maaf ya semua, baru bisa up, karena kesibukan jadi lupa buat nulis.
Sela pergi kekamarnya di lantai bawah karena lantai ini hanya ada beberapa kamar hanya orang orang penting saja, Thomas ingin mengantar tapi di cegah Riko,bisa habis Sela di tangan Thomas kalo Thomas mengantar Sela kekamarnya.
"Thanks udah bantuin nyari Vanya" Rein mengucapkan terimakasih pada ketiga temannya. Jarang banget Rein mengucapkan terimakasih jadi mereka bertiga hanya mengangguk.
"Gimana keadaannya?" Tanya Thomas
"Entahlah, tadi aku melihatnya di Restoran langsung ku bawa kekamar" Ketiga Teman Rein hanya menghela nafasnya, Rein bisa bisanya menarik Vanya dari Restoran hingga ke kamarnya, mungkin tadi jadi tontonan gratis para pengunjung juga karyawan. Tapi untunglah Rein masih punya kesadaran untuk membawa Vanya kekamar dari pada Rein meluapkan emosinya pada Vanya di restoran yang bangak pengunjung.
"Maaf permisi Tuan" Seorang perempuan muda berseragam pelayan Restoran menghampiri mereka berempat.
"Ada apa?" Tanya Mike
"Saya mengantarkan obat Nona Vanya yang tertinggal di meja" Pelayan itu menaruh obat yang ia bawa di meja. Baru kali ini dia naik ke lantai teratas jadi wajar saja jika takut. Apa lagi hanya ada empat orang laki laki di tempat ini.
"Saya permisi Taun" Pelayan langsung undur diri, Riko menggela nafasnya.
"Kok gue baru tau ya kalo di Hotel ada pelayan Restoraan yang cantik" Ucap Riko, langsung dihadiahi tatapan dari kedua temannya karena Rein tak menatapnya. Malah menatap obat yang ada di meja depannya.
Plak..
Thomas mengeplak kepala Miko
"Dalam keadaan kaya gini kamu masih bisa bercanda?" Mike enggak habis fikir dengan ketiga sahabatnya itu, Riko yang dikira pendiam tapi aslinya perayu ulung yang suka daun muda alias perawan, Thomas laki laki itu hampir sama dengan Riko tapi dia hanya mencari jalang jalang di club, Rein laki laki cuek, dingin hanya mementingkan dirinya sendiri.
Larut malam sehabis dari club di Hotel ini, di bawah basement Rein masuk kekamarnya, dia melihat Vanya tidur membelakanginya, entah apa yang Rein fikirkan tapi melihat Vanya tidur meringkuk seperti janin di dalam kandungan membuat hatinya tercubit. Tapi dia mencoba masa bodo.
Rein masuk kekamar mandi dari tadi pagi dia belum membersihakan tubuhnya, bisa berkurang kadar ketampanannya nanti. Rein hanya keluar dari kamar mandi menggunakan handuk yang dia lilitkan di pinggangnya tubuh bagian atasnya dia biarkan telanjang, toh biasanya dia juga dikamar seperti ini.
Rein dengan santai berjalan menuju walk in closet tapi dirinya merasa sedang di amati, makanya dia memandang keseluruh kamar ini, dan menemukan Vanya yang sedang menatapnya. Baik Vanya maupun Rein hanya diam, saling menatap satu sama lain. Vanya yang sadar kalau dia menatap Rein yang shirtless dan hanya menggunakan handuk untuk menutupi bagian bawahnya langsung memalingkan pandangannya.
Tanpa Vanya sadari Rein tersenyum miring. Rein bukannya ke walk in closet tapi malah menghampiri Vanya.
"Kenapa malingin wajah?" Tanya Rein, walau dia tau Vanya malu tapi bermain dengan Vanya sebentar bukan masalahkan kan ?
Vanya hanya diam menunduk, tidak berani menatap Rein, Rein pakai baju aja menggoda nah ini dia enggak pakai baju dan hanya pakai handuk yang kalo di buka telanjang deh Rein.
"Kalo ada orang bicara di tatap jangan nunduk" Rein sambil mendongakkan dagu Vanya.
"Maaf... Rein" Vanya hanya bisa berucap pelan, Vanya takut takut Rein mendengar jantungnya yang berdisko, bisa malu dia kalo Rein tau.
Mereka masih bertatapan, Rein semakin mendekatkan wajahnya ke Vanya, sedangkan Vanya diam menunggu apa yang akan Rein lalukan. Entah apa yang ada di fikiran Rein dengan tiba tiba mencium Vanya, awalnya hanya menempel, tapi saat tidak ada penolakan dari Vanya Rein mulai menggerakkan bibirnya memangut bibir Vanya atas bawah, bahkan Rein menggigit bibir bawah Vanya, hingga Vanya mendesah membuka mulutnya. Lidah Rein berhasil masuk kedalam mulut Vanya, mengabsen satu persatu gigi Vanya, lidah mereka saling membelit.
