Rein mungkin laki laki terkejam di muka dunia ini versi Kavanya Aurella. Bagimana tidak. Rein benar benar meninggalkanya tanpa pamit. Bahkan dia tidak tau tempat di Bali. Dia seperti kehilangan arah. Tidak ada yang ia kenal disini. Di sendiri. Entah mungkin cuaca sedang mendukung. Tadi langit yang cerah dengan matahari yang menyengat, kini tiba tiba mendung, entah datangnya darimana awan hitam yang menutupi langit.
Vanya tak tau dimana lokasi Hotel,tapi dia tau nama Hotel itu. Dia bertanaya pada beberapa orang mereka mengatakan lumayan jauh, jika berkendara bisa lima belas menit tanpa macet dan kalo jalan kaki bisa satu atau dua jam.
Semua ini gara gara Rein. Vanya kehujanan tubuhnya basah kuyup. Walau dia sudah berteduh di depan emperan toko tapi tetap saja masih kehujanan. Tidak ada satupun orang yang perdulinya padanya.
Vanya sudah kedinginan, tubuhnya menggigil, namun dia harus kuat.
Setelah mengantar Melly temannya kerumah sakit, anaknya jatuh dari sepeda dan babysisternya membawa ke rumah sakit gara gara darah di lutut dan sikunya yang tak berhenti mengalir. Siapa Melly?, Melly pemilik butik itu, teman kuliah Rein dulu.
Rein kembali ke butik tapi Vanya tidak ada. Dia bertanya pada pelayan toko tapi mereka enggak tau, setelah Rein pergi Vanya juga pergi meninggalkan butik Melly.
"Ahh.. wanita sama sama menyusahkan" Sekarang Rein bingung mencari Vanya. Dia juga menghubungi pengawalnya agar mencari Vanya.
Mana hujan lebat banget. Rein memutuskan kembali ke Hotel. Dia tak mungkin mencari Vanya menggunakan mobilnya yang ini. Ketiga teman Rein juga ikut membantu mencari Vanya.
Hujan cukup reda, hanya gerimis gerimis kecil, Vanya yang kedingingan melanjutkan kembali jalannya, dia harus sampai Hotel, hanya itu jalan satu satunya, moga saja tidak di sesatkan orang. Kan sekarang banyak orang yang suka memberi informasi salah.
Satu jam Vanya jalan, sambil kedinginan di temani rintik rintik gerimis.tapi tidak ada yang perduli padanya.
"Nona Kavanya?" Tanya sorang laki laki yang baru turun drai mobilnya, Vanya semakin ketakutan, apa lagi ini Tuhan.
Mungkin orang itu tau jika Vanya ketakutan
"Tenang nona, saya Tio salah satu pengawal tuan Reinaldo. Kami semua mencari anda, mari kembali ke Hotel" Tio sambil membukakan pintu mobil, tapi Vanya tak bergeming. Sungguh dia ingin tertawa. Rein tadi meninggalkanya di butik. Dan sekarang dia menyuruh pengawalnya mencarinya. Poor Rein.
"Nona. Silahkan masuk, sebelum kami membawa paksa anda" Vanya masa bodo, dia melanjutkan jalannya. Masa bodo juga dengan Rein. Salah sendiri meninggalkannya
Baru beberapa langkah tapi Vanya sudah di seret masuk kesebuah mobil yang sudah ada di depannya.
"Lepasin,, tolong,, tolong,, tolong,,," Vanya terus memberontak namun kedua pengawal Rein hanya diam. Silahkan Vanya teriak teriak, toh mibil melaju kencang. Tidak ada yang mendengar pastinya.
Mobil yang di tumpangi Vanya sudah berhenti di sisi belakang Hotel. Disana sudah ada Rein, Thomas, dan beberapa orang berpakaian hitam hitam. Riko dan Mike dalam perjalanan karena mereka tadi juga mencari Vanya.
"Bawa dia kekamarnya" Peintah Rein saat Vanya keluar dari mobil. Dua orang pelayan Hotel langsung membawa Vanya kedalam namun Vanya enggak mau.
"Jangan harap aku bakalan menuruti kemuan kamu Rein" Ucap Vanya. Dia sungguh lelah, tapi melihat tampang Rein yang biasa biasa saja tanpa rasa bersalah malah membuat Vanya emosi.
"Sudah Vanya, sekarang masuk kamu butuh ganti baju" Thomas menyela
"Jangan ikut campur kalo kamu enggak tau, apa apa" Vanya membalas ucapan Thomas.
