Vanya langsung istirahat karena dia sungguh lelah. Sebenarnya dia bisa saja istirahat di helicopter tapi sayangnya bising banget, walau sudah pake headphone.
Rein menunggalkan Vanya yang tidur, sebenarnya dia mau mengajak Vanya makan siang tapi keburu Vanya tidur jadi Rein hanya memesankan makanan untuk Vanya. Dari pada penyakitnya kambuh lagi kan.
Rein meninggalkan Vanya ada rapat mengenai pembuatan apartemen eksklusif atau bisa disebut penthouse. Bagi Rein bisnis property sangat menguntungkan untuk saat ini asal ada pasar yang di tuju.
Rein juga meminta sekertarisnya untuk menemani Vanya, kalo kalo Vanya butuh sesuatu. Rein sebenarnya sangat perhatian pada orang sekitar namun sayangnya dia tidak bisa mengungkapkannya. Jadinya seperti ini.
Rapat selesai, pembangunan penthouse masih akan di survey, antara nusa dua atau di dekat GWK, yang bisa langsung menikmati keindahan patung Garuda Wisnu Kencana.
Baik,sekian rapat hari ini, kita bertemu dua hari lagi, dengan pembahasan mengenai lokasi yang pas untuk pembangunan penthouse" Rein mengakhiri rapat hari ini. Walau dia masih lelah tapi apa boleh buat.
Rein kembali ke kamarnya, kamar khusus untuknya karena lantai teratas hanya ada beberapa kamar salah satunya milik Rein, kamar Rein yang menghadap ke laut lepas sangat indah jika sore hari karena dia bisa melihat sunset.
"Sela, kamu bisa pulang ke Jakarta atau istirahat di bawah, minta kamar seperti biasa" Ucap Rein. Sela mengangguk dia lebih memilih pulang ke Jakarta menggunakan pesawat dari pada dia disini bertemu dengan Thomas.
"Saya pulang ke Jakarta pak" Rein mengangguk setuju. Sela lebih baik pulang ke Jakarta dari pada dia disini enggak ada kegiatan.
Setelah Sela keluar dari kamar Rein Vanya keluar dari kamar mandi.
"Rein" Vanya kaget, walau dia hanya menggunakan kimono, tapi tetap saja, kimono ini hanya sebatas paha, dan lengannya pendek.
"Sela kemana?" Tanya Vanya.
"Jakarta" Vanya melotot bagaimana enggak, dia baru sampai dua jam yang lalu tapi sekarang dia sudah balik ke Jakarta, apa enggak jet lag dia?.
"Tapi kan dia baru saja sampai Rein?" Lagi lagi pertanyaan Vanya enggak di gubris. Rein malah keluar dari kamarnya. Melihat Vanya hanya menggunakan kimono seperti itu bikin dia lupa diri.
"Pak, maaf mengganggu anda, sekertaris anda di bawa Tuan Thomas masuk ke kamarnya" Rein yang baru saja menutup pintunya langsung mendapat kabar dari bawahannya.
Thomas memang keterlaluan. Apa kurang dia sama wanita wanita yang tiap malam selalu menemaninya.
Rein mengetok pintu kamar Thomas dengan kasar.
"Thomas!, sialan, keluar lo!,," berkali kali Rein menggedor pintu kamar Thomas hingga Vanya yang baru selesai ganti baju ikut ikutan keluar.
Tak lama setelah gedoran Rein Thomas keluar dengan baju yang acak acakan, tanpa permisi Rein langsung masuk kedalam kamar Thomas. Dia melihat Sela ketakutan duduk di sofa tengah tengah ruangan, bahkan bajunya sudah ada beberapa yang sobek. Belum lima menit Sela keluar dari ruanganya.
"Gue enggak mau tau!, hari ini juga lo nikahin Sela!" Bentak Rein pada Thomas. Menurutnya Thomas sudah keterlaluan.
"Gue enggak ngapa ngapain dia, lagian gue juga belum mengambil hak gue kok" Jawab Thomas santai dia malah mengambil rokok yang ada di meja depan sofa.
Vanya yang mendengar pelayan tadi memberi tau Rein, Vanya langsung cepat mengganti bajunya dan menyusul Rein. Vanya masuk ke dalam, melihat Sela yang masih duduk di Sofa langsung membawanya keluar, lebih baik Sela di kamarnya dari pada diapa apain Thomas lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bila Ku Pergi [END]
Romancepenyesalan memang datang terlambat.. seperti aku yang menyadari perasaanku setelah kamu pergi..... semuanya sudah terlambat... Reinaldo Xaviero