"Ahhhh,,, Rhee,,, ein" Vanya mendesah ketika Rein meremas dadanya.
Vanya bukan wanita polos yang tidak tau tentang berciuman, selama dia di NY dia pernah beberapa kali berpacaran dengan teman kampusnya dan kegiatan seperti ini di NY hal yang lumprah. Rein dan Vanya larut dengan nafsunya masing masing.
Kini Vanya sudah berbaring di tempat tidur dengan Rein yang berada di atasnya. Tangan Rein tak tinggal diam, mencoba melepas baju yang Vanya pakai, setelahnya. Hanya mereka yang tau apa yang terjadi malam ini.
Rein bangun dari tidurnya, semalam dia hanya ingin menggoda Vanya, bermain main sebentar dengannya namun nafsu sudah tak bisa di bendung, jadi mereka melakukan hal yang mungkin di anggap wajar bagi pasangan suami istri. Disampingnya masih ada Vanya yang terlelap mungkin saja dia kecapekan semalaman bermain dengan Rein.
Entah hari ini sepertinya Rein bakalan sibuk, karena hari ini hari terakhir dia di bali, juga dia ingin pembangunan penthouse di bali ini berjalan lancar seperti yang sudah sudah. Vanya bangun dari tidurnya tapi Rein sudah tidak ada di sampingnya, entah hari ini dia capek sekali mungkin gara gara semalam, mengingat kejadian semalam membuat pipinya merah, walaupun itu hal yang wajar bagi pasangan suami istri tapi apa wajar bagi mereka berdua yang tidak punya cinta ?.
Vanya berjalan pelan ke kamar mandi, mungkin Rein ada urusan mengingat ini sudah jam sepuluh pagi. Vanya tau dari beberapa teman kampusnya dulu yang baru berhubungan sex dan rasanya memang sakit setelahnya, sama seperti yang dia alami saat ini, selangkangannya masih sakit.
Melly dan Reihan anaknya sudah di lobby menunggu Rein dan ketiga temannya, Melly juga ingin bertemu dengan Vanya namun sepertinya Vanya masih istirahat seperti yang di bilang Sela beberapa waktu yang lalu saat Sela di minta Rein keluar dari meeting untuk menemani Melly dan anaknya di Lobby yang berujung di Caffe Hotel ini.
"Dad, bagaimana kalo kita main ke Danau, Dad dan Papi sudah janji bakalan ngajakin aku kesana" Pinta Reihan pada Thomas dan Mike.
"Mereka berdua mengangguki usulan Reihan, lagian hari ini meeting sudah selesai semua, dan mereka free sampai nanti sore sebelum pesawat mereka take off di bandara malam nanti.
"Sela kamu siap siap aja kamu ikut" Rein mengajak Sela, karena dia yakin Sela butuh Refreshing
"Enggak usah pak, saya harus membereskan beberapa hal juga saya di Hotel saja menemani Nona Vanya" Sela lebih memilih untuk di Hotel, bukannya apa apa tapi ada Thomas, orang yang sering mencari kesempatan dalam segala hal untuk menggodanya.
"Biarin Vanya istirahat, kamu ikut kita kita lagian kamu juga udah di anggep adek sama Rein, so, anggap aja kita kakak kakak kamu" Ingin Sela memutar bola matanya namun dia masih waras untuk melakukannya, dia memang enggak suka sama Melly dari awal Sela mengenal Melly, baginya Melly hanya wanita yang tak tau diri selalu menempeli Rein dan ketiga temannya walau kenyataannya mereka bersahabat.
"Enggak usah, saya mau mencari survenir untuk anak anak panti, saya permisi keatas dulu" Sela undur diri, meninggalkan mereka berenam.
Masih di lantai yang sama namun di tempat yang berbeda Vanya melihat mereka, hingga Sela pergi meninggalkan mereka berenam. Tadi Vanya ingin sarapan tapi melihat jam sudah dan sebelas apa mungkin bisa disebut sarapan, maka dia ingin mencoba café yang berada di Hotel ini, itung itung menikmati cake yang katanya sangat enak.
Rein mungkin melupakan Vanya setelah tadi malam mereka menghabiskan malam bersama. Vanya masuk kedalam Café, memilih duduk di pojok dekat kaca yang langsung menghadap ke taman Hotel, yang sempat ia kunjungi beberapa hari yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bila Ku Pergi [END]
Romancepenyesalan memang datang terlambat.. seperti aku yang menyadari perasaanku setelah kamu pergi..... semuanya sudah terlambat... Reinaldo Xaviero