pernikahan (yang tak di inginkan)

53.9K 1.3K 6
                                    

"Bismilahirohmanirohim, saya nikahkan engkau Reinaldo Xaviero dengan Kavanya Aurella dengan mas kawin tersebut di bayar tunai"

"Saya terima nikah dan kawinnya Kavanya Aurella binti Rehan kusuma dengan mas kawin tersebut tunai" Rein menjawab dengan mantap, walau hatinya masih galau.

"Bagaimana, para saksi sah"

"Sah" Jawab para saksi serempak.

Pernikahan mereka tak di lakukan secara besar besaran itu permintaan Vanya, dia enggak ingin yang mewah mewah yang terpenting acaranya sakral. Walau usul Vanya awalnya di tolak mentah mentah Mama mertuanya Deva yang ingin pernikahan anaknya itu besar dan mewah. Tapi setelah mendengar alasan Vanya Mama mertuanya menyetujui Pernikahan yang sederhana.

Mereka berdua, Vanya dan Rein sedang berada di rumah baru mereka, rumah hadiah dari orang tua mereka.

Disana sudah ada dua pembantu yang mengurusi rumah itu. Jadi mereka berdua tidak meributkan siapa yang harus beres beres rumah.

"Vanya, Ini kamar kamu" Rein menunjukan sebuah pintu kamar berwarna putih yang ada di hadapannya.

"Dan, itu kamarku" Rein sambil menunjuk pintu yang tak jauh dari pintu kamar Vanya,

"Kenapa kita pisah kamar?" Tanya Vanya.

"Aku jujur belum siap menikah, dan aku juga belum siap punya anak jadi lebih baik kita pisah kamar aja. Aku lelah aku mau istirahat, kamu juga bisa istirahat" Rein pergi melangkah kekamarnya.

Vanya hanya mematung di depan pintu kamarnya. Apa ini pilihan yang sudah tepat, Rein bukan seperti Rein yang ada di depan orang tuanya.

Rein sekarang Rein yang cuek dan Rein yang masa bodo, harusnya Vanya menyadari jika Rein dan dia sama sama terpaksa menikah.

Vanya benar benar lelah, entah berapa jam dia tidur yang pasti saat ini bulan telah menggantikan matahari menyinari bumi, yang pasti ini sudah malam.

Vanya dengan malas malas masuk ke kamar mandi, dia butuh mandi, bahkan dia belum membersihkan make up di wajahnya. Hampir dia teriak di depan kaca melihat wajahnya yang acak acakan. Lipstick blepotan di sekitar bibir, eyeliner juga berantakan di sekitar mata, di tambah rambut acak acakan.

Selesai mandi Vanya turun kebawah disana sudah ada makanan yang tertata di meja makan, dia enggak perduli Rein sudah makan atau belum yang pasti saat ini dia butuh makan.

Rein dan Vanya makan dalam diam, Vanya yang sudah selesai makan langsung membawanya ke dapur, mungkin empat tahun di NY dia hidup mandiri jadi kebiasaan dia setelah makan membersihkan tempat makannya.

"Non, taruh saja di situ, biar bibi yang membersihkannya" Vanya akhirnya hanya menaruh pirinya di wastafel.

"Rein, kamu mau kemana?" Tanya Vanya, tadi dia tak menyadari Rein yang sudah rapi dengan celana dan baju hitam polos di lapisi kemeja warna navy.

"aku ada urusan" Rein pergi meninggalkan Vanya di meja makan. Vanya merutuki dirinya, harusnya dia tak bertanya pada Rein kalo hanya di jawab begitu.

"huh,,, sendirian deh gue" Vanya berjalan ke sofa, mungkin menonton televisi bisa menghilangkan rasa bosannya.

Beda di Vanya beda di Rein yang sedang berkumpul di club dengan teman teman eksekutif muda lainnya. Mereka seperti genk anak muda jaman sekarang.

Ada Thomas Stevano, CEO sekaligus pemilik Ts Corp perusahaan pertambangan dan satu stasiun televisi ternama di Indonesia miliknya. Dia playboy paling gila di antara mereka, dia bisa dibilang perusak wanita, dia mencari wanita yang masih perawan, memacarinya, menidurinya, lalu menghempaskannya. Tapi tetap mencari istri yang perawan.

