Vanya hanya bisa menangis, apa salahnya, apa dia tidak bisa bahagia walau hanya sebentar saja, dia ingin bersama Rein hingga mereka berdua menua, apa tidak bisa,?
Vanya mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, dia tidak perduli dengan pengemudi lain yang membunyikan klakson mobil mereka, Vanya hanya ingin sendiri saat ini, dia butuh sandaran, namun siapa, dia tidak punya teman dekat kecuali Sela, namun Vanya tidak ingin menemui Sela.
Tanpa Vanya sadari mobilnya sudah berada di jalur yang salah, namun Vanya masih mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, Vanya kehilangan kendali mobilnya ketika berada di tikungan, mobil Vanya menabrak pembatas jalan, mobilnya baru berhenti ketika sudah menabrak pohon.
Beruntung Vanya menggunakan sabuk pengaman, dan juga air bag namun tetap saja Vanya terkena serpihan kaca di dahi dan wajahnya.
Orang orang langsung menolong Vanya, membawanya kerumah sakit terdekat, mereka makin panik ketika Vanya sedang hamil, kemungkinan Vanya pendarahan.
Riko yang kebetulan melewati jalan itu sedikit penasaran, namun dia harus ke kantor Rein untuk meeting, namun seketika Riko menghentikan mobilnya. Riko tau betul itu mobil siapa.
Dengan tergesa gesa Riko menghampiri mobil yang sudah di evakuasi petugas kepolisian.
"Pak, dimana korban kecelakaannya?" Tanya Riko pada polisi yang sedang meminta keterangan pada beberapa saksi yang melihat kejadiannya.
"Dia sudah di bawa ke rumah sakit, sepertinya dia pendarahan hebat, juga beberapa luka di wajah dan tanganya, apakah anda mengenal perempuan itu?" Tanya polisi yang Riko ketahui namanya Heru, baru Riko ingin menjawab namun ada polisi yang datang dan menyerahkan ponsel dan tas pengemudi kecelakaan itu.
"pak, ini ada kartu indentitas dan juga ponsel sodara Kavanya Aurella, saya akan menyuruh polisi yang lain untuk mengabari keluarga sodara Vanya jika dia mengalami kecelakaan" Pak Heru mengangguk, namun Riko hanya diam mematung.
"Vanya, apa yang terjadi dengan mu" Gumang Riko.
"Pak, dibawa ke rumah sakit mana Kavanya?" Tanya Riko.
"Ke rumah sakit Nusa Husada, tidak jauh dari sini, anda bisa ikut dengan saya jika ingin kerumah sakit" Pak Heru memang tidak tau siapa laki laki itu, namun dia tau dia mengenal Kavanya.
"Sebentar saya akan menghubungi teman saya dulu" Riko Sebenarnya tidak ingin menghubungi Rein, namun Rein suami Vanya.
Dalam deringan ke tiga Rein menjawab telfon Riko.
"Kenapa Rik?" Tanya Rein, karena jarang sekali Riko menelfonnya.
"Vanya,, dia,," Riko tidak sanggup berbicara pada Rein, Riko memberikan ponselnya pada pak Heru yang masih berdiri di sampingnya.
Seolah mengetahui Riko meminta bantuannya, pak Heru langsung mengambil ponsel Riko.
"Selamat pagi pak, saya Heru dari pihak kepolisian ingin menyampaikan jika saudara Kavanya Aurella mengalami kecelakaan tunggal di jalan mutiara sekitar tiga puluh menit yang lalu, sekarang Kavanya berada di rumah sakit Nusa Husada yang tidak jauh dari lokasi kecelakannya" Pak heru menyerahkan ponsel Riko.
"Rein,, aku tunggu di rumah sakit" Riko sudah tidak mampu berbicara banyak lagi.
Vanya langsung masuk ke ruang ICU, beberapa Dokter langsung menangani Vanya, menyuntikkan obat untuk menghentikan pedarahan hebat pada Vanya, beberapa Perawat sibuk mempersiapkan peralatan yang sekiranya di butuhkan oleh Dokter.
Karena kondisi Vanya kritis, mereka berunding sebentar, bayi dalam kandungan Vanya harus dikeluarkan secepatnya sebelum dia meninggal.
Vanya dibawa ke ruang operasi ketika Rein dan Riko sampai di depan ruang ICU, Rein menatap nanar istrinya yang terbaring lemah tak berdaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bila Ku Pergi [END]
Romancepenyesalan memang datang terlambat.. seperti aku yang menyadari perasaanku setelah kamu pergi..... semuanya sudah terlambat... Reinaldo Xaviero