"Denger Rein, mungkin kalo kamu meninggalkan aku di Jakarta aku masih bisa pulang walau aku harus pulang kerumah orang tua ku. Tapi demi Tuhan Rein, Ini Bali, kalo kamu emang berniat meninggalkan aku di butik demi wanita kamu jangan ajak aku Rein" Vanya sungguh kecewa, marah, sakit hati sama Rein.
"Siapa yang meninggalkan siapa?" Rein malah bertanya balik pada Vanya.
"Lalu mau di sebut apa, kamu meninggalkan aku di butik dan jalan sama wanita itu,, pantas sih baju baju di butiknya seperti itu, yang punya saja bitch, cocok sih jualan baju sambil jual diri"
PLAKK
Rein yang tak terima temannya di katain langsung menampar Vanya seketika. Orang orang di situ kaget. Bagaimana bisa Rein yang jarang menggunakan kekerasan menampar istrinya sendiri, di depan bawahnnya. Dan ya ampun sudur bibir Vanya berdarah, pipi Vanya memar.
"Itu yang terjadi jika kamu berani bilang kalau wanita itu bitch" Rein bukannya minta maaf tapi malah semakin menegaskan kalo wanita tadi wanita special untuk Rein.
Rein dan Thomas meninggalkan Vanya yang masih di berdiri mematung, dia di tampar Reinaldo Xaviero, suaminya sendiri demi wanita yang entahlah Vanya sendiri juga tidak tau.
Thomas mengajak Rein ke Bar, entah apa yang ada di fikiran Thomas, hingga dia mengajak Rein ke Bar.
"Lo, ada masalah sama Vanya?" Tanya Thomas.
"Gue ninggalin dia di butiknya Melly, anaknya Melly jatuh dari sepeda, gue nganterin Melly tanpa bilang Vanya" Thomas sekarang tau bagaimana perasaan Vanya, di tinggalin sendirian di tempat yang mungkinbari lai ini Vanya dataangin.
"Tapi lo, enggak bisa main fisik sama Vanya apa lagi sampai berdarah gitu sudut bibirnya, bisa aja sudut bibirnya robek gara gara tamparan keras kamu" Rein menggela nafasnya, saat ini dia memang butuh alcohol, sudah tiga gelas yang dia teguk. Bahkan Thomas belum meminum satu gelas pun.
"lo tau, Melly bukan gue anggap sebagai teman, tapi sudah saudara, adik gue yang perlu gue lindungi, tapi Vanya dengan gampangnya mengatakan kalo Melly bitch" sekarang giliran Thomas yang menghela nafas, memang Melly juga temannya bisa di bilang juga saudaranya.
Riko dan Mike bergabung dengan mereka berdua, mungkin siang menjelang sore ini mereka bisa pesta alcohol seperti biasanya.
Namun salah satu pengawal Rein memberi tau kalo terjadi sesuatu dengan Vanya.
Vanya berjalan perlahan, merasakan sakit di hatinya, sakit di pipi dan sudut bibirnya mengeluarkan darah, sakit di kepalanya, mungkin karena kedinginan. Vanya kecewa dengan Rein, setelah meninggalkan Vanya di butik, tidak ada kata maaf untuknya. Setelah menamparnya tidak ada kata maaf tapi malah penegasan bahwa wanita tadi pemilik butik atau siapalah itu, mungkin wanita itu special buat Rein. Dan sekarang Rein meninggalkannya.
Vanya mencoba melangkah tapi tubuhnya sudah oleng terlebih dulu, dia jatuh dengan kegelapan merenggutnya.
Vanya pingsan. Beberapa pengawal langsung membawa Vanya ke kamarnya, ada yang memanggil dokter ada juga yang mencari Rein. Memberi tau jika Vanya pingsan.
Rein, Thomas, Riko, Mike berlarian di lantai peratas Hotel ini, hanya gara gara satu wanita, bernama Kavanya Aurella.
Rein masuk ke kamarnya terlebih dulu, seorang Dokter wanita sedang memberikan arahan pada pelayan untuk segera menebus obat untuk Vanya.
"Selamat siang tuan Reinaldo. Keadaan Nyonya Xaviero baik baik saja, hanya kelelahaan dan kedinginan, sepertinya dia alergi dengan dingin, saya mohon di jaga kondisi fisiknya, kalo begitu saya permisi, nanti akan ada perawat yang datang untuk mengganti infus" Dokter itu berlalu, dia juga mengobati luka di tepi bibir Vanya yang sobek.
Entah Rein merasa bersalah atau apa, yang pasti saat ini dia tak tega melihat Vanya yang terbaring lemah di tempat tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bila Ku Pergi [END]
Romancepenyesalan memang datang terlambat.. seperti aku yang menyadari perasaanku setelah kamu pergi..... semuanya sudah terlambat... Reinaldo Xaviero