Riko Sbastian, CEO Electro Comp. perusahaan elektronik terbesar di Indonesia, juga dia sedang merintis sebuah armada penerbangan dari hellycopter, pesawat pribadi, dan juga jet pribadi dia mewarisi perusahaan itu dari orang tuanya. Dia orang yang pendiam tapi jangan salah dia orang yang paling jago merayu wanita, tapi dia bukan playboy, dia hanya suka merayu saja tapi jangan salah dalam tidur dengan wanita dia sama saja dengan Thomas.

Michael Bara Wijaya, CEO sekaligus pemilik Wj Corp atau Wijaya Corp. Mall, Apartemen, juga beberapa perumahan elit miliknya tersebar di beberapa pulau di Indonesia. Dia bukan playboy atau pendiam, dia biasa biasa saja. Mike sapaan Michael belum bisa move on dari pacarnya yang sudah menikah.

Reinaldo Xaviero, CEO Xv Corp, perusahaan pertambangan, property dan beberapa universitas swasta ada di bawah naungan Xv Corp. Rein, dia orang yang cuek tapi dia perduli pada orang sekitarnya, orang yang mudah emosi dan satu dia pandai berkelahi walau begitu banyak bodyguard yang selalu di sampingnya.

Dia playboy tapi dia bukan penikmat sex, dia hanya ingin melupakan seorang wanita yang meninggalkannya karena sebuah penyakit yang setiap hari menggerogoti tubuhnya. Dia meninggalkan Rein saat Rein ingin melamarnya, saat itulah Rein berubah menjadi Rein yang seperti ini.

Mike, Thomas dan Riko, mereka tau Rein menikah tadi siang, bahkan mereka juga datang, tapi Thomas mengajak mereka berkumpul malam ini agar Rein tak melakukan malam pertama dengan Vanya, tapi walau Thomas tak mengajak Rein ke club Rein juga tidak mau menyentuk Vanya.

Dua jam mereka di club Riko dan Thomas sudah masuk ke mamar di lantai tiga club ini, yang berisi kamar kamar untuk melakukan one night stand. Tinggal Mike dan Rein yang masih di private room menikmati vodka dan wine mereka.

"Lo engagk pulang Rein?" Tanya Mike.

"Males gue, lo tumben ikut ke club biasanya seribu satu alasan" Rein memang ada benarnya, Mike jarang sekali pergi ke club kalo enggak penting penting amat, dia lebih suka di kantornya bersama file file perusahaan yang setiap saat menemaninya.

"Pulang aja, gue juga mau pulang, besok gue ke jepang, mungkin satu minggu, kasih tau mereka berdua jangan seperti beberapa bulan yang lalu" Mike meninggalkan Rein sendirian di private room.

Beberapa bulan yang lalu memang Mike pergi ke London, hanya bilang pada Rein saja karena kedua sahabatnya susah di hubungi.

Tapi Rein tak mengatakan pada kedua sahabatnya. Alhasil mereka berdua membuat pengumuman yang sangat memalukan bagi Mike. Bagaimana bisa Thomas membuat berita jika dirinya hilang tanpa kabar selama satu minggu, dan saat Mike pulang beberapa wartawan menanyainya berbagai hal mengenai hilangnya dia. Padahal dia sedang ada kunjungan kerja ke London.

Vanya ketiduran di ruang televisi, Rein yang baru pulang dari club banya geleng geleng, bisa bisanya istrinya tidur di sofa. Rein yakin Vanya enggak menungguinya, tapi dia tertidur di sofa karena dia menonton televisi.

Rein sudah beberapa kali membangunkan Vanya tapi tetap saja Vanya enggak bangun bangun, terpaksa Rein menggendong Vanya kekamarnya.

Rein kesusahan menaiki tangga karena tubuh Vanya, walau kelihatannya Vanya kurus tapi Rein yang menggendongnya kekusahan. Atau Rein saja yang enggak punya tenaga?.

Rein masuk kekamarnya setelah tadi membawa Vanya ke kamarnya. Membersihkan tubuhnya terlebih dulu, karena bau asap rokok dan minuman keras membuatnya tak nyaman tidur.

Selesai membersihkan tubuhnya Rein berbaring sendiri di tempat tidur memeluk guling yang menjadi teman tidurnya saat ini.

Bila Ku Pergi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang