Tak terasa sudah dua bulan perikahan Rein dan Vanya, tapi keduanya masih saja seperti orang yang tak saling kenal. Apa lagi sejak beberapa hari yang lalu, sejak pembukaan butik Vanya. Saat Rein datang kesana dengan perempuan entah siapa Vanya tak tau. Mereka tambah berdiam diaman.
Vanya sibuk di butiknya tak jarang dia pulang larut malam, begitu juga Rein. Mereka sama sama berangkat pagi pulang malam.
"Non, mau sarapan di rumah atau mau di bawakan bekal?" Tanya bik Ira.
"Aku sarapan di rumah aja" Vanya sudah siap dengan pakaian semi formalnya, tak lama Rein datang dengan kemeja putih, dasi hitam, celana hitam, dan jangan lupa jas warna Grey yang dia bawa.
"Silahkan tuan, nyonya" ucap pembantu setelah meghidangkan beberapa makanan di meja makan.
Mereka makan dalam diam, baik Rein maupun Vanya diam satu sama lain.
Rein yang selesai terlebih dulu langsung meninggalkan meja makan. Tak lama Vanya menyusul Rein.
Vanya beberapa hari ini sudah tidak membawa supir, pak Hadi sedang pulang ke kampung, istrinya sedang sakit, jadi Vanya terpaksa menyetir sendiri.
Vanya bukan ke butik tapi dia ke tempat konveksi terlebih dulu, mengambil beberapa baju dan gaun yang sudah siap di jual.
"beberapa pekerja menyambut Vanya, mereka yang di rekrut kerja orang orang yang bisa menciptakan sebuah karya,Vanya tidak mencari orang yang berpengalaman tapi dia mencari orang yang bisa di ajak bekerja sama.
"Selamat pagi Bu Vanya" Ucap beberapa pegawai.
"Pagi juga" Jawab Vanya. Mereka sama sama masuk kedalam, Vanya biasanya di pagi hari akan di tempat konveksi dulu, baru nanti siang sampai malam dia di butik.
"Sisil, tolong panggilkan mbak Ambar" Sisil merupakan bawahan Vanya, dia yang mengurusi segala hal di konveksi kalo Vanya tidak ada di sini.
Tak lama mbak Ambar datang ke ruangan Vanya.
"Selamat lagi Bu Vanya, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Ambar.
"Gini, saya dapat pesanan baju pengantin, tapi saya masih bingung, ini ada sketsanya, tapi aku belum yakin, sepertinya masih ada yang perlu di tambahkan tapi aku bingung apa" Vanya menunjukan sketsanya yang ia buat tadi malam.
"Bu Vanya, bagaimana kalo saya yang mengurusi baju pengantinnya?" Ambar meminta izin.
"Silahkan, kalo kamu bisa, soalnya saya juga baru kali ini membuat desaign baju pengantin" Jawab Vanya.
Walau di butik Vanya tidak menjual bau pengantin dan gaun gaun pengantin tapi ada seorang pengusaha yang meminta Vanya langsung, walau Vanya sudah menolaknya tapi orang itu memaksanya. Entah kenapa padahal masih banyak desaigner diluar sana yang berpengalaman.
"Kam bisa bawa itu, nanti kalo sketsanya sudah jadi, kamu bisa menghubungi saya. Kamu yang presentasi pada mereka aku enggak tau menahu tentang gaunp pengantin Ambar" Vanya memberikan kepercayaanya pada Ambar untuk membuat desaign baju pengantin laki laki dan perempuan itu.
Setelahnya Vanya meminta beberapa desaigner yang ada di konveksinya berkumpul, ini sudah pertengahan bulan, bulan depan butiknya harus meluncurkan karya karya terbaru mereka, itu kenapa Vanya membuat konveksi sendiri.
Setelah selesai rapat dengan orag orang di konveksi, Vanya membawa beberapa baju, gaun yang sudah siap untuk di jual.
Vanya mengemudikan mobilnya menuju Etropic Mall. Mungkin karena menuju weekend banyak orang orang berbondong bondong ke Mall, walau panas panas begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bila Ku Pergi [END]
Romancepenyesalan memang datang terlambat.. seperti aku yang menyadari perasaanku setelah kamu pergi..... semuanya sudah terlambat... Reinaldo Xaviero