat sedang kelelahan, Alfred tak akan mudah terbangun, jadi Alex punya waktu beberapa jam untuk bertindak sesuka hati, bermain dengan tubuh Alfred tanpa takut mendapat bogem mentah di perut.

"Alf, hei, Alfred." Untuk memastikan, sengaja diguncangnya pelan bahu Alfred sambil memanggil namanya.

Bagus, Alfred benar-benar kelelahan.

Seperti menemukan harta karun, mata Alex seketika bersinar cemerlang. Perlahan didorongnya tubuh Alfred hingga telentang, memperlihatkan jelas tubuh seksi menggairahkan. Menelan ludah, tak sabar ingin segera menerkam tubuh yang seakan menantangnya, padahal si pemilik tubuh sedang berlayar jauh di alam mimpi.

Tapi tidak. Tidak boleh.

Selelap-lelapnya Alfred, dia tetap Alfred yang sangat waspada. Jika Alex terlalu kasar, Alfred pasti segera terbangun, bisa gagal rencana Alex untuk mencuri jatah malam ini.

Dengan gerakan yang sudah sangat terlatih, ditariknya celana tidur Alfred bersamaan dengan celana dalamnya. Kini, setelah celananya dilepas, Alfred benar-benar polos bagai bayi baru lahir, ---tentu saja ukurannya jauh berbeda dengan bayi.

Menjilat bibir tak sabar, Alex yang memang sudah lebih dahulu melepas seluruh pakaiannya menepuk pelan penisnya yang terus berdenyut, memintanya untuk bersabar sedikit lagi.

Merangkak ke atas badan Alfred yang masih tak menyadari rencananya, Alex membuka kaki Alfred lebar-lebar, memamerkan secara total bagian-bagian rahasia Alfred. Meski bukan pertama kali, Alex tetap saja merasakan berahi yang tak terhingga tiap kali menatap tubuh Alfred.

Menarik napas di atas selangkangan Alfred, aroma semerbak sabun membuatnya tertawa kecil. Kebiasaan Alfred membersihkan diri sebelum tidur masih saja belum hilang.

Dipikir-pikir lagi, waktu dulu tinggal di rumah sempit di daerah kumuh itu, walau bekerja membersihkan toilet, Alex tak pernah mencium bau busuk ataupun bau tak enak dari tubuh Alfred. Selalu aroma bersih yang membuat nyaman. Saking nyamannya, Alex jadi punya kebiasaan memeluknya tiap malam.

Mungkin embusan napas hangat Alex, mungkin juga tiupan dingin penyejuk udara, tubuh Alfred menggelinjang sesaat. Menatap waspada, khawatir Alfred tiba-tiba terbangun dan membuyarkan rencananya, Alex mengembuskan napas lega saat Alfred sama sekali tidak terbangun.

Berbeda dengan penis Alex yang terus berdenyut, penis Alfred masih terkulai lemas, sama lelah dengan tuannya.

Telunjuk Alex menyentuh pelan ujung kejantanan Alfred, sentuhan seringan bulu yang dibarengi gerakan menekan. Jempol juga ikut beraksi, bersama dengan telunjuk, melakukan gerakan memuntir dan mencubit. Sedikit demi sedikit, batangan yang terkulai itu mulai terbangun, masih ogah-ogahan.

Kali ini giliran lidah Alex yang bertindak, menjilati ujung yang menjadi titik paling nikmat bagi laki-laki. Awalnya hanya menjilati, lama-kelamaan, keseluruhan penis Alfred berada di dalam mulut Alex. Dihisap perlahan sambil menggerakkan kepala naik turun, memanjakan Alfred dalam lingkup hangat mulutnya. Tidak mengherankan jika Alfred juga menikmati, terbukti dari penisnya yang kian mengeras di dalam mulut Alex.

Desisan pelan terdengar, tapi matanya masih tetap terpejam rapat. ---Pasti Alfred sedang bermimpi sangat indah.

Puas menghisap dan menjilati batangan, Alex menuju ke sasaran utama, kerutan kecokelatan yang mulai berdenyut akibat rangsangan yang diterima kelamin utama. Lidah yang sudah sangat terlatih tidak langsung menuju ke dalam, melainkan berputar di sekitar pintu masuk, membasahi keseluruhan kerutan dengan air liur.

Rainy Day Memory : Alex and Alfred's SequelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang