Rein dan teman temannya sedang berkumpul dengan Melly dan anaknya. Mereka teman kampus dulu, tapi Melly pindah ke Bali mengikuti suaminya tapi na'as satu tahun yang lalu suami Melly meninggal dunia, dan hingga kini dia menjanda.
Walau begitu anak Melly tidak kekurangan kasih sayang dari ayahnya, Melly punya empat sahabat yang selalu menjaga anaknya. Bahkan sang anakpun memberi penggilan kesayangan untuk keempat daddynya. Rein dengan panggilan Papa, Thomas dengan panggilan Daddy, Riko dengan panggilan Ayah, dan Mike dengan panggilan Papi. Mereka berempat tak keberatan toh mereka masih sendiri, kecuali Rein yang beberapa minggu lalu menikah dengan Vanya.
"Sayang, kita pulang yuk, udah sore" Melly mengajak anaknya pulang, Reihan anaknya belum mandi, dia baru pulang dari chek up di rumah sakit langsung kemari karena dia meminta bertemu dengan para Daddynya. Untung para Daddynya tak sibuk, kalo sibuk biasanya Melly mendatangi satu persatu kamar mereka.
Sela mencari Vanya menyusuri pantai, dia tak melihat Rein dan kawan kawan di gazebo, tapi Thomas melihat Sela yang sepertinya kebingungan mencari seseorang. Akhirnya Thomas menghampiri Sela.
"Kamu nyari siapa?" Tanya Thomas, di belakang Sela yang membuat Sela kaget.
"Tuan Thomas?" Entah ini keberuntungan atau kesialan hingga Sela bisa bertemu dengan Thomas di pantai, kenapa dari sekian banyak pantai di pulau Bali mereka bertemu di pantai bekalang Hotel.
"Kenapa? Aku tanya sama kamu, kamu nyari siapa?" Tanya Thomas sekali lagi. Karena Sela tak menjawab pertanyaan Thomas.
"Saya nyari Mbak Vanya, tadi kita jalan jalan bareng tapi sekarang enggak tau dimana" Mungkin Sela bisa minta bantuan Thomas, tapi apa dia mau.
"Bukannya dia masih sakit?" Tanya Thomas lagi.
"Iya, tapi tadi Saya yang ngajakin Mbak Vanya buat jalan jalan" Sela tau sebentar lagi bakalan kena semprot Tuannya.
Thomas lansgung menarik tangan Sela, membawanya kehadapan Rein. Walau Sela sempat menolak, dan, mencoba melepaskan tangannya dari cekalan tangan Thomas tapi tenaga Sela enggak sebanding dengan Thomas.
"Sela kamu kenapa?" Tanya Rein. Ingat Rein hanya cuek dan dingin pada Vanya dan orang lain, tapi dengan keempat temannya dia bisa sedikit menghilangkan rasa cuek dan dinginnya.
"Ma...af tuan,,, sa...ya lalai menjaga nona Va...nya nona ,,, hilang tuan" Entah Sela enggak tau apa yang akan terjadi nanti tapi saat ini dia benar benar takut,
"Kenapa Vanya bisa hilang?" Tanya Rein. Jangan dikira dia khawatir dengan Vanya, dia hanya enggak ingin membuang kembali tenaganya hanya untuk mencari Vanya.
"Ta... di, saya mengajak Nona jalan jalan, tapi saya enggak tau sekarang Nona Vanya dimana" Rein menghela nafasnya, setaunya Vanya masih sakit, dan sekarang Sela bilang kalo Vanya sudah bisa jalan jalan ke pantai.
"Sudah Rein. Kita cari istri kamu sama sama, sambil aku pulang aku akan mencari Vanya" Melly ingin Vanya cepat di temukan, bukannya apa apa tapi ini sudah hampir malam. Dan lagi Vanya baru satu kali datang ke Bali. Karena Melly enggak tau kalo Vanya juga pernah tersesat saat Rein mengantarkan dia ke Rumah sakit.
Vanya kembali ke kamarnya, sudah cukup menenangkan hatinya, lagian memang ini konsekuansinya mencintai tanpa di cintai. Vanya tidak tau kalo semua orang sedang sibuk mencarinya, Vanya tadi memang kembali ke Hotel tapi, dia ingat kalo di Hotel ini punya rooftop, Vanya tau jarang orang ke rooftop makanya dia kesana mencoba menenangkan dirinya.
Keadaan kamar Vanya masih sama seperti saat dia tinggalkan tadi, mungkin Rein belum kembali ke kamar.
Selesai mandi Vanya langsung turun kebawah dia butuh makan dan minum obat, jika tidak dia bisa sakit lagi, daya tahan tubuhnya lumayan buruk akhir akhir ini, tapi dia malas untuk periksa ke Dokter.
"Nona Vanya?" Tanya seorang pelayan, saat Vanya ingin memasuki Restoran Hotel.
"Iya kenapa?" Tanya Vanya balik, dia kenal dengan pelayan itu karena dia yang mengantar makanan Vanya beberapa kali sebelum Sela datang ke Bali.
