Bali 3

24.7K 849 5
                                    

Vanya enggak tau Rein kapan kembali ke kamar. Yang ia tau pagi ini, Rein bau aklohol. Dan Rein memeluknya. Selama dua bulan lebih menikah Rein dan Vanya baru kali ini tidur berpelukan. Biasanyakan pada meluk gulingnya sendiri sendiri.

Perlahan tapi pasti Vanya melepas pelukan Rein. Ini sudah siang bukan pagi lagi karena terik matahari sangat menyengat.

"Huh,, Rein kenapa kamu banget sih" Vanya berhasil menyingkirkan tangan Rein, sekarang giliran kaki Rein yang membelit kakinya yang harus ia lepas, tapi bagaiman, dia aja enggak bisa bangun.

Berkali kali Vanya menarik kakinya tapi tetap saja terjepit kaki Rein. Walau tidur tenaga Rein masih cukup kuat.

Setelah semua usaha di kerahkan Vanya diam, menuggu sampai jam berapa Rein bangun. Lima menit, sepuluh menit, dua puluh menit, setengah jam Vanya masih bertahan di pelukan Rein, bahkan Vanya pasrah saat tangan Rein kembali memeluknya.

Duhh Rein jangan mencari kesempatan dong dalam banyak kesempatan.

Saking bosannya Vanya menunggu Rein bangun dia ikut ikutan tidur. Masa bodo kalau Rein ada Meeting atau yang lainnya.

Rein bangun, dia belum menyadari kalo dia sedang memeluk Vanya. Dia malah mengeratkan pelukannya. Sedangkan yang di peluk malah semakin nyenyak tidurnya. Kalian sama nyari kesempatan di banyak kesempatan.

"Uhh,,, Vanya dimana?" Rein mencari Vanya. Di sofa enggak ada, apa dia kabur, tapi gimana dia kabur. Penjaga ada di mana mana.

Setengah ngantuk Rein memeluk gulingnya.

"Kok gulingnya hangat ya, bernafas lagi" Rein yang memang belum sadar betul langsung melepaskan pelukannya pada gulingnya.

Tapi Vanya malah membalikan badannya memeluk Rein lagi. Haduh,, kalian berdua ini. Rein juga mencoba melepaskan pelukannya Rein sama menunggu seperti Vanya tadi. Tapi kali ini Vanya cepat bangun.

"Rein, jam berapa?" Tanya Vanya.

"Jam Sembilan, atau sepuluh mungkin" Jawab Rein asal karena dia juga baru bangun. Vanya melepaskan pelukan, dia langsung bangun, ini rekor bangun paling siang yang dia ingat.

Setelah mereka berebut siapa yang mandi terlebih dulu, kini mereka sudah siap dengan baju casual mereka masing masing. Rein dengan celana selutut dan kaos polos di padukan dengan kemeja lengan pendek yang tak di kancingkan, rambut yang sedikit acak acakan menambah kesan coolnya, walau cuacanya panas gini.

Vanya dengan baju lengan pendek, celana pendek di atas lutut dan cardigan lengan pendek selututnya rambut sebahu yang di gerai menanbah kesan feminim seorang Kavanya.

"kita sarapan dulu ya Rein. Aku laper banget" Vanya sambil mengelus perutnya. Dia memang kelaparan.

"Hemm" Rein hanya membalasnya dengan deheman.

Mereka sarapan di caffetaria hotel, sebenarnya mereka bisa aja ke privat caffe yang di sediakan hotel agar mereka nyaman tapi Vanya lebih memilih duduk di antara banyak orang yang menikmati sarapan mereka sambil bersenda gurau atau hanya saling mengobrol.

Mereka hanya diam satu sama lain, padahal mereka menjadi tontonan para karyawan yang tau kalo mereka berdua pasangan suami istri.

"Boleh gabung kan kita?" Tanya tiga laki laki yang baru datang, di belakang mereka berdiri pelayan yang membawa baki berisi makanan.

"Silahkan di nikmati tuan" Ucap salah satu pelayan tadi.

Rein hanya memandangi ketiga temannya penuh selidik. Enggak biasanya mereka bergabung gini. Walau penasaran denan meerka bertiga tapi Rein tak mengatakannya.

Bila Ku Pergi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang