Sunshine After the Rain
Part 2 :
Kerumunan orang di proyek, terkejut melihat ada orang yang dilempar keluar dari mobil, segera berlari mendekat. Khawatir jika Alex menjadi korban begal.
Beberapa orang segera membantu Alex berdiri, bertanya-tanya apa yang terjadi.
Beberapa langkah di hadapan Alex, Alfred berdiri terpaku. Antara khawatir dan tak percaya.
Ragu-ragu, Alex tersenyum kaku, memamerkan deretan gigi putih rapi, mengangkat tangan, "Haiii ..., anu, itu, gue dibuang lagi sama Papa gue."
"Kenalan lu, Fred?"
Alfred mengangguk meski awalnya terlihat ragu, coret, enggan. Malas mengakui kenal dengan Alex.
"Yodah, lu urusin deh, bawa ke kantor polisi ato gimana."
Kondisi Alex yang sama sekali tidak terluka membuat mereka meninggalkan Alex dan Alfred berdua. Berdiri berhadapan dengan canggung.
"Ngapain lagi lu? Buang duit lagi?" Seingat Alfred, dulu Alex dihukum gara-gara membelikan tas mahal buat pacarnya.
"Bukan."
"Trus?"
Alex menggaruk-garuk pelipisnya, "Itu ... Papa ngamuk, nih, gue digampar." Jejak tamparan memang masih terlihat, rasa panasnya pun masih ada. Tangan Alfred terangkat, terbiasa menyentuh, tapi segera diurungkan. Alex lega. Alfred ternyata masih peduli. "Pekerjaan gue gak beres."
Tak mungkin. Kirana tak mungkin membiarkannya melakukan pekerjaan secara sembarangan.
"Alf ...." Alex maju selangkah. Alfred mundur dua langkah. "Papa bilang, dia gak mau tau, pokoknya gue harus balikin sekretaris lama gue."
Alex maju lagi selangkah. Alfred mundur lagi dua langkah. Jarak di antara mereka semakin lebar.
Tiba-tiba Alex mundur selangkah.
"Ngapain lu maju mundur?"
"Yah, kali aja kalo gue mundur lu yang maju."
Alfred hanya menggelengkan kepala, lelah. Entah menurun dari siapa sifat Alex yang kekanak-kanakan begini, ---yang jelas bukan dari ibunya.
"Alf, please, balik lagi jadi sekretaris gue. Kerjaan gue gak bakal beres kalo gak ada lu. Bisa-bisa, gue digampar Papa lagi."
"Kirana apa kabar?"
"Kirana? Baik. Dia lebih cocok sama Mama. Mama uda kayak punya anak cewek yang jagain dia."
"Syukurlah kalo semua baik-baik aja. Ya uda, gue balik kerja dulu."
"Alf!"
"Apa?"
"Lu belum jawab."
"Jawab apa?"
"Balik jadi sekretaris gue, mau ya?"
Alfred menggeleng. "Gak. Ntar lu jijik liat muka gue."
Alex terdiam. Teringat kata-kata yang dulu dia ucapkan. Bahunya terkulai, menatap Alfred dengan tatapan bersalah, tatapan anak anjing terbuang, tak pernah efektif sih, tapi tetap dicoba. "Maaf ...."
Sesungguhnya Alfred tak menganggap serius ucapan Alex waktu itu. Dia tahu, Alex hanya butuh alasan dan dia memberinya alasan. Alex tak akan menganggap Alfred sebagai orang yang menjijikkan, Alfred yakin.
"Lupakan. Gue kan udah bilang, gue bakal dukung semua keputusan lu. Lu udah memutuskan, jadi kita jalan di jalan kita masing-masing."
"Alf, gue serius. Gue gak bisa tanpa lu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainy Day Memory : Alex and Alfred's Sequel
RomanceSetelah lima tahun lamanya terpisah, Alfred kembali dipertemukan dengan Alex. Alfred yang dari luar terlihat kuat namun sebenarnya pesimis. Alex yang terlihat dingin namun sebenarnya sangat perhatian. Akankah komedi kehidupan mereka berulang, atau...