"Nona, anda dari mana saja?, semua orang sibuk mecari anda" Vanya yang tak tau apa apa hanya diam, mungkin pelayan Hotel itu akan bicara lagi.
"Tuan Rein dan yang lain mencari anda, tadi kata Nona Sela anda hilang" Vanya ingat dia tadi sore ke pantai dengan Sela, dan, dia meninggalkan Sela sendirian. Gara gara Rein dan wanita itu. Vanya Vanya kamu selalu bikin orang kelimpuangan mencarimu.
"Nona Vanya bisa menunggu di Restoran, saya menghubungi keamanan Hotel terlebih dulu" Seperti kerbau yang di cocok hidungnya Vanya hanya diam mengikuti pelayan tadi ke sebuah tempat duduk didalam Restoran.
"Nona, saya tinggal dulu, anda bisa memesan makanan sesaui selera anda" Sela di tinggal pergi, tak lama waiters datang menghampiri Vanya menanyakan apa yang ingin dipesan Vanya.
Rein dan beberapa orang lainnya kembali ke Hotel setelah mendapat informasi kalau Vanya sudah di temukan. Vanya masih menunggu makanannya, mungkin karena terlalu ramai Restoran malam ini hingga koki di dapur kewalahan. Entah apa yang difikirkan Vanya hingga dia tidak menyadari kalo Rein sudah berdiri di sampingnya.
"ehemm,,," Deheman itu berhasil menyadarkan Vanya dari lamunannya, tapi Vanya belum tau jika orang yang berdehem itu Rein.
"Sudah puas bikin orang repot nyari kamu?" Pertanyaan Rein membuat Vanya mendongakan kepalanya.
"Re,, Rein ?" Vanya memang kaget karena Rein sudah ada di sampingnya, tapi mau bagaimana lagi, menghindarpun dia sudah tak bisa.
"Ikut aku" Rein menarik pergelangan tangan Vanya membawanya keluar dari Restoran. Tak mungkin Rein meluapkan emosinya di depan banyak orang, bisa rusak citranya.
"Rein, pelan pelan sakit" Tapi semakin Vanya memberontak semakin Rein mengeratkan cengkramannya di pergelangan tangan Vanya.
Mereka sampai di dalam kamar Vanya dan Rein. Rein menghempaskan tubuh Vanya di lantai. Setelah dia menutup pintu kamarnya.
"Re,, in" Vanya menatap Rein penuh ketakutan, dia sekarang hanya berdua dengan Rein, tidak ada orang yang bisa menyelamatkan dirinya dari kemarahan Rein,
"Kamu tau Vanya!, gara gara sifat ceroboh kamu semua orang bingung mencarikamu, Sela yang terus menangis mencari kamu, orang orang yang mengelilingi Denpasar hanya untuk mencari wanita tak berguna seperti kamu" Rein benar benar meluapkan semua emosinya pada Vanya. Vanya yang masih terduduk di lantai hanya diam menahan tangisnya, dia juga wanita biasa yang bisa menangis saat di bentak orang.
"Maaf Rein" Vanya hanya bisa minta maaf, mau bagaimana lagi semua sudah terjadi, toh kalau Vanya bilang kalo dia cemburu melihat Rein bersama wanita itu maka Vanya yang akan merasakan sakit karena Rein semakin tak memperdulikannya.
"Denger Vanya!, aku gak perduli kamu mau kemana tapi jangan lagi kamu nyusahin orang lain, karena mereka banyak pekerjaan yang harus mereka urus bukan hanya mencari wanita tak berguna seperti kamu" Vanya hanya mengangguk, tak mungkin membantah ucapan Rein.
Setelah Rein keluar dari kamar, Vanya hanya bisa menangis, apa salahnya jika dia ingin menenangkan dirinya, pemandangan yang dia lihat tadi sangat menyakitkan, jadi mau bagaimana lagi, lagian hatinya juga butuh pelarian dari rasa sakit yang dia rasakan.
Rein keluar menemui teman temannya yang sudah duduk di sofa dekat jendela yang berada di dekat Thomas. Jangan lupa Sela yang masih menangis di pelukan Thomas, membuat kedua temannya heran Thomas dan Sela bisa anteng tanpa bertengkar.
"Tuan, bagaimana keadaan Mbak Vanya?" Tanya Sela, dia sungguh takut Vanya kenapa kenapa, Karena kondisi Vanya belum pulih betul.
"Sel, kamu bisa istirahat Vanya baik baik aja" Sebenarnya Sela enggak percaya dengan kondisi Vanya yang baik baik aja, tapi kalo dia tetep kekeuh minta penjelasan pastinya malam ini dia bisa dipulangkan ke Jakarta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bila Ku Pergi [END]
Romancepenyesalan memang datang terlambat.. seperti aku yang menyadari perasaanku setelah kamu pergi..... semuanya sudah terlambat... Reinaldo Xaviero