Rencana berjalan-jalan sambil menghabiskan uang Abimanyu hasil dari merantau di kalimantan sana hanya tinggal rencana. Meidina dan Abimanyu terdampar di kedai bakso mantap dengan semangkuk baso pedas ditambah omelan pedas dari Chakra. Ternyata pemilik mobil yang mereka tabrak melapor pada pihak keamanan dan Chakra selaku pemilik asli mobil itulah yang harus bertanggung jawab atas kerusakan yang dibuat sang adik.
"Heran deh, usia udah hampir 1/4 abad masih saja bikin ulah kayak anak kecil." sungut Chakra kesal, tapi percayalah meskipun duda lapuk itu marah-marah, kemarahannya hanya dimulut saja. Terbukti meskipun dia mengomeli kedua adiknya dia tetap memberikan makan kedua anak itu dikedai miliknya secara gratis.
"Salahin si Ainun tuh, gara-gara dia gue nabrak." ucap Abi membela diri.
"Enak aja lo, yang nyetirkan elo yang salah pasti elo juga. Lagian sok-sokan bawa mobil padahal kagak bisa nyetir." cibir Meidina.
Mereka berdua malah sibuk saling menyalahkan dan melupakan keeksistensian Chakra yang sedang memarahi mereka.Tahu jika memarahi dua bocah itu hanya menghabiskan tenaga, akhirnya Chakra memilih untuk ikut makan bersama mereka. Walaupun kedai baso itu miliknya tapi Chakra tidak pernah bosan memakan makanan yang mengawali kesuksesan kariernya itu.
Chakra 15 tahun lebih tua dari Meidina dan Abimanyu, dibanding kakak, mereka lebih menganggap Chakra adalah pengasuh mereka. Bukan hanya dengan Abi yang jelas adiknya, Chakra juga sangat dekat dengan Meidina dan Tantra. Chakralah yang menjaga mereka sejak mereka kecil dan dia juga yang membereskan kekacauan yang dibuat adik-adiknya.Setelah perut kenyang, Chakra menghukum Meidina dan Abi untuk mencuci mangkuk dan piring kotor. Keduanya kompak protes karena mereka sudah dandan kece tapi berakhir jadi tukang cuci. Chakra tidak mengindahkan protes dari mereka dan menggiring mereka ke tempat cuci piring. Meskipun awalnya malas-malasan, akhirnya kedua sahabat itu melaksanakan tugas mereka dengan ceria dan penuh canda tawa. Tidak usah tempat mahal, jika dengan sahabat dekat, tempat cuci piring saja bisa menjadi tempat hang out yang asyik.
Selesai cuci piring, Meidina mengajak Abi untuk mengantarnya ke toko kain karena mereka tidak tahu harus jalan-jalan kemana lagi, apalagi mengingat mobil yang mereka pakai disita Chakra.
"Ngapain sih ngajak gue ke toko kain, berasa jadi emak-emak tahu gak sih kalau gue nganterin lo ke sini." sungut Abi tapi dia tetap berjalan membuntuti Meidina memasuki toko kain.
"Alah berisik, ini tuh latihan supaya lo kalau udah punya istri terbiasa nganterin dia belanja." ucap Meidina sekenanya.
"Lagian kenapa seneng banget si lo ngoleksi kain kayak gini."
"Yah buat dibikin bajulah apalagi, lo tahu gak gaun yang putih di pake Yoona diacara award kemarin, lucukan, gue mau bikin versi muslimnya." ucap Meidina sementara tangannya sibuk memilah-milah kain.
"Kenapa juga lo pilih kuliah ekonomi bukannya pilih fashion design, padahal gue bisa akuin kalau semua baju yang lo buat itu keren."
"Alah lo pasti ada maunyakan, makanya puji gue." ucap Meidina hapal gelagat sahabatnya itu.
"Pinter banget si lo Mei, tahu aja apa mau gue." ucap Abi sambil cengengesan.
"Bikinin gaun buat si Bitha dong." pinta Abi.
"Bitha? Lo balikan lagi sama dia? Tadi pagi lo bilang patah hati sama adek gue yang mau nikah, eh gak tahunya malah balikan sama mantan." sungut Meidina.
"Kagak gitu Mei, si Bitha itu mau merried, jadi gue mau ngasih kado baju buat dia. Siapa tahu kalau gue kasih baju ke dia, dia akan selalu ingat gue tiap liat baju itu. Terus dia sadar kalau pilihannya ninggalin gue karena gak mau LDRan itu salah." ucap Abi dramatis.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEIDINA (SUDAH TERBIT)
Genel KurguHarga buku 103.000 Untuk pemesanan hubungi WA +6282174504261 "Maaf, apa kamu menjalani operasi plastik?" tanya gadis itu dengan muka penuh penasaran. Orang yang diajak bicara tidak menjawab dan hanya melirik gadis itu sekilas. "Apa kamu juga